ABIGAEIL

By parkchim_chim2

666K 51K 4.5K

Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para te... More

1
02
cast
03
04
05
06
08
10
15
09
11
12
13
14
16
00 : 41
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35..
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Tesss
52
53
54
👋👋
55
56
57
58

07

15.3K 1K 65
By parkchim_chim2









🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀











Riani tersenyum cerah setelah turun dari sebuah angkutan umum.
lanjut menenteng tas-tas berisi belanjaannya, senyum teduhnya tidak pernah luntur dari wajah cantiknya hingga membuat siapa saja yang melihatnya ikut tersenyum, belanjaannya banyak dan berat tapi itu seolah tidak membawa masalah sama sekali untuknya.

" Loh..." ia berdecak kala melihat presensi seorang yang tidak asing baginya.

" Hai ria~ " sapa orang itu

" Hallo mas, tumben mas fata jam segini kesini? " balas Riani sekaligus bertanya.

Laki-laki dewasa seumuran Riani itu tersenyum saja.

" Ah- gak usah repot-repot mas, ini bukan apa-apa kok" Riani menolak kala laki-laki menyambut Kantong belanjaan ditangannya.

" Ish! ga papa kok, kamu kaya sama siapa aja " ujar laki-laki itu.

Riani tersenyum lebar

" Makasih mas~ " jawab Riani

" Gak perlu..sama suami sendiri ria.."

Riani tertawa kecil, mengeleng pelan akan tingkah laki-laki itu.

Sementara fata biasa saja meletakkan kantong belanjaan riani kedalam toko yang terdapat Tyas dibalik konter sibuk mencatat sesuatu mungkin pesanan pelanggan, hari ini weekend membuat toko kue milik Riani buka sedikit siang.

" Nyengir nya lebar banget tii.. mingkem ga takut kemasukan lalat kamu.." canda fata melihat Tyas menahan tawa sepertinya..

" Eh Om fata! " Tyas menyapa melambai pada laki-laki itu.

" Happy banget kayanya? ada apa? DM kamu dibalas song kang ?? " fata Kembali bertanya

Tyas mengeleng pelan menahan senyumnya.
fata ikut mengeleng meninggalkan Tyas yang asik cekikikan, mungkin kerasukan drama our beloved summer.

Riani selesai mencuci tangannya di kran yang biasa ia gunakan untuk menyiram bunga-bunga miliknya.
menghampiri fata yang telah duduk didepan tokonya yang memang disediakan tempat duduk untuk para pelanggan Selain yang didalam toko tentunya.

" Em... mau aku buatkan minum mas? kopi mungkin.." tawar Riani.

Fata menoleh pada Riani lanjut mengibaskan tangannya.

" Ga usah repot... aku udah ngopi barusan.." tolak fata

Riani mengangguk paham

" Oh..ya tumben kamu kesini mas? " tanya Riani

" Mm.. tiang listrik dirumah ngidam croissant bikinan kamu, tapi mager kesini and here we go..." jawab laki-laki itu.

" Ada aja kamu mas...anak sendiri kok dikatain tiang listrik..jahat banget " Riani menatap heran fata yang hanya tersenyum mengedikan bahunya.

" Anak kita dong... kan aku suami kamu.." ujar fata melebarkan senyumnya, Riani mengangkat sedikit bibirnya dengan alis berkerut sedetik kemudian mengeleng jengah.

" Ga lucu mas.." respon nya acuh.

" Ih... gemess banget sih kamu.. istri! "

Entah memang ekspresi julid Riani terlihat mengemaskan dimata fata, hingga membuat tangannya terangkat mengusak rambut Riani, membuat si empu rambut berdecak marah.

" Mas! " Riani dongkol, namun fata malah semakin tersenyum.

" Idih bucin mas!?
kesyian... usaha terus aja mas siapa tau nanti keterima... "

Riani dan fata menoleh pada Tyas yang tiba-tiba nyeletuk setelah nya kembali lagi kedalam toko, menghiraukan tanda tanya kedua orang itu.

" Aneh banget tuh orang..." fata berdecak

" Lebih aneh kamu mas~ " ujar Riani pelan.

" Eh- udah dapat croisant nya " tanya Riani menyadari tujuan laki-laki itu ketoko miliknya.

