ABIGAEIL

By parkchim_chim2

666K 51K 4.5K

Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para te... More

1
02
cast
03
04
05
07
08
10
15
09
11
12
13
14
16
00 : 41
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35..
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Tesss
52
53
54
👋👋
55
56
57
58

06

16K 1.2K 15
By parkchim_chim2

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀


Pagi ini abigaeil sudah bersiap dengan pakaian sekolah barunya,
hari ini adalah hari pertamanya memasuki sekolah menengah atas.
gugup dan takut memenuhi perasaannya saat ini.
gugup karena sekolah barunya merupakan sekolah elit dan berkelas jarang sekali anak-anak seperti dirinya bisa memasuki sekolah elit semacam Darma utama.
berkat kecerdasan yang dimilikinya ia mendapatkan kesempatan bersekolah disana, melalui jalur beasiswa tentunya.
Dan takut jikalau ia tidak memiliki teman disekolah baru-nya
selain fathar tentunya, takut jika ia akan menjadi bahan bullying seperti sekolah lamanya.

" Anak Mama udah siap aja..."

Abigaeil melongok mendengar suara mama-nya diambang pintu kegiatan yang sedang memasukkan beberapa buku pelajaran kedalam tas-nya terhenti.

" Gimana? sudah siap dengan sekolah baru-nya..? " tanya Riani berjongkok menyesuaikan tingginya dengan abigaeil yang duduk di kursi belajar nya, lantas tangannya menangkup pipi gembul milik Abigaeil pipi putih sangat putih bahkan.

" Kok murung mukanya?
Abi ga suka Sekolah barunya? " tanya Riani lagi melihat anaknya mengembuskan napas berat dengan wajah tertekuk

" Bukan ndak suka mama, tapi Abi takut..." cicit abi pelan

" Takut? takut kenapa..." tanya Riani mengerutkan keningnya

" Takut ndak ada yang mau temenan sama Abi.. "lirih anak itu

" Takut Abi diejek anak haram lagi.. karena ndak punya papa~"
Cicit abi sepelan mungkin.

Deg!

Hati Riani mencelos, sakit sekali. rasanya mendengar suara pelan anaknya ketika membahas hal yang sangat dihindari oleh dirinya.

Nyatanya bungkamnya selama ini membawa penderitaan tersendiri bagi putra kecilnya.
akankah pilihan menghilang dari
wishnutama adalah yang terbaik...

" Hm..Hhg.."

Abigaeil panik sendiri melihat wajah sedih mama-nya, ini pasti karena ucapannya.
sudah beberapa kali mama-nya mengatakan untuk tidak membahas tentang papa,.

" Mm..Mama~ ma-af" bibir mungilnya mengerucut dengan kepala tertunduk

Riani tersadar dari pikirannya lalu tersenyum manis pada sang anak.

" Ga papa, abi jangan minta maaf~
ini bukan kesalahan Abi sama sekali.." ujar Riani lembut merapikan helai rambut si kecil dengan sayangnya.

" Justru harusnya Mama yang minta maaf~
maaf ya sayang mama belum bisa menjadi ibu yang baik buat Abi..belum bisa menjadi seperti yang Abi inginkan..maaf sayang.. maaf~"

Abigaeil mengeleng dengan mata berembun, sesak hatinya mendengar suara lembut mama-nya melihat wajah sendu itu.

Tangan mungilnya terangkat mengusap dataran lembut kulit wajah yang mulai berkeriput dimakan usia pertanda mamanya sudah cukup bekerja keras melupakan dirinya sendiri, pertanda bahwa cukup sudah yang diberikan oleh mamanya pada abigaeil.

" Mama~ ndak boleh ngomong begitu~abi ndak suka dengarnya...
mama everything buat Abi...ndak ada yang lain, mama itu Mimi peri nya Abi, papa-nya abi, kesayangannya Abi selama-lamaaaa~ nya~ Ndak ada yang lain~ " ujar abi serak menahan tangisnya, jangan lupakan wajah sendunya. mengeleng ribut kala mama-nya malah meminta maaf kepada dirinya.

