ABIGAEIL

By parkchim_chim2

666K 51K 4.5K

Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para te... More

1
02
cast
03
05
06
07
08
10
15
09
11
12
13
14
16
00 : 41
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35..
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Tesss
52
53
54
👋👋
55
56
57
58

04

18.7K 1.4K 68
By parkchim_chim2

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Riani berkacak pinggang dengan wajah dibuat se-marah mungkin.
matanya sembab sehabis menangis jelas saja bagaimana tidak
ia hanya terlambat beberapa menit menjemput anaknya, namun harus dibuat kelimpungan kesana kemari karena tidak menemukan anak manis itu dimanapun.
bahkan sudah bertanya kepada semua orang yang dijumpainya namun nihil keberadaan anak itu.

Riani dibuat khawatir, cemas dan takut terjadi sesuatu pada anak imutnya itu, memikirkan skenario terburuk terjadi pada abigaeil membuat dirinya hampir mati rasanya.

" MAMA ! " abigaeil berteriak memasuki toko kue kecil milik mama-nya, tidak banyak pembeli hanya beberapa yang ikut menoleh terlonjak karena suara pekikan remaja kecil yang baru saja memasuki toko.
Tyas di meja kasir tersenyum, menghela nafas lega melihat kesayangannya pulang dalam keadaan baik-baik saja tanpa kurang satu apapun hanya saja pipi tembem itu saja yang sudah memerah mungkin karena terik matahari diluar sana.

" Mama ?! " abigaeil Kembali memekik.

mengulum bibir plum-nya kala melihat tatapan tidak bersahabat milik mama-nya.
tanpa menjawab Riani langsung membalikkan tubuhnya masuk kedalam rumahnya mengabaikan raut sedih putra kecilnya.

" Mama~ "

" Masuk abigaeil..."

Oh sekarang abigaeil benar-benar takut mama, marah dan itu sungguh bukan ide yang bagus.
bisa-bisa ia tidak dapat jatah kue coklat kesukaannya... tidak-tidak bagaimana jika mama benar-benar marah dan membuang dirinya kejalanan seperti yang pernah diceritakan bibi bakpao?

" Abigaeil...? "

Suara tegas mama memutus pemikiran innocent anak manis itu.

Riani sampai didalam rumahnya, duduk di ruang tamu minimalis itu dengan tangan bersedekap di dada.
abigaeil mengerjapkan matanya memandangi wajah tertekuk milik wanita tersayang nya itu.

" Mama~ "

"Mama marah?
minta maaf mama~ " abigaeil memulai lebih dulu, dengan kepala tertunduk menatap lantai rumahnya.

" Tau apa kesalahan kamu abigaeil..?"

Tanya Riani penuh penekanan, abigaeil mengangguk ragu-ragu.

" Pulang lambat...ndak tunggu mama~
jalan-jalan sendiri,.naik bus sendiri~
maaf mama.." lirih abi mengigit bibirnya takut sekali dengan aura tidak biasa mama-nya.

Riani menahan nafasnya sebentar dengan mata membelalak mendengar pengakuan lirih anaknya.

" Astaga! Abigaeil?!" dengus Riani

" Kamu naik bus sendirian? astaga nak kamu tau itu bahaya??
bagaimana jika terjadi sesuatu, bagaimana jika ada yang ingin berbuat jahat... Abi kenapa tidak nurut apa yang mama bilang... naik bus sendirian saat kamu tau, kamu buta arah bagaimana jika tersesat..."

Riani mengeleng tidak percaya,.
memejamkan matanya kala pusing melanda kelakuan anaknya itu sungguh membuatnya mengelus dada banyak-banyak bersabar.

" Maaf ma..." cicit abi, tangannya bertaut gelisah.

" Enggak... mama marah sama Abi,
Abi nakal banget..mama ga mau punya anak nakal..."

Abigaeil mengeleng ribut mengangkat kepalanya memperlihatkan netra indahnya sudah memerah, menahan tangisnya.
Riani memalingkan wajahnya takut tergoda dengan wajah mengemaskan abigaeil.