" Lagi dibake sama Tyas.. katanya yang tadi udah sold out.." jawab fata, terjawab sudah mengapa ia masih disini.

" Yah.. kenapa ga bilang dulu kan, bisa aku sisain.." sesal Riani.

" Ya jangan nyalahin aku..lah, si tiang listrik noh ngidam ga tau waktu..kan kamu tau sendiri suami kamu ini so busy..to much.."

Riani terkekeh geli mendengar jawaban fata, laki-laki yang selama ini selalu bisa membuat mood-nya membaik.

" Aku masih ga percaya loh mas kamu itu CEO perusahaan besar..? secara kelakuan nya kaya gitu.." cibir Riani

Fata mengangguk singkat

" Iya aku juga...gak percaya kalo bisa jadi suami kamu, punya istri cantik kaya kamu.."

" Astaga! mas...bisa serius ga sih.." kesal Riani.

"Iya sama-sama sayang " jawab fata.

Riani kesal mengeleng tidak habis pikir dengan kelakuan laki-laki itu.

" MAMA! "

Sebuah suara melengking merdu memenuhi pendengaran, buru-buru Riani dan fata bangkit dari duduknya hendak melihat apa yang terjadi.
belum sempat Riani beranjak tubuhnya sudah lebih dahulu diterjang pelukan oleh seseorang, Riani yang belum siap menerima pelukan itu hendak terjatuh bila saja tidak ada fata belakang nya yang menahan bobotnya.

" Ya ampun! Abi kenapa nak? " heran Riani.

" Makasih mas fata.." ujar Riani selanjutnya mengkode fata lewat matanya, fata tersenyum ikut mengelus Surai lembut milik abigaeil.

" Abi.. kenapa? " tanya Riani lagi setelah anaknya malah meringsek dalam pelukannya.

" Mama~ " Abi merengek menggerakkan badannya.

" Kenapa sayangnya mama? " tanya Riani

" Hiks..kakak jelek usil mama~ " adu abigaeil

Riani mengerutkan keningnya begipula dengan fata melihat Tyas yang bersembunyi di balik meja kasir.

" Kak Tyas? kenapa?? kak Tyas usilin Abi apa? " tanya Riani lembut.

" Kakak jelek! " dengus Abi

Riani terkekeh mendengar suara abi.

" Um.. kenapa liat mama dong nak, kok ngumpet Begitu? " bingung Riani Melihat anaknya masih membenamkan wajahnya di dada nya.

" Gwak.. Mayu.." suaranya si kecil teredam semakin memperdalam pelukannya.

" Malu? " Riani masih bisa memahami ucapan abigaeil.

" Malu, kenapa coba kasih tau ayah~ " fata ikut bersuara.

Abigaeil cengo sebentar mendengar suara yang familiar di telinga nya.

" Awyah.." cicitnya

Fata tersenyum lebar mengusap-usap pipi tumpah abi diantara Kungkungan Riani.

" Iya, ini ayah...liat dong Abi gak kangen ayah? " tanya fata

Abigaeil mengangguk ribut melepaskan pelukan mama-nya.

Dan....

Kkyaaaaa!

.
.
.

" Cuteeeee yyyyyyy! " sebuah pekik kegemasan memenuhi gang sempit itu.

Abigaeil merengut, dengan mata berkaca-kaca siap meledakkan tangisnya melihat reaksi dua orang itu.

" Kitty!! IMUTNYA!! " pekik Riani menangkup pipi tembem itu.

" Aduh... gemess banget sih anak ayah!
ayo abigaeil, sini masuk karung..
biar ga diculik orang.." fata berujar heboh.

Abigaeil semakin melengkungkan bibirnya yang sudah bergetar tidak karuan.

Tyas di meja kasir membekap mulutnya Menahan tawanya, puas dengan hasil karyanya diwajah abigaeil.

" hiks...ABI BUKAN CATTES huwaaaaa! "

Pecah sudah tangis si kecil ini kembali memeluk tubuh mama-nya erat membuat Riani kelimpungan begitu dengan fata.
seperempat hatinya masih cengo melihat betapa mengemaskan nya abigaeil ini.
begitu pula dengan Riani yang tidak bisa menahan diri.