Riani terkekeh kecil mendengar suara lucu anaknya lantas mengangguk pelan.

" Mama tau~" ujarnya menyatukan keningnya dengan kening sang anak menyalurkan betapa sayangnya Riani pada anaknya itu.

" Mama tau, abigaeil kesayangannya mama... dunianya mama~ hidup mama..." ujar Riani masih dalam posisi sebelumnya

" Abi denger mama..
Abigaeil bukan anak haram... Abi anak mama..Abi punya papa, punya keluarga..tapi mama minta maaf mama tidak bisa mengatakan semuanya untuk sekarang..
Abi paham kan, sayang " tegas Riani lagi, bukan obrolan pertama kalinya namun sudah beberapa kali ini diulang nya, Riani merutuki sifat pengecut nya.

Abigaeil mengangguk untuk kesekian kalinya, obrolan yang sama penyesalan yang sama pula.

.
.
.
.
.

" Abang! "

Zai berteriak sambil menuruni tangga mansion.
mengalihkan atensi semua orang yang berada di meja makan.

" Apa sih dek, ngapain coba teriak-teriak Abang ga tuli "

Sehan menyahut sambil menuang kopi dalam cangkir nya.

" Jangan panggil zai, adek mas!
geli tau gak..! " protes zaidan cepat

" Lah... terus kalo ga adek apa dong?
grandpa? " imbuh Ray membuat Zai merengut kesal.

" Nyambar aja lo alien...! " ketus zaidan.

" Zai.. language.." Seno menginterupsi tanpa melihat zaidan yang semakin merengut.

" Yang sopan dong dek, sama yang lebih tua..ga baik, kakak kan udah bilang terserah mau pake bahasa gaul tapi enggak didalam rumah apalagi sama yang lebih tua...paham Zai.."

Zaidan merotasikan matanya, menghembuskan nafasnya kasar masih pagi namun ia sudah dapat siraman rohani dari kakaknya.

" Um..paham kak sena..maaf kak Seno..bang Ray.." pasrah Zai

" Udah ah..masih pagi..duduk Zai sarapan" titah Sehan

" Malas mas.. keburu kenyang.." jawab Zai malas, namun menarik kursi yang menjadi bagiannya.

" Bang.. kok makanan diaduk-aduk.."

Sehan kembali me-notis, abrian yang hanya diam mengaduk-aduk sarapannya tanpa ada niatan untuk memakannya.

"Makan yang benar bang.." Sena menambahkan.

Abrian mengangguk, ogah-ogahan menyuap makanannya.
berbeda dengan rayidanta yang nampak khidmat memakan roti isi kripik tempe nya
aneh-aneh saja memang.

" Cih.. katanya kenyang.." cibir abrian melihat kini Zaidan malah menyuap nasi goreng nya, yang dicibir acuh saja menambah porsi piringnya.

" Oh.. ya bang gue nebeng ya.." Zai berucap melempar tatap pada abrian

" Enggak, sama Ray aja.. lo ribet gue banyak urusan hari ini di OSIS.." ujar Ian

" Lahh..lo pikir gue gak apa!
sama bantet.." Ray

" Aduh..baru aja diperingati buat bahasanya, ian-ray Zai lupa apa yang kakak bilang? " Sena menatap tajam adik-adiknya.

" Hadeuhh kebiasaan kak, sorry.." abrian mewakili.

" Iya.. sorry kak, mas..lagian geli tau ga pake aku-kamu.." Zai menambahkan, diangguki oleh Ray.

" Dibiasakan dong, inget kalian itu Wishnutama.. jadi tolong jaga sopan santun kalian, tata Krama yang lebih penting bisa menjaga nama baik keluarga kita diluar sana.."

Tiga yang lebih muda kompak menghembuskan nafas jengah dengan wajah merengut.

" Lama-lama mas Sehan Mirip nenek..mirip papa.." abrian

" Ya..banyak aturannya.." Zaidan

" Ga asik.." tandas Rayi, memakan brutal rotinya.