"Maafin mama..Jan-gan marah-marah hiks.. maafan Abi mama~ hiks.. maaf jangan buang Abi..Abi janji ndak nakal lagi..janji ndak pergi-pergi sendiri lagi..sesat-sesat sendiri lagi..."

Runtuh sudah pertahanan si kecil, menangis pilu melihat wajah mama-nya.

" Mama..hiks..maaf~
huks..."

Riani menyerah matanya menatap sendu abigaeil yang terisak Riani dapat melihat wajah sedih anaknya tidak tega sebenarnya namun ia harus melakukannya supaya abigaeil tidak terbiasa melakukan hal-hal semacam ini.

" Mama~ hiks...ughh..shh...uhuk- uhhuk~ "

" ASTAGA! ABIGAEIL!!! "

Riani memekik, melihat anaknya sudah rebah di dinginnya lantai dengan mulut mungilnya terbuka.

"ABIGAEIL!
denger mama sayang? maaf-maafin mama, bernapas sayang... ga papa..mama ga marah sama Abi.. tenang sayang..."

Riani kalang kabut melihat Abigaeil mengeleng dengan tangan terus meremas dadanya.

" ASTAGA!"

Tyas yang mendengar suara teriakan riani tergopoh-gopoh memasuki rumah diikuti seorang lelaki disampingnya dapat dilihatnya kini abigaeil yang telah rebah dilantai dipelukan Riani yang menangis mengusap dada mungil yang naik turun yang terlihat kesulitan meraup oksigen.

" Abigaeil? ya ampun ria? kenapa bisa begini sih..?? " tanya lelaki itu mengambil alih abigaeil memposisikan bersandar pada dadanya.

" Mas! mas fata?! tolong anak aku mas~ " pinta Riani berlinang air mata.

" Inhaler! mana inhaler nya Abi?! "
pekik fata.

Tyas berlari masuk kedalam kamar nya Abi lalu menarik oksigen portabel kepunyaan abigaeil.
Tyas memang cekatan mintanya inhaler malah langsung diberi oksigen.

Fata tidak masalah langsung bergerak cepat memberi pertolongan pada anak manis yang terpejam menahan segala sakitnya.

Riani terisak kala melihat anak kesayangan nya memejam dengan masker oksigen menutup hidung dan mulut mungilnya.

" Maafin mama~ ma-af" Riani mengelus telapak tangan yang telah basah dialiri keringat.

Abigaeil membuka mata sayu-nya, menatap mama-nya lalu mengeleng pelan.

" Jangan nangis ria.. abigaeil ga mau liat air mata kamu" fata memperingati.

Riani mengangguk sendu, mengecup sayang telapak tangan basah itu.

.
.
.
.
.
.

Abriansyaa atau akrab disapa ian atau Abang oleh adik-adiknya.
remaja bertubuh semok dengan
bicepnya yang terbentuk sempurna, boleh jadi yang paling mungil diantara saudara-saudara nya.
namun ia menduduki peringkat paling menyeramkan bila marah dan yang paling keras kepala.
tapi ia juga dikenal dengan sisinya yang soft dan tingkat rasa peka yang tinggi.

Tumbuh besar tanpa didikan berarti dari kedua orangtuanya tidak membuat dirinya bersikap menyimpang seperti banyaknya remaja broken home diluar sana.
ia justru tumbuh baik, pembawaan yang tenang, dingin dan kalem.
tidak banyak bersuara.

Hari ini diruang OSIS SMA darma utama.
abrian tengah berkutat dengan beberapa data siswa baru dimeja osis-nya.
mengabaikan keberadaan remaja lain yang tengah asik dengan kameranya sesekali ber-celoteh ria.

" Ray! bisa diem ga sih loe berisik banget kaya jangkrik! " tegur Ian dengan raut wajah kesalnya.

Yang ditegur menoleh sebentar, memasang wajah tanpa dosa lanjut lagi berbicara dengan kameranya.

" RAYI BANGKE BISA DIEM GA SIH LO!
GUE GA FOKUS DENGAR BAHASA ALIEN LO! "

Nahloh rayidanta langsung diam mendengar suara cempreng teriakan abrian.

