RICARDO : DANGEROUS HUSBANDS

By MentariJingga_

1.3M 38.7K 6.5K

Lelaki tantrum itu akan bertemu dengan gadis yang memiliki sifat keras kepala. Ricardo Ace Austin dengan Aru... More

00 - Prologe
01 - AceAustin High School
03 - Incident in the canteen
04 - Permintaan tuan muda
05 - Power Ricardo
06 - Basket date
07 - Annoyed
08 - Trending
09 - Baper
10 - The others side
11 - A fact
Special Part Bulan Puasa
12 - Weds day
13 - Kehidupan
14 - New beginning
15 - Rival
16 - One on one
17 - Clubbing
18 - Permintaan maaf
19 - Will
20 - Camp
21 - Crazy Ghost
22 - Sick
23 - Hair Braid

02 - Together

49.2K 2K 113
By MentariJingga_

paling suka bacain comment di pinggiran, comment yang positif yaw🫀💗 share cerita mentari ke teman-teman kalian jugaaa✨

⛓️⛓️⛓️

"Permisi nyonya,"

Bunda Vira—Wanita yang dikenal sebagai Bunda Ricardo itu menoleh, meletakkan majalah yang ia baca di atas meja.

Pe Hans selaku asisten tuan muda Ricardo itu membungkuk hormat, mengganggu waktunya. "Maaf nyonya, diluar ada keributan dengan membawa tuan muda Ricardo bersama gadisnya,"

"Lho, ada apalagi ini? Anak nakal itu bikin ulah lagi Hans?"

"Sepertinya nyonya, tuan muda juga membawa gadis itu."

Vira menghembuskan nafasnya, baru saja mereka kedatangan tim kepolisian yang meminta pertanggung jawaban dari putranya yang baru melakukan tabrak lari dan sekarang membawa keributan lagi. Huft.

Vira bangkit dari duduknya, hendak melihat keributan apa lagi yang putranya buat dengan Pe Hans yang berjalan di belakangnya.

Pintu utama terbuka otomatis begitu nyonya besar berjalan mendekat.

"Ada apa ini?" suara lembut Vira bertanya.

"Mohon maaf Bu Vira, putra Ibu ketahuan berbuat mesum pada jalanan gang," ucap seorang stpam.

"Berbuat mesum?" Vira menatap putranya yang juga menatapnya.

"Engga tante, aku sama Ricardo ga ngapa-ngapain, mereka salah paham," jelas Naeva.

"Ga mungkin salah paham mbak, orang kita lihat jelas tadi kalian mau ciuman." sahut salah satu warga yang ikut memergokinya.

"Engga Mas! Kita tadi—Ricardo jelasin dong, jangan diam aja," kesalnya saat Ricardo tak melakukan penolakan apapun. Entah mengapa rasanya ingin menangis sekarang.

"Masnya diem karena mengakui kesalahan Mbak, udahlah mbak, ngaku aja."

"Engga! Kita ga ngapa-ngapain." air matanya kini sudah turun karena dipaksa jujur mengakui kesalahan yang tak diperbuatnya.

"Halah! Udah Bu Vira, kita ga mau tahu pokoknya mereka harus dinikahkan. Kita ga mau kalau di kompleks kita ada yang berbuat mesum, apalagi remaja." ucapnya yang mendapat sorakan.

"Iya, tenang dulu ya, saya akan tanyakan pada mereka—"

"Tanyakan bagaimana lagi Bu!? Anak Ibu sudah jelas berbuat mesum di tempat umum. Mentang-mentang disana sepi, jangan berbuat seenaknya."

"Pokoknya mereka harus dinikahkan."

"Setuju!!"

"Iya Bapak-bapak, setelah suami saya pulang saya akan bicaran hal ini. Bapak-bapak tidak perlu khawatir, saya pasti akan menikahkan mereka supaya tidak terjadi kesalah fahaman."

"Beneran ya Bu Vira? Kami tunggu,"

"Undang kami juga untuk menjadi saksi," atau memakan makanan orang kaya.

"Iya, saya berjanji. Minta maaf juga karena putra saya sudah membikin keributan malam-malam."

"Baik kalau gitu, kami permisi." para warga sekaligus satpam kompleks berlalu pamit.

Vira menghela nafasnya begitu sudah sepi, menatap putranya yang masih terlihat santai lalu menyuruh keduanya untuk masuk.