Sehan yang disebut begitu mengedikan bahunya, fokus pada sarapannya sama seperti arseno berbeda dengan Sena yang terlihat melambatkan kunyahannya memikirkan ucapan adik-adiknya.

.
.
.
.
.
.
.
.

Angkutan umum yang ditumpangi ibu dan anak itu, berhenti di halte tidak jauh dari gerbang tinggi menjulang sekolah, dimana abigaeil akan memulai harinya sebagai murid baru.
senyuman manis tidak luntur dari wajah tampannya, perkataan mama-nya beberapa menit yang lalu mampu menaikan semangat dan moodnya.
sekarang ini dipikirannya hanya ada satu tujuan belajar yang baik membanggakan mama-nya, siapa tahu dengan dirinya berprestasi ia akan bisa bertemu dengan sang papa.

" Wah sayang.. sekolah barunya Abi bagus ya..! besar juga "

Abigaeil mengangguk mengikuti arah pandang mamanya.

"Nanti ada Fathan juga kan? Abi senang fathan sampe ikutan pindah sekolah lho biar bisa sama-sama Abi terus"

Kata Riani seraya merapikan rambut putra kesayangannya itu, Abigael meringis mengingat kelakuan sahabat satu-satunya yang ia punya

" Mau mama temenin masuk? " tanya Riani

" No-no! Abi sekarang sudah besar sudah bisa sendiri.." abi kembali mengeleng mengerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri.

Sebuah tawa mengudara dari bibir tipis Riani, menangapi ucapan sang anak.

" Iya deh... yang udah gede" kata Riani

Riani merogoh Tote bag nya, mengeluarkan sebuah pouch kecil bergambar kumamon dari sana.

" Abi lupa kan? " Abi nyengir lebar menampilkan gummy smile-nya.

" Ini taruh disini harus yang paling dekat sama Abi.." Riani membuka pouch itu mengeluarkan benda berbentuk tabung, lalu menaruhnya di saku almamater sekolah abigaeil.

" Nama ga berharap ini akan berguna..tapi buat jaga-jaga, inget Abi jaga diri baik-baik ya..jangan cape-cape.. inget bekalnya dimakan obatnya diminum jangan lupa.." Abi mengangguk menerima pouch miliknya.
nasehat yang tidak pernah dilupakan oleh sang mama, kalo boleh jujur abigaeil jengah mendengar nya namun ia mengangguk saja.

" Jadi anak baik ya sayang nya mama~
gak usah dengerin kata-kata orang...
nanti jam tiga mama jemput oke.." lanjutnya lagi, merapikan rambut dan juga pakaian anaknya.

" Um iya Mama..boleh Abi pergi sekarang? " tanya abigaeil mendongak menatap sang mama, Riani tersenyum lalu mengangguk.

" Bye-bye mama~ love you..." pamit abigaeil setelah mengecup pipi milik Riani.

Abi melambai kan kedua tangannya kearah sang mama yang masih tersenyum melihat nya, dibalas lambaian tangan pula oleh sang mama.
terlihat berlebihan memang bagaimana abigaeil yang sudah memasuki jenjang SMA masih diberlakukan bak anak TK oleh Riani bahkan masih diantar jemput oleh dirinya, salahkan sifat protektif Riani terhadap anaknya itu.

" Hhh... have you nice day.. sayangnya mama.." gumam Riani memutar tubuhnya mencari tumpangan untuk kembali pulang setelah memastikan abigaeil sudah memasuki gerbang sekolahnya.

..........

Arsena menyipitkan matanya, memastikan tidak ada yang salah dengan penglihatannya.

" Ga mungkin..." gumamnya meremas kemudi mobil sport nya.

" Kak..." zaidan dikursi penumpang dibuat Pundung dengan kelakuan arsena yang tiba-tiba menghentikan mobilnya padahal gerbang sekolahnya masih didepan sana.

" KAK SENA!! " zaidan yang kesal langsung berteriak.

