Chameleon Boy [Encanto Fanfic...

By creamchizz_

4.2K 646 185

[Camilo x OC] Sierra, gadis luar kota yang memutuskan untuk berkunjung ke desa bibinya di balik Pegunungan Ko... More

1 ; encanto
2 ; the madrigal's
3 ; the truth
4 ; fever
5 ; friendly neighborhood?
6 ; baper?
8 ; indirect confession
9 ; i'm into you [ft Dolores wedding]
10 ; untold facts
11 ; irony
12 ; adiós
13 ; mercy
14 ; comfy [fin]
A/N

7 ; naughty!

247 46 15
By creamchizz_

Jangan lupa vomentnya yaa, happy reading!



"Sobrina! Coba cicipi adonannya. Aku butuh pendapatmu."

"Sebentar tia!" Aku memasukkan loyang berisikan adonan cookies coklat ke dalam oven, lalu mencuci tangan dan menoel adonan yang disodorkan tia Rieta.

"Enak kok. Tapi boleh tambahin sedikit gula atau pemanis lainnya? Biar