"Jelasin sama Bunda," ucap Vira begitu mereka sudah berada di ruang tengah. "Bener kalian melakukan apa yang mereka bilang?"

Ricardo berdecak dengan menyandarkan tubuh pada sofa. "Abang tadi dikejar warga gara-gara nabrak orang. Abang mau tanggung jawab, tapi mereka udah ngejar,"

"Ga sengaja juga nabrak dia," tunjuknya pada Naeva. "Abang bawa lari aja sekalian," Vira memijat kepalanya pusing mendengar penjelasan putranya.

"Terus yang berbuat mesum itu?"

"Nah, kalo yang itu bener! Abang—"

"Engga tante, itu ga benar." sela Naeva memotong ucapan Ricardo.

"Dih, orang gue bener niat mau nyium lo."

Astaga, anak siapa ini?

"Bang.." panggil Vira. "Udah sana mandi, badan kamu itu lho, bau."

Ricardo mendengus, mencium badannya. Bau badan sih tidak, namun bau alkoholnya yang menyengat. Tubuhnya juga terasa lengket dan berkeringat akibat lari-lari tadi.

Ricardo bangkit dari duduknya, menatap Naeva. "Jangan biarin dia pergi, Abang mau ngomong sama dia."

"Iya, sana mandi."

Ricardo yang akan membuka lift menuju kamarnya kembali berbalik. Menatap asistennya yang masih berdiri di sisi sofa ruang tengah.

"Ambil motor gue di jalan cempaka," ucapnya pada Pe Hans.

"Sudah saya ambil tuan muda," jawab pria dengan umur 30-an itu.

"Bagus, pastiin jangan ada yang lecet." ucapnya berlalu masuk ke dalam lift.

Vira menghela nafasnya pelan melihat kelakuan anak semata wayangnya itu. "Kamu periksa motornya Hans, sebelum ngamuk." ucap Vira yang dituruti Pe Hans.

Vira berpindah duduk di samping Naeva, memeluk gadis cantik itu untuk ditenangkannya.

"Maafin anak Bunda ya," Naeva hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Naeva pulang ya Bunda,"

"Ga mau nginep sini aja sayang? Udah jam 11 lho," Vira mengusap air mata Naeva yang masih tersisa. "Nanti biar Bunda yang bilang Mama sama Papa kamu,"

"Nginep sini aja ya? Besok kalau mau sekolah Bunda suruh Abang nganterin kamu langsung ke rumah,"

Naeva mengangguk, lalu diantarnya ke kamar tamu dengan Vira.

°°°

Ricardo kembali ke ruang tengah dengan telanjang dada setelah selesai mandi. Lelaki bertatto itu mencari Bundanya dan juga Naeva yang tadinya berada di sana namun kini sudah tak ada. Jam juga sudah menunjukkan pukul setengah satu pagi dan mansion yang terasa sepi.

Ricardo berdecak kembali menaiki lift menuju lantai atas, hendak mencari Bundanya.

Lelaki bertatto itu mengetuk pintu kamar sang Bunda namun tak mendapat jawaban yang Ricardo yakini Bundanya itu sudah bertemu sosok pangeran berkuda.

Beralih ke kamar sang Bunda kini Ricardo mengetuk pintu kamar Pe Hans yang tak lama keluarlah pria 30 tahunan itu.

"Siap tuan muda, ada yang bisa saya bantu?" walaupun Pe Hans sudah sangat mengantuk, pria itu tetap setia 24 jam untuk tuan mudanya.

"Cewek gue mana?" tanyanya dengan wajah datar.

"Nona Naeva?"

"Sejak kapan lo tahu namanya?" alisnya menyatu galak.

Pe Hans menunduk. "Maaf tuan muda, tadi nyonya bertanya pada gadis tuan muda,"

"Ck, dia udah balik? Lo yang anterin?"

"Tidak tuan muda, nona Naeva sedang beristirahat di kamar tamu."

Ricardo tersenyum menyeringai lalu bertanya pada sebelah mana kamar yang Naeva tempati.

"Hm, lo boleh lanjut tidur." ucapnya berlalu pergi meninggalkan Pe Hans.

Ricardo berjalan menuju kamar tamu yang Pe Hans maksud dengan senyuman smirk menghiasi wajah tampannya. Lelaki itu memegang gagang pintu yang sialnya terkunci dari dalam. Tak ada pilihan lain, Ricardo mengetuk pintu kamar tanpa berucap.