" Hah? iya kenapa Zai..? " cengo Sena

mengalihkan perhatian dari seberang sana, menyorot sosok yang agaknya tidak asing baginya namun mungkinkah sosok itu adanya..?

" Liatin apa? sih..kok berhenti? maju kak gerbangnya masih didepan loh..
kok malah berhenti disini.." gerutu Zai.

Sena nge-blank sebentar Kembali ke arah semula namun tidak ada lagi sosok yang menarik perhatiannya tadi, hilang begitu saja.

"Kak? "

"Ah..iya, maaf-maaf~ "

Jawab Sena buru-buru melajukan mobilnya memasuki pekarangan sekolah sambil sesekali meliarkan penglihatan, mungkin-mungkin bisa kembali bersua dengan sosok yang begitu mirip dengan wanita yang ia cari selama ini...

" Berangkat ya kak.." Zaidan membuka seat belt nya setelah mobil mewah milik sang kakak berhenti di pelataran sekolah.

" Hum..iya hati-hati ya adek, belajar yang bener.. jangan selalu bikin masalah kamu masih kelas 1, jangan selalu bikin abang-abang kamu pusing, jangan nakal apalagi ikut tawuran lagi..." nasehat sena

Zaidan berdecak kesal mendengar nasehat kakaknya,dia sudah menerimanya sebelumnya dari mas-nya sekarang giliran kakaknya sungguh ia kenyang akan nasehat sekarang ini.

" Um..iya kak.." jawab Zaidan
   
"Tapi ga janji..." inner nya

" See you kak na.." Zaidan melambai melompat keluar dari mobilnya arsena.

Sena tersenyum hangat membalas ucapan adiknya itu lalu keluar dari pekarangan sekolah, hari ini ia menyempatkan diri untuk mengantar Zaidan kesekolah mengingat anak itu masih dalam masa hukuman tidak boleh mengendarai mobil/motor selama sebulan penuh, hukuman yang diberikan oleh si sulung Sehan.
sebagai akibat dari kenakalan yang dilakukan oleh Zaidan sendiri.

Melambatkan mobilnya menyusuri jalan yang tadi menjadi fokusnya.

" Ga mungkin..." gumamnya menaikan kaca mobilnya yang sempat ia buka untuk memastikan sekeliling.

"Apa karena kakak terlalu kangen sama mama~ sampe-sampe berpikir kalo tadi itu benar-benar mama..." monolog nya meremas stir mobil nya

" Sena kangen mama~
mama dimana? "

Lanjutnya lagi memejam sebentar, sebelum melajukan mobilnya dalam kecepatan lumayan tinggi berguna untuk mengurangi gejolak di hatinya.

.
.
.
.
.
.

Abigaeil berjalan pelan menyusuri lorong-lorong panjang bangunan sekolahnya, dengan menggenggam erat tali tas sekolah berwarna hitam yang terdapat beberapa gantungan kumamon.
jalan lambat sambil sesekali melirik bangunan sekolah itu lanjut menunduk kan kepalanya kala maniknya tidak sengaja bersitatap dengan para pelajar yang lain.

Seketika bisik-bisik memenuhi pendengarannya abigaeil membuat anak itu semakin gugup.
entah apa yang dikatakan orang-orang itu, Abi tidak bisa menangkap dengan jelas,.

Bruakk!

Duaghk!

" Asshh...! Aduhh.."

" SIALAN, LO PUNYA MATA GA SIH!?"

Abigaeil memejamkan matanya, menahan sakit dibokongnya akibat mencium lantai dengan tidak elitnya.
meringis tertahan kala seseorang yang baru saja bertabrakan dengan dirinya malah balik berteriak padanya, membuat nyalinya ciut seketika apalagi ketika netra indahnya bersitatap dengan manik sehitam jelaga dengan pandangan menusuk menambah ketakutannya, huh... baru hari pertama namun abigaeil harus menerima insiden tidak mengenakan semacam ini.

" HEH ! gue ngomong sama lo!
ga punya mulut lo?! " sentak nya lagi.