Bagaimana tidak abigaeil mendongak dengan mata berkaca-kaca dan bibir terpout dan sebuah maha karya berupa coretan kumis kucing di ke-dua sisi wajahnya lengkap dengan bando telinga kucing di kepalanya, awalnya Riani sama sekali tidak menyadari keberadaan bando itu.
dalam hati ia mengumpati karya yang ia yakini hasil tangannya Tyas karena membuat abigaeil menangis keras seperti sekarang.
namun berterimakasih pula, karena kelakuannya, Riani jadi bisa melihat Abigaeil-nya versi yang lebih mengemaskan.

" Hiks...huwaaa mama~ " suara tangis abigaeil menyentak isi pikirannya.

Berpikir ia harus segera menghentikan tangisan anaknya.

" Ah..ya, Abi bukan cattes...siapa yang bilang ?
Abigaeil nya mama bukan kucing..
mana ada, abigaeil itu anaknya mama kesayangannya mama..anak gantengg nya mama~ " ujar Riani mengusap punggung sempit itu.

" Iya kan mama~ hiks...Abi gantengg ndak imut..Ndak lucu juga..ndak mirip kucing juga~ hiks..."

" Iya dong... genteng sekali..." Riani meringis mendengar ucapannya ia bohong omong-omong.
tapi tidak sepenuhnya juga anaknya itu juga tampan kok, ya meskipun imut mendominasi.

" Iya kan mas? " Riani bertanya pada fata yang sepertinya masih terpaku pada pemandangan sebelumnya masih belum pulih sepenuhnya dari serangan kegemasan tadi.
jadilah ia masih cengo.

" Ayah hiks..."

" Hah! iya..iya..!

Abi itu lucu, imut eh- tidak-tidak! Abi itu gantengg! gantenggggg bangettttt malahan"

Jawab fata mengigit pipi bagian dalamnya melihat Abi menoleh padanya dengan mata sembab setelah menangis bahkan masih terdengar isakannya.
mata basahnya ketap-ketip dibalik pelukan Riani hidung memerah dengan kumis kucing itu.

Oh... siapapun tolong selamatkan fata dari mahkluk mengemaskan itu sebelumnya dirinya pingsan ditempat.

"Aduh ria~ aku gak kuat sama anak kita ini..aku karungin aja ya..biar aman.." ujar fata memelas.

Riani terkekeh melihat raut wajah fata mengeratkan pelukannya pada sang anak.

" Ayah~ "

" Ah.. iya..ih anaknya ayah.. gemesin banget sih..lucu banget ayah ga kuat liat Abi Begini"

Ujar fata menarik abigaeil dari pelukannya Riani untuk dipeluknya Kembali, Abi tidak menolak sama sekali.
nyatanya fata malah lupa tujuannya kemari untuk mendapatkan pesanan anaknya.
tapi malah tersangkut pesonanya abigaeil hingga membuatnya terbuai...>.<

Dari kejauhan Tyas melihatnya, beberapa orang berlalu lalang juga melihat nya, dari kejauhan mereka terlihat seperti sebuah keluarga,
keluarga bahagia.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sayangnya bukan hanya pendapat orang-orang itu saja, namun juga seorang yang sedari tadi mengawasi interaksi manis keluarga bahagia itu
sosok yang terdiam dibalik jendela mobil mewahnya, melihat semua dengan air wajah yang sulit dijelaskan.
rahangnya mengeras namun tatapan sendu dan kecewa itu terlukis jelas di manik matanya.
.
.
.
.
.

Udara Jakarta malam ini terasa lebih dingin, nyatanya hujan di penghujung sore tadi kian menderas hingga tengah malam ini.

Seorang pria paruh baya namun masih terlihat tampan masih duduk tenang dengan sebotol wine dihadapannya, beberapa kali pria itu menegak minuman memabukkan itu mengabaikan getaran handphonenya yang menampilkan profil seorang wanita cantik.

Zane is calling

Dia pimpinan utama wishnutama, kepala keluarga wishnutama.

Andhika menatap kesal layar handphonenya yang masih menyala dan terus bergetar.

" Apa Zane? aku lagi malas debat..."

Tidak tahan akhirnya Andhika menyerah menjawab jua panggilan telepon itu.

Membuat yang menelpon diseberang sana memekik kesenangan atas usahanya.