Sementara Naeva yang baru terlelap lantas bergerak bangun ketika mendengar ketukan pintu. Dengan tubuh yang lemas karena mengantuk, gadis cantik itu berjalan mendekati pintu.

"Sebentar," balasnya ketika ketukan pintu semakin keras.

Naeva membuka kunci pintu yang langsung disuguhi lelaki bertubuh kekar itu dengan tatto yang menghiasinya.

Sial, baru bangun sudah langsung mendapat yang segar-segar. Apalagi kalau bukan perut six-pack lelaki di hadapannya.

Mencoba menghilangkan pandangan mata dari kotak enam itu, ia beralih menatap wajah Ricardo yang menatapnya datar.

"Kenapa?"

"Gue laper."

"Makan." sahutnya malas.

"Masakin."

Naeva menghela nafasnya. "ART kamu banyak, ga usah susuh aku." Naeva yang akan menutup pintu, kaki Ricardo menahannya.

"Mereka pada tidur," Ricardo menarik tangan mungil Naeva untuk diajaknya ke dapur. "Aku ngantukk." ucapnya menahan tangannya yang ditarik Ricardo.

Ricardo berdecak, menatap Naeva ke bawah yang lebih pendek darinya. "Lo numpang tidur di tempat gue, bayarannya lo harus masakin gue."

"Buruan, sebelom gue cipok lo." lanjutnya kembali menarik tangan Naeva.

"Lo udah kenal ma Bunda?" Ricardo menyenderkan tubuhnya di pantri dengan menatap gadis cantik yang tengah memasak makanan untuknya itu.

Naeva yang malas menjawab hanya berdeham, hal itu membuat Ricardo mengangguk. "Bagus, itu calon mertua lo."

Naeva hanya diam tak menanggapi, terlalu malas tengah malam seperti ini meladeni orang seperti Ricardo.

"Cowok yang jemput lo kemaren siapa? Pacar lo?" ah, Ricardo ini sangatlah kepo.

"Aku ga ada pacar," Ricardo menangguk-nganggukkan kepalanya mendengarnya lalu beralih ke belakang Naeva, merangkul pinggang yang menurutnya terlalu mungil itu.

"Ngapain!?" Naeva sontak melepas tangan Ricardo dari pinggangnya.

"Meluk doang elah," decaknya. "Itung-itung lantian sebelum nikah."

"Males banget, siapa yang mau nikah sama kamu." balasnya dengan menuangkan masakannya ke atas piring.

"Sialan." umpatnya.

"Udah tuh makan," Naeva meletakkan masakannya di atas meja hendak kembali ke kamar.

"Gue kalo makan minumnya susu," ucap Ricardo sontak membuat Naeva meyilangkan tangan di depan dada.

"Susu yang ada dikulkas oon."

Naeva berdecak mendengarnya, malu juga. Lalu langkahnya mengambilkan susu kotak yang ada di dalam kulkas, menuangkannya pada gelas lalu di berikan pada Ricardo yang sudah berada di meja makan.

"Nih," Naeva meletakkan segelas susu putih itu di hadapan Ricardo.

Ricardo mencekal lengan Naeva saat akan pergi. "Mau kemana? Temenin gue makan."

Naeva menggeram menahan kesal dari tadi menuruti perintah Ricardo. "Ini udah jam satu, aku ngantuk. Besok sekolah."

"Lo kira lo doang yang sekolah? Gue juga," ucapnya datar. "Duduk sebelum gue cipok lo sekarang." lanjutnya tanpa bantahan.

Dengan tarikan nafas yang paling dalam Naeva menuruti permintaan lelaki yang baru saja mencari masalah dengannya tadi pagi.

Sungguh, menemani Ricardo makan disaat tengah malam seperti ini tidak pernah terbayang dalam benaknya. Apalagi status mereka yang—sudahlah, Naeva tak ingin membahasnya.

°°°

Pagi-pagi sekali kini Ricardo menghantar Naeva kembali ke rumahnya. Ia juga sudah berseragam yang aslinya sangatlah malas, itu pun karena Vira yang menyuruhnya. Katanya biar tidak bolak-balik, sekalian berangkat bersama Naeva.

Naeva kini sudah berada di kamarnya untuk siap-siap dan Ricardo yang berada di ruang tamu, lelaki itu kembali tidur di sana.