" Hehehe maaf  Ian...
lagian serius banget lo idup" cengir ray mengaruk telinganya.

Dia rayidanta saudara se-ayah abrian alien tampan yang tersesat di bumi pendapat orang-orang yang dekat dengan nya.
soalnya selalu random dan berkelakuan aneh tidak bisa diprediksi kelakuannya.
dia juga merupakan bagian dari OSIS katanya sih biar keren dan berguna
tapi abrian meragukan niat adik yang hanya berbeda beberapa bulan dengan dirinya, Ray sapaan akrabnya
ikut OSIS pasti agar bisa menghindar dari pelajaran sekolah tidak ada yang lain soalnya anak itu kan paling malas dalam hal pembelajaran.

Sreett...

Selembar kertas terjatuh dipangkuan ray, lantas membuat pemuda itu memungut nya.
pasalnya rayidanta duduk lesehan di lantai dengan kamera ditangannya dan kain khusus untuk membersihkan kameranya yang ia beri nama " tata " kamera kesayangannya.
kamera pertama miliknya hasil menabung beberapa tahun, spesialnya ini kamera hasil keringatnya sendiri papa dan mamanya boleh jadi konglomerat kaya tidak lantas membuat nya hidup berfoya-foya, kegemarannya pada seni fotografi membuat dirinya mati-matian menabung guna mendapatkan kamera yang tentunya tidak murah harganya.

" Eyy...anak SD kenapa nyasar ke sini"

Ray memiringkan kepalanya melihat formulir ditangannya.

" Anjing! lucuk amet nih bocah?
ian...ini bocah sekolah disini juga?"

Abrian mengangkat kepalanya, menatap Ray dengan wajah sangarnya.

"Mulut lo Ray!
ini ruang OSIS... " dengus ian

" Dan ya iya lah sekolah disini ngapain juga formulir Disini
orangnya sekolah di-antartika.." Jawab abrian.

" Okw-okw..biasa aja lo bantet matanya dikondisikan lo ga gantengg you know! " misuh ray, soalnya ian menjawab pertanyaan dengan nada sewot dengan mata memicing tajam kepadanya padahal kan ia hanya bertanya.

Abrian mengangkat bahunya.

" Mm.. Let see,
mm.. Abigaeil asry W
Jakarta, 9 Maret... 10 ipa1 "

Abrian mengalihkan atensi pada Ray yang asik mengamati lembar kertas itu.

" Siapa namanya tadi? " tanya Ian telinganya mendengar kata tidak asing.

" Abigaeil asry W..! Kenapa? "
Ray mengernyit melihat perubahan wajah saudara bantet nya itu.

" Asry...? " gumamnya

" Mm..tapi gue lebih tertarik sama depannya abigaeil! " abrian menoleh mendengar ucapan Ray

" Kaya lucu aja gitu, jarang-jarang laki-laki namanya abigaeil.." lanjut Ray.

"Abigaeil artinya malaikat kan? " tanya abrian

" Mm.. Malaikat, suci and sakral lah pokoknya..." jawab rayidanta.

"Sok tau lo Jamett! " abrian mengeleng.

Ray diam saja fokusnya hanya pada foto berukuran 3×4 di sisi kertas nya.

" Putih banget kaya dedemit..."komentar Ray

Abrian menoleh mencuri pandang pada foto itu pula.

" Hm...Manis " gumam abrian tanpa suara lalu tersenyum hangat.

.
.
.

" BANG!!! "

Suara teriakan disertai pintu dibuka kasar mengalihkan atensi Wishnu bersaudara itu, hari ini di ruang OSIS hanya ada abrian dan juga Ray yang lainnya ada tapi diluar ruangan.

" Ya ampun! setan! " Ray memekik heboh.

Remaja yang barusan masuk mendatarkan wajahnya.

" Gue tandaiin lo Ray kecebong!.." desis remaja itu.

" Heh! gue Abang lo monster kelinci berotot! "

Ringan tangan Ray menonyor pelan dahi remaja barusan.