Zanetta tersenyum lebar sekali mendengar suara ketus suaminya, rencananya berjalan sesuai rencana pikirnya.

" Well...kamu udah liat sendiri kan mas?
gimana kamu udah percaya sama aku?"

Andhika berdecak kesal meremas ponselnya, hatinya bergetar hebat

" Gak usah basa-basi..aku lagi ga mood" jawab Andhika.

"  I feeling You..
aku tau kamu marah dan kecewa sekarang..tau kalo apa yang kamu liat itu menyakitkan..tapi life goes on mas~

kalo Riani aja bisa menjalani hidupnya bahagia tanpa kamu dan anak-anak kenapa kamu gak bisa!

come on mas! move on!!

kamu sudah gak bisa kembali sama perempuan murahan itu..
kamu liat sendiri kan? itu, laki-laki itu adalah alasan kuat Riani meninggal kan kamu! anak-anak kamu...

Setega itu mas dia mencampakkan kamu! harusnya kamu sadar kalo dari awal perempuan itu tidak pernah tulus mencintai kamu..dia hanya memanfaatkan kamu mas!

kamu liat sekarang? setelah apa yang dia perbuat? ninggalin kamu dan anak-anak begitu aja..dia hidup bahagia bersama laki-laki lain bahkan sampai punya anak dari laki-laki itu..

kamu masih mengharapkan perempuan murahan dan munafik seperti Riani!? "

Genggaman pada gelas wine-nya menguat, rahangnya mengeras mendengar ucapan panjang lebar zanetta diseberang sana, tanpa tahu wanita itu tersenyum penuh kemenangan.

"Aku ga butuh pendapat kamu Zane.." tandas Andhika mematikan ponselnya sepihak.

Lalu menaruhnya dalam wadah berisi es batu dan juga botol anggur merah nya.
bahkan dinginnya malam ini dengan anggur merah dingin nya pun tidak mampu menyejukkan hati dan juga kepalanya.

" Argghhhhhh sialan! " Andhika mengusap wajah nya kasar matanya memerah sesak di dada nya kian menjadi rasanya ingin berteriak, ingin menangis ingin marah tapi ia sendiri tidak tahu kepada siapa ia harus ia lampiaskan.

Hatinya sakit sekali, bayangan wajah wanita yang pernah dia cintai sepanjang hidupnya bersua mesra dengan laki-laki lain, tersenyum bahagia dengan laki-laki lain.
membuat hatinya bergemuruh sesak dan sakit hingga ia sendiri tidak bisa menafsirkan perasaannya kini.

Tidak sadarkah jika selama ini juga merupakan kesalahannya?
tidak sadarkah dulu Andhika sendiri yang mencampakkan Riana.
lalu apa hak-nya atas kehidupan wanita itu kini...?

Setengah hatinya masih tidak mempercayai ucapan zanetta perihal Riani yang pergi darinya kerena memang tidak pernah mencintainya.
bukti bahwa penghianatan Riani atas cinta tulus nya benar adanya.

Hingga hari ini ia menyaksikan sendiri betapa bahagianya kini wanitanya itu.

" Kenapa ria...? " gumamnya

" Kenapa? kenapa kamu lakuin ini sama aku ria?! aku cinta sekali sama kamu RIANI...
cinta sekali sampai-sampai ketika sudah ada bukti kamu SELINGKUHIN AKU...aku masih percaya sama kamu
ketika kamu pergi ninggalin aku aku masih mengharapkan kamu kembali!

Tapi kenapa kamu lakuin ini ria? kenapa??
aku tau aku bersalah sama kamu soal Zane, tapi..aku ga pernah ada niatan untuk mengkhianati cinta kita ria..cinta ku padamu..tapi kenapa?

KENAPA RIANI!!! "

Andhika meratapi berteriak diantara kesunyian malam.

" Kamu pergi dengan laki-laki lain, ninggalin aku, anak-anak!
tega kamu ria! tega...
aku cinta kamu Riani.. Sangat..tapi kamu?
Bahkan sampai punya anak dari laki-laki lain saat aku masih menunggu kamu, saat aku masih belum melepas kamu Riani..hiks..
aku benci kamu Riani!
benci sekali..." monolog Andhika mengeluarkan segala perasaan yang mengganjal di hati dan pikirannya.