" Ma-aaf " lirih abi

" Hah?! apa lo bilang, gue gak denger!" tanya nya lagi

Abi gugup meremas almamater nya, menghindari tatapan dengan sosok yang bertabrakan dengan dirinya.

" Heh! lo gagu?! "

" Bikin ga mood aja pagi-pagi!
setan! "

Kesalnya mengembuskan napas kesalnya lanjut memaki abigaeil yang tertahan di posisi nya.

" Maaf~ " ujar Abigaeil dengan suara kecilnya.

" What's? maaf?! kacang banget setelah lo nabrak gue...
lo cuma minta maaf?!! " tanyanya memandang remeh abigaeil

" Lo ga tau siapa gue?! berani ya lo sama gue!! " sentaknya lagi.

Abigaeil panik bercampur takut, mengeleng brutal kala orang itu mendekat kearahnya.
wajahnya memerah menahan tangis dan rasa sakit bersamaan.

" Bangun lo! " pinta seorang itu

" Lo tuli! gue bilang BANGUN! " bentak nya, membuat Abi semakin takut.

Melihat tidak ada pergerakan berarti dari abigaeil membuat sosok itu mendengus kesal.

" Emang harus dikasih pelajaran nih bocah! " geramnya

" Zaidan..."

Zaidan menghentikan gerakannya tangannya yang hendak menarik abigaeil ketika mendengar suara tidak asing mendekat kearah mereka.

" Bang..? " zai tersenyum kikuk

" Mau bikin masalah lagi...? "

" Gak bosen selalu dipanggil BP?
ga kapok sama hukumannya? atau mau ditambah lagi..? "

" Ish! gak gitu loh bang..! "
zaidan membela diri nya

" Gue gak mau ganggu tuh bocah tapi mau bantuin dia bangun.." bohongnya ketika melihat raut wajah sosok yang dipanggil Abang olehnya.

" Ga usah boong.."

" Dih..ga percayaan benget, tanya aja sendiri sama tuh bocah.." Zai masih bohong, sebenarnya tangannya gatal ingin memberi bogeman pada anak yang masih terduduk di lantai itu, anak yang menurutnya kurang ajar dan yang membuat dirinya semakin unmood saja, tapi keberadaan satu abangnya disini membuat nya urung untuk bertindak, bisa-bisa hukumannya bertambah bila menyebabkan masalah lain.

Biarlah ia sisakan anak itu untuk dijadikan mainan nantinya.
melayangkan smirk-nya pada sosok mungil itu lalu berlalu dari sana menghiraukan satu abangnya yang hanya mengeleng, heran akan tingkah sang adik.

"Kamu tidak apa-apa? "

Abigaeil mengerjapkan matanya mendengar suara rendah milik yang lainnya, sosok yang dicap Abi sebagai malaikat penolong nya.
memerhatikan tangan putih dan berurat itu terulur dihadapannya.

" Hei..tidak apa-apa, kamu jangan takut.."

Lagi, suara itu begitu nyaman dipendengaran abigaeil membuat anak itu semakin terdiam.

" Ayo bangun.. sebentar lagi bel.."

Abigaeil tersadar, mengerjapkan matanya beberapa kali melihat tangan itu masih terulur.

Greppp....

Deg....

Abigaeil menyambut uluran tangan yang nyatanya lebih besar dari tangan kecilnya, membuat dirinya merengut tertahan.
tapi tidak bisa dipungkiri hangat genggaman itu terasa hingga relung hati nya

Abrian menundukkan kepalanya, guna melihat siapa yang gerangan anak itu.
tangan mungil yang sangat putih, ia sendiri putih tapi tidak seputih anak itu tangan yang halus nan lembut
namun terasa dingin.
entah mengapa hatinya berdenyut tidak karuan.

" T-teri-ma ka-sih~ " ujar abi pelan perlahan berdiri tanpa melihat siapa yang telah menolong dirinya.

" Apa?! kamu bilang sesuatu? " abrian melepas headset yang sedari tadi menyantol ditelinga nya mendengar gumaman kecil anak itu.