" Kenapa Zai..? ngapain kesini?! " tanya abrian.

" Malah masuk bukannya salam main nyosor aja.." lanjutnya.

Zaidan nyengir saja, remaja Tampan dengan tubuh gagah berisinya kadang jika berjalan diantara abrian dan juga rayidanta orang-orang mengira jika zaidan adalah yang paling tua Secara ia kan lebih besar dan tinggi dari dua abangnya itu.

" Bang gue pinjem mobil lo dong!
kuncinya mana?! " Zaidan bertanya

" Motor lo mana? " tanya Ray

" Dibawa Aming.. Kalah taruhan.." sesantai itu Zaidan menjawab seakan itu bukanlah masalah besar.

" Lagi? " abrian bertanya, pemuda bergigi kelinci itu hanya mengangguk malas.

" Aduh adek?! itu kalo mama papa tau abis lo! Cepu ah sama mas- sama kakak " ujar Ray meletakkan tata-nya hati-hati kedalam tas.

" Heh alien! jangan berani ember ya loe! Cepu aja coba, gue culik si tata! sekalian gue loakin! "

Ray waspada langsung memeluk tas berisi kameranya.

" Dan ya Jangan panggil gue adek!?
gue lebih tinggi daripada lo berdua"

Tegas, tidak ada sopan santun, petekilan, tukang pukul keluarga Wishnutama.
itulah yang mewakili kata dari nama Zaidana.

" Sembarangan! sejak kapan tingkatan umur diukur dari tinggi? " abrian tidak terima.

" Detik ini, dan lo yang paling mini, harusnya dipanggil Adek.." Zai menunjuk Ian dengan dagunya.
Ray menahan tawanya melihat wajah masam abrian.

" Cangkem mu zaidana...!
mau masuk RS hah " ancam abrian.

Zaidan nyengir kuda menyambar sebuah kunci dari atas meja dan berlari keluar ruangan OSIS, sekeras apapun zaidan ia tetap saja takut dan respect pada semua saudaranya.

Ray meledakkan tawanya Melihat pertengkaran antara kelinci dan juga anak itik pemarah itu.

Sedetik kemudian tawanya terhenti kala menyadari sesuatu.

" Zaidana babi! venano gue!! " pekiknya.

Abrian gantian tertawa melihat wajah panik Ray.

" Syukurin... siap-siapin aja liat mobil loe bonyok dipake balapan sama Zai.."  abrian tertawa nista

" Hiks lamborghini aing...! " drama Ray memeluk tata erat.

.
.
.
.
.
.

Riani memandangi wajah damai abigaeil yang masih memejamkan matanya setelah insiden beberapa jam lalu.
salah satu ketakutan terbesar dalam hidup Riani adalah menyaksikan putra bungsunya itu menahan sakit.
menangis pilu kala tidak bisa menahan sakit yang tidak terperi menyerang daksa mungil itu.

" Maafin mama nak~
ini semua karena kesalahan mama jadi kamu yang menerima akibatnya..."

Monolog Riani, mengenggam tangan itu kedalam hangat genggamannya.

" Coba saja mama mengetahui lebih awal kebaradaan kamu diperut mama~
mama pasti tidak akan menyerah...kamu tidak akan merasakan hidup susah bersama mama, harus ikut berjuang bersama mama... berjuang untuk hidup...
maafkan mama abigaeil~ malaikat kesayangannya mama jangan pernah tinggalkan mama nak...jangan pernah pergi sebelum mama sendiri yang pergi lebih dulu... abigaeil harus sehat nak...harus panjang umur..Abi mau bertemu papa kan?
mama akan berusaha sayang mempertemukan Abi dengan papa, dengan mas~ dengan kakak dan juga Abang..." lanjut Riani memeluk tubuh mungil itu pelan sekali.

.
.
.
.
.
.

Matahari telah menyelesaikan tugasnya, kini digantikan oleh bulan yang mulai menerangi semesta.
tidak ada bintang yang menemani bulan dalam bertugas malam ini.
rinai rintik hujan turun lemah sekali menguyur bumi.