Kali ini ia menetapkan hatinya, ia tidak akan goyah lagi.
mengubur rasa cintanya dan kembali memupuk rasa benci nya pada mantan cinta nya itu.

.
.
.
.
.

" Jadi ini alasannya...? "

Setitik air mata meluruh dari netra sipitnya, hatinya hancur berkeping-keping mendengar ucapan sang papa.

" Mama~ tega sekali..." air matanya menderas

" Mama~ jahat.. jahat sekali,..mama~ "

"Hiks...aku benci mama.."

" Ian benci Mama!.
mulai sekarang Ian gak akan cari mama lagi ... mulai sekarang ian ga akan nunggu mama lagi...
mama~ ian sudah tidak punya mama lagi..."

Abrian berdiri dibalik dinding, sedari tadi ia mendengar semua rintihan pilu papa-nya.
matanya terpejam menahan sakit, dadanya naik turun menahan segala sesak dan emosinya.

Terjawab sudah pertanyaan selama tujuh belas tahun usianya, alasan mengapa mama pergi dari hidupnya.
ternyata mama-nya tidak seperti bayangan nya.
ternyata mama-nya lebih buruk dari zanetta yang berstatus ibu tirinya.

Abriansyaa benci hidupnya, tapi lebih benci lagi dengan sosok wanita yang telah melahirkannya kedunia ini.

.
.
.
.
.
.

Sehan menimang mug berisi air hangat miliknya tersenyum tipis sekali ketika melihat seonggok manusia di mini-bar rumahnya, tempat keramat yang didatangi penghuni rumah kala membutuhkan pengalihan suasana hati, tempat favoritnya ketika banyak masalah terjadi, ya datang ketempat ini meneguk minuman beralkohol itu mabuk, tepar dan bangun lagi.

Satu hal yang ia sendiri tidak bisa ia kendalikan bahkan ketiga adiknya yang masih belum legal namun apalah daya sekali lagi tidak semua dalam hidup adik-adiknya bisa ia kendalikan termasuk hasrat berlebih dalam mengkonsumsi alkohol, ia hanya bisa mengingatkan dan membatasinya tentunya.

Netra kelamnya bersibobrok dengan sosok yang diam-diam juga ia rindukan sosok panutannya.
papa-nya.
masih dalam setelan jas lengkap, namun sudah terlihat berantakan.

"Gak baik minum sampe tengah malam gini pah.."

Sehan menahan gelas wine ditangan papa-nya.

Andhika mengerjapkan matanya memperjelas penglihatannya katika sulit menemui fokusnya saat ini.

" Mas "

Sehan mengangguk kecil wajahnya datar menyorot iba sosok papa-nya.
masalah apa agaknya yang membuat papa-nya sebegitu hancur dan kacaunya.

" Udahan pa..ini udah malam lebih baik sekarang papa istirahat.." imbuh Sehan menaruh mug nya dihadapannya papa.

Andhika melihat mug itu matanya kembali berembun.

" Sehan"

sehan menghentikan langkahnya, niatnya ia ingin memberi space berpikir kehadiran menganggu kegiatan sang papa.

" Temenin papa minum sebentar..."

Sehan masih diam di posisinya

" papa~ cape sekali mas..papa kangen sekali sama anak-anak papa.."

Sehan mendongak entah mengapa matanya memanas mendengar suara sarat akan keputus asaan mengudara dari mulut sang papa.
apakah sehan juga harus mengakui jika ia pun Sangat merindukan presensi papanya itu, merindukan keluarga yang damai dan harmonis.

Tanpa kata dia akhirnya duduk bersisian dengan sang papa, mengambil gelasnya bersiap menerima minuman yang telah dituang papa-nya.

Hening bahkan suara hujan diluar sana samar terdengar mungkin sangking lebatnya.

" Mas? "

Sehan hanya menoleh tanpa menjawab.

" Papa tau kamu masih mencari keberadaan wanita itu..."

Sehan menegang, kemarin Sena sekarang papa-nya juga.
ia sedikit heran dengan nada bicara papa nya yang terdengar ketus.

" Papa cuma minta mulai sekarang hentikan itu semua..."

" Papa mau kamu berhenti mencari tahu tentang keberadaan wanita itu!
mulai saat ini, wanita itu sudah bukan lagi bagian dari keluarga kita... anggap saja mama kamu itu sudah mati..."