" Abi bi-lang... teri-makasih.. terimakasih su-dah tolong-tolong Abi..." cicit abigaeil pelan dengan tangan saling meremas.

" Ah..ya..tapi bisa dibesarkan volume suara nya... itu terlalu kecil, saya tidak bisa mendengar dengan jelas.." terang abrian lagi, sungguh penasaran dengan rupa anak yang sedari menunduk tanpa mau bersitatap

" Dan ya.. bukannya kurang sopan bila berbicara sambil menunduk Begitu..?" ujar abrian lagi.

Abigaeil mendengar nya menjadi panik sendiri, buru-buru mendongak kan kepalanya.

Dan...

Abrian mematung melihat penampakan wajah dihadapannya itu.
sepasang mata indah yang berkaca-kaca, pipi gembul nyaris tumpah, hidung kecil yang memerah dan bibir plum yang mencebik..dan ya kulit wajah yang sangat putih dengan semburat merah alami, sangat menggoda untuk di unyel-unyel paling tidak untuk dicubit.

Seumur-umur abrian belum pernah melihat makhluk yang begitu mengemaskan imut, cantik dan juga tampan bersamaan.
dirinya bingung sendiri mendeskripsikan anak dihadapannya itu..
namun imut mendominasi wajah polos itu.

Tapi bukan itu saja... mengapa kala netranya bersitohok dengan manik serupa manik kucing itu hatinya berdesir..
seolah tidak asing dengan wajah itu
seakan mereka telah lama akrab namun lama tidak bersua, serasa tidak asing.

Mengapa malah anak itu mirip sekali dengan sosok papa-nya...?
tapi mata dan bibir itu..malah mirip dengan sosok yang sangat ia rindukan
sosok yang telah menghilang dari hidupnya...?

" Ka-kak...? "

Panggilan lirih itu mengembalikan pikiran abrian yang sempat berkelana.

" Ka-kak ndak pa-pa? " abigaeil balik bertanya

Abrian mengeleng sebentar, menarik sudut bibirnya kala mendengar suara yang menurutnya lucu.

" Aha..tidak papa.." jawab abrian sambil mengeleng membuang muka kearah lain menghindari kontak dengan netra indah itu.
abrian sampai salting dibuatnya...

" Terimakasih..." pinta abigaeil kembali sedikit tersenyum hingga membuat Gigi-gigi kecilnya terlihat.

Abrian mengangguk sekilas, meneliti anak itu ia tidak pernah melihat anak itu sebelumnya, apakah bocah dihadapannya itu adalah anaknya salah satu guru disini, terlihat seperti anak SD yang menyasar di sekolah nya dan lebih sialnya lagi harus berurusan dengan adik premannya.
namun manik sipit abrian sedikit membola kala menyadari jika bocah itu berseragam sama dengan dirinya.

" Kamu murid baru? " pertanyaan itu akhirnya lolos juga

Abigaeil mengangguk pelan

" Hah! tidak salah?! bukan murid SD??" tanya abrian dengan nada tidak percayanya, sukses membuat abigaeil berdecak kesal ini bukan pertama kalinya ia di tanyai hal begitu.

" Ndak!
Abi sudah besar sekarang.. besar sekali.
Abi anak SMA tau! bukan SD " bibir berisinya terpout menggambarkan betapa kesalnya ia sekarang.

Abrian mengerjap, memundurkan kepalanya setelah mendengar bocah itu berucap, kenapa terdengar lucu sih.

" Ooh..maaf, " abrian tersenyum sedikit mengaruk pelipisnya yang tidak gatal.

" Aaa.. Kamu murid beasiswa? pindahan dari neosantara..itu.." tebak abrian selanjutnya.

Abigaeil mengangguk-angukan kepalanya hingga membuat rambut berponinya bergerak.

" Iya! hawo 만나서 반가워요!
mannaseo bangawoyo! "

Abigaeil tersenyum sambil usai mengucapkan kalimatnya.