Seorang pemuda tampan berdiri di ambang jendela besar kamarnya menyaksikan hujan yang membasahi jendela besar itu.

" Kak~ mas pinjam charger dong? "

Sehan mengernyit heran melihat salah satu adiknya mengabaikan dirinya, bahkan ketika ia membuka pintu kamar adiknya itu masih tidak menyadari kehadiran nya.

" Kak? " masih tanpa jawaban
perlahan Sehan mendekati pemuda yang masih asik dengan dunianya.

" Sena tidur sambil berdiri? bisa-bisanya mas ganteng kaya gue dikacangin" Sehan bermonolog.

" ARSENA!!! "

Sehan berteriak pada akhirnya, membuat Sena terlonjak, mengelus dada nya pelan.

" Ya ampun!
mas Sehan, ngagetin aja! " pekik Sena kesal.

Sehan menampilkan senyum bodohnya.

" Ya abisnya mas panggil ga denger ya mas teriakin lah biar denger..." jawab sehan.

" Ngapain sih.. malam-malam gini rusuh dikamar Sena? "

" Lagian kamu lamunin apa sih? serius banget..mas mau pinjam charger tadi..tapi kakak diem aja.." ujar sehan

" Ish kirain apa..."

" Miskin banget mas? sampe charger aja minjem... makanya hidup jangan modal gantengg doang" pedas Sena.

" Heh! mulutnya ya arsena, mas bukannya ga modal tapi liat kelakuan adik-adik kamu sana, mas ga hanya punya satu charger!
tapi lima...  catat ya Lima..!!" Sehan nge-gas

" Lah terus kenapa pinjam punya Sena? "

" Ya karena semua punya mas dipinjam sama mereka satu yang biasa mas pake tinggal dikantor, atu lagi ga tau kemana!
satu lagi dibawa rayi dia ngamuk sama mas karena charger nya dirusak Seno..
satu lagi dipinjem Seno..dan sekarang mas udah ga punya charger mentang-mentang hp sama semua... charger juga satu untuk semua! mas kesel tau ga! "

Sena mengerjap pelan lalu mengeleng
mas-nya itu kalo sudah ngomel bisa panjang kali lebar hampir tanpa jeda dalam setiap kalimatnya.

" Kan...masih ada yang wireless mas~ ribet banget" imbuh Sena.

Sehan mengeleng pelan dengan wajah murung.

" Rusak juga.. didudukin Seno..." jawab Sehan lemah

Sena meringis mendengar ucapan Sehan, saudara kembarnya itu memang sedikit unik.

Lalu tanpa kata ia berjalan ke sisi tempat tidurnya memastikan dua handphonenya terisi penuh.

" Letakin aja HP-nya, pake yang ini aja ya mas "

Sehan mengangguk semangat menaruh handphone dengan logo apel digigit itu keatas meja yang sudah terdapat charger wireless.

" Mas tinggal dulu ya.. Abang minta dimasakin mie tadi ..."

" Jangan dikasih mas~ kemarin malem juga tuh tiga bocil mukbang samyang level setan sambil Mabar game sampe jam tiga pagi..."

Adu Sena lancar sambil memainkan handphonenya.

" Apa!? ohh~ gitu pantesan si Ray langsung  sakit perut samyang masalahnya..." dengus Sehan.

Dia adalah sulung tertua di antara wishnutama bersaudara, perannya begitu penting dalam keluarga ini
ia adalah penggantinya mama dan juga papa dalam waktu bersamaan.
adik-adiknya adalah tanggung jawabnya.
memastikan adik-adiknya Tumbuh sehat, bahagia tanpa kekurangan apapun adalah tanggung jawab Sehan
pikirnya.
maka dari itu ia berusaha mendisiplinkan adik-adiknya tentu saja dengan caranya.
meskipun begitu ia sadar jika ada beberapa hal yang tidak bisa ia kendalikan dalam hidup adik-adiknya.
namun begitu percayalah Sehan sudah berusaha semampunya untuk menjaga adik-adiknya.