Suara mobil yang memasuki gerbang rumah Naeva sontak membuat Ricardo bangun dari tidurnya, yang tak lama datang seorang pria yang mengenakan jas masuk ke dalam. Ricardo yakin itu calon Papa mertuanya, mewhehe.

"Lho, Ricardo?" Martin—Papa Naeva itu berjalan mendekati Ricardo yang berada duduk sofa. Sementara Ricardo menyerit bingung, apakah mereka pernah bertemu sehingga calon mertuanya itu mengetahi namanya? Atau mungkin Naeva pernah bercerita kepada Papa tenang dirinya? Ah, Ricardo jadi berbangga diri sebab dikenali calon mertua.

Ricardo bangkit menyalimi tangan Martin. "Om," sapanya.

"Nungguin Nay, ya?"

"Iya,"

Martin tersenyum. "Om ke atas dulu," pria itu menepuk bahu Ricardo. "Nanti kita sarapan bersama, Om yakin kamu belum makan." lanjutnya berlalu pergi.

Aneh, mengapa Ricardo rasa calon mertuanya itu seperti sudah mengenalinya? Sudahlah, yang pasti ia senang dapat dekat dengan calon mertua. Ia kan akan nikah dengan Naeva akibat kejadian kemarin.

Pukul 06.15 kini ketiganya sudah berada di meja makan.

Naeva yang mendengus pelan ketika Ricardo dengan Martin terlihat begitu akrab. Bahkan obrolan mereka sudah jauh, Naeva tak mengerti apa.

Naeva meminum susu sarapan paginya, gadis itu berlalu keluar ketika mendengar suara klakson motor.

"Gaa," panggil Naeva pada Ringga yang berdiri di halaman rumahnya.

Ringga tersenyum menyambut kedatangan Naeva. "Kemana aja? Aku chat ga dibales."

Naeva meringis, sebenarnya ponselnya ketinggalan di rumah semalam. Jadi ia tak tahu kalau Ringga ada menghubunginya.

"Motor siapa?" tanya Ringga melihat motor sport yang terparkir di halaman. "Papa kamu pulang?"

"Iya, Papa pulang,"

"Ringga," sapa Martin keluar dari dalam rumah dengan seorang lelaki yang mengikutinya dari belakang.

Sial. Umpat Ringga melihat kedatangan lelaki yang berada di belakang Martin, ya, ia kenal betul siapa lelaki itu.

Ricardo, lelaki itu memandang Ringga dengan tatapan datar.

Martin menepuk bahu Ringga yang menyalaminya. "Sehat Om?"

"Sehat," balas Martin seraya terkekeh pelan.

"Udah jam setengah tujuh lebih, lebih baik kalian segera berangkat sebalum telat,"

Ringga mengangguk, hendak menaik tangan Naeva namun Ricardo lebih dulu menariknya.

"Naeva bareng gue."

"Ga bisa, dia bareng gue." balas Ringga tak ingin kalah. Jujur ia bingung menempati kehadiran Ricardo yang berada di rumah Naeva.

Ricardo tertawa sinis. "Lo beda sekolah kalo lupa,"

"Dan gue ga masalah." pandangan tajam keduanya saling bertemu, seolah berbicara lewat mata.

Martin yang melihat keributan kecil diantaranya pun segera melerainya. "Sudah-sudah, Nay berangkat sama Ricardo karena mereka satu sekolah dan Ringga, sekolah kalian jaraknya cukup jauh, Om takut kamu telat nantinya." jelas Martin membuat Ricardo tersenyum bangga, jelas, dibela calon mertua.

Sekali lagi di garis bawahi, calon mertua.

♠♠♠

jangan lupa tinggalin jejak yaww, vote, comment, follow🫠 jejak kalian semangat bagi mentarii

comment buat nextt💗

papaiii readers tersayanggkuuhhh😋😋

Continue Reading

You'll Also Like

593K 9.6K 25
"No matter how far you go, I make sure you always come back to me" ~Arlevan Georginio - - - - - - - - - - Menceritakan seorang gadis dengan sifat ba...
3M 190K 78
"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia natap aku, jadi ya aku senyum lah, gak m...
3.9M 234K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
65.1K 1.2K 22
[BACA DULU SIAPA TAU KECANTOL] Edgar adalah salah satu most wanted dari SMA Jati Negara. Kerena sikapnya yang dingin dan kejam dia dijuluki sebagai S...