Sudut bibir abrian semakin melengkung, hingga membuat mata sipitnya menghilang.
eyes smile khas nya abrian namun jarang sekali terlihat, perlu diingatkan dirinya bukan tipe orang yang mudah menebar senyum padahal senyumannya indah pendapat orang-orang yang pernah melihatnya.

" Bahasa Korea kamu keren!
kamu pinter bahasa Korea..? " tanya abrian setelah memuji si kecil ini.

" Eh..? ndak... Abi denger di film yang sering ditonton kak yas.." jawab Abi setelah pulih dari acara melongo nya.

Abrian terkekeh kecil melihat reaksi anak itu.

" ....Mm.. Hai nama kakak abriansyaa Wishnutama...
kakak kelas 3 sekarang... ketua OSIS darma utama.."

"Wow...hawo kakak! nama abi..abi " jawab abigaeil sedikit terkejut dengan gelar sosok yang ada di depannya kini.

Abrian Kembali terkekeh mendengar perkenalan ala Abi ini beberapa kali ia telah mendengar anak itu menyebutkan namanya.

"Hai...mm.. abigaeil asry...
W.."

Abrian mengeja nametag yang tersemat di almamater anak itu, sedetik kemudian dahinya mengernyit, ia pernah mendengar nama itu...tapi dimana? ia lupa..

" Hum! nama abi.. abigaeil! nice to meet you! "

Abi nyengir sedikit menunduk badannya, nge-bow ala koreyah.
padahal dia bochil Jaksel
sudahlah terserah Abi saja, yang penting kita semua bahagia...^_^

Pemikiran abrian Kembali terhenti kala mendengar suara lucunya abigaeil.

" Hahaha...too Abi…" kekeh nya.

" mm..Abi boleh kakak tanya sesuatu..? "

" Tanya? boleh" jawab Abi menganggukkan kepalanya

Abrian hening sebentar, mengapa jantungnya malah berdetak tidak karuan saat ini.

" Asry..? W... artinya apa? atau ada kepanjangan mungkin..? " tanya abrian hati-hati.

Abigaeil melipat bibirnya memiringkan kepalanya pose berpikir ala-nya.
ia pernah diberi tahu mama-nya tentang kepanjangan nama belakangnya, tapi mama-nya selalu mewanti-wanti dirinya agar tidak sembarang mengatakan pada orang lain.

Tapi ini bukan orang lain kan?
abrian itu kakak angle-nya.
ketua OSIS lebih dari itu Abigaeil nyaman dengan sosoknya, berbagi dengan abrian bukan Masalah besar bukan?

Melupakan fakta jikalau nama belakangnya sama dengan si ketua
OSIS itu.

" W...itu..."




......





.....
























































...........































.....








" W... itu.. panjangnya wis_..."

Cause we don't need permision to dance~

Da..na..na..na...~!

Abrian berdecak kesal kala nyaring suara bel pertanda sekolah dimulai memutus obrolannya dengan abigaeil
menyisakan tanya di benaknya
tanya yang belum sempat terjawab...
menggantung begitu saja di udara.



























yang dilihat Arsena...













voment juyeso ☺️✋


Continue Reading

You'll Also Like

248K 20.5K 22
Piyo, kisah si bocah polos yang disayang oleh abangnya. "Abang jelek! " "Kamu mirip monyet! " "Abang induknya! " "Dasar gendut! " "HUWEEEE, IBU, ABA...
33.9K 1.6K 22
squel dari 'kai and my dad' Kaizo yang dulu nya kecil sekarang sudah tumbuh besar seperti remaja pada umumnya Kai sekarang sudah memasuki usia ke 16...
324K 25.5K 28
Hanya Rafka, seorang anak kecil yang mengerti bahwa dunianya tidak bisa berjalan sesuai keinginannya. Semua seakan menjauh dari Rafka, sejauh jarak a...
16.8K 1.2K 47
[Completed] Untuk apa tersenyum, jika hanya ada lara saja di dalam hidup. Bagiku, senyuman itu tak ada gunanya - Aletta Senyum itu indah. Maka akan a...