Selepas kepergian Sehan yang terburu buru sudah dipastikan ketiga adiknya akan mendapatkan pelajaran berharga dari si sulung.
Sena tenang-tenang saja, karena kemarin Sena sudah memperingati ketiganya.
lanjut menscroll timeline sosmed nya.

Ting...!

Bunyi suara notifikasi handphonenya Sehan mengalihkan atensi sena.
ia hanya menoleh sebentar ketika handphone milik mas-nya itu masih menyala tidak ingin kepo sebenarnya tapi beberapa kata di sana mengalihkan perhatian nya.

Beberapa menit kemudian pintu kamar Sena Kembali terbuka menampilkan Sehan dengan wajah merah nya mungkin sehabis mengomeli tiga bocah itu.

" Na... mas ambil hp ya.."

Sena diam posisinya dia memang masih diatas king size nya.

" Dah mau tidur? " tanya Sehan

Sena masih diam memandang wajah tampan mas-nya.

" Ya udah... night arsena" ujar Sehan pada akhirnya berpikir Sena diam karena memang mengantuk berjalan keluar dari kamar sang adik tanpa melihat wajah si empu kamar.

" Mas" suara sena menghentikan langkah kaki Sehan.

" Um.." respon Sehan.

" Mas...masih cari tau soal mama...? "

Sehan terpaku ditempatnya berpikir kegiatannya selama sepuluh tahun belakangan ini tidak akan diketahui adik-adiknya, dirinya tidak ingin membuka luka lama.
namun sudut hatinya tidak ingin munafik bila ia sangat merindukan wanita yang telah melahirkannya kedunia.
rasa rindu yang sudah lama ditahan nya, ia hanya ingin tahu alasannya mengapa mama-nya tega meninggalkan dirinya dan adik-adiknya terlebih lagi abrian yang masih sangat butuh kasih sayang saat itu.

" Kak..."

" Jawab aja... Mas" desak Sena dengan suara dinginnya.

" Maaf~ " pinta Sehan entah mengapa malah hanya itu yang bisa ia ucapkan.

" Bukan itu jawabannya...
tapi, apa hasilnya? "

Sena tegap dari posisi berbaringnya menatap Sehan penuh harap.
sama seperti mas-nya dia juga sama ia butuh tau mengapa mama-nya meninggalkan mereka dahulu.
ia juga merindukan sosok itu dalam hidupnya.

Sehan mendekati adik pertamanya itu, lalu tersenyum hangat mengusap kepala sang adik.

" Nope na.. beberapa tahun belakangan mas cari tau tapi masih nihil hasilnya.." jujur Sehan.

Sena memalingkan wajahnya menghela nafas jengah.

" Maafin mas ya~ "

Sehan memahami raut kecewa di wajah tampan sena langsung memeluk tubuh yang lebih yang lebih muda.

" Sena kangen mama mas~ " lirih Sena meneteskan air matanya.

.
.
.
.

" Bukan cuma lo twins gue juga kangen..."

"  Seno benci mama~ tapi juga rindu..."

Seno mematung diambang pintu Sena menyaksikan dua saudaranya menangisi hal yang sama membuatnya jengah, tangannya terkepal kuat lantas berlalu dari sana ia marah pada keadaan...
marah pada takdir yang memisahkan dirinya dengan sang mama.







voment juyeso ☺️☺️✋





Continue Reading

You'll Also Like

Stayed with father By HUMAN

Historical Fiction

405K 28.1K 56
"17 tahun dan kau baru datang?"
358K 36.5K 32
Kai nggak suka Mommy gendong adek bayi. Terbiasa menjadi anak kesayangan membuat Kai terbiasa. Kelembutan Mommy membuat Kai merasa kesal ketika pakde...
67K 6K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
66.7K 3.2K 49
( FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!! ) ( JANGAN LUPA UNTUK TINGGALKAN JEJAK VOTE DAN KOMEN YAAA!!! ) LAPAK BROTHERSHIP NOT BL❌❌❌ [ Tetap votmen ya teman...