Sehan membulatkan matanya mendengar kalimat sang papa.
mudah sekali pikirnya dalam berucap.
tidakkah papa-nya mengerti ucapannya itu menyakiti hatinya.

" Maaf pa..tapi papa ga punya hak buat mengatur Sehan" jawabnya tenang.

" Mas! papa bilang itu semua juga untuk kebaikan kamu! buat adik-adik mas! "

" Kebaikan...? " Sehan terkekeh

" Sejak kapan papa peduli soal mas? soal adik-adik? kebaikan apa yang papa maksud?
rasanya telinga mas asing dengar kalimat begitu keluar dari mulut papa.. setelah semua ini?
maaf pa, tapi kita tidak sedekat itu sampai papa bisa memutuskan segalanya dalam hidup Sehan... termasuk hidup adik-adik mas.. " Sehan menegak wine-nya dalam sekali tegukan menyisakan rasa pahit, manis di indera pengecap nya.

" Dan soal mama...mas akan tetap mencari keberadaan nya..dan papa ga bisa menghentikan Sehan " ujarnya lagi.

" Tapi...papa, ga mau jika menemukan fakta, itu akan menyakiti kamu mas.."

Sehan berkedip lambat mencerna kalimat lirih papanya.

" Mas ngantuk pa..mas ada meeting besok jadi mas pergi duluan..
papa juga jangan tidur kemalaman.." Sehan beranjak enggan mendengar papa-nya berkata-kata lagi.

" Malam pah.." tandasnya berlalu dari sana.

Sepeninggalan si sulung bapak enam orang anak itu menghembuskan nafasnya perlahan ucapan sehan benar-benar menyentak relung hatinya.

Sebegitu jauh sudah ia dengan anak-anaknya.

" papa.. hanya tidak ingin kalian kecewa dan berakhir terluka ..." lirih Andhika

Meminum gelas wine terakhirnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.













Riani tersenyum hangat memandangi wajah polos abigaeil yang tertidur nyaman, bibir mungilnya mengerucut sambil memeluk kumamon miliknya.
pemandangan yang tidak ingin ia lewatkan sama sekali.
ia selalu betah melihat wajah anaknya bila tertidur seperti ini.

" Abigaeil nya mama..udah besar sekarang.."

" Panjang umur sehat selalu sayang...
mama sayang sekali sama Abi.."

Monolog Riani mencium kening si kecil lembut.

" Andai kamu juga Disini mas~ kamu anak-anak kita..pasti kebahagiaan ini akan semakin lengkap...
aku kangen sekali sama kamu mas..sama anak-anak..apa mungkin kita bisa kumpul lagi kaya dulu..."
monolog Riani mengusap bingkai foto satu-satunya yang ia bawa dari rumah besarnya dahulu.

" Apa kamu udah lupa sama aku mas? tapi aku yang malah gak bisa lupain kamu mas~ aku cinta sekali sama kamu mas Wishnu...
rindu sekali..."

Air mata yang kian menderas mengalir dari mata indahnya, kegiatan yang setiap malam dilakukan Riani diam-diam, menangis merindukan sosok itu.
sosok pemenang hatinya.





































...........


fathala Aditama...






















....







🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀






voment juyeso ☺️✋

Continue Reading

You'll Also Like

358K 36.5K 32
Kai nggak suka Mommy gendong adek bayi. Terbiasa menjadi anak kesayangan membuat Kai terbiasa. Kelembutan Mommy membuat Kai merasa kesal ketika pakde...
66.8K 3.2K 49
( FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!! ) ( JANGAN LUPA UNTUK TINGGALKAN JEJAK VOTE DAN KOMEN YAAA!!! ) LAPAK BROTHERSHIP NOT BL❌❌❌ [ Tetap votmen ya teman...
155K 9.9K 14
Jiro Magani, si anak paling beruntung yang tiba-tiba di angkat menjadi bagian dari keluarga Arsenio. Mungkin ini adalah jawaban dari Tuhan atas semua...
288K 29.1K 27
Lava si anak tengil. Mungkin jika melihat dari sikap Lava sekilas, kalian akan mengatakan seperti itu. Lava si anak pembangkang, tidak memiliki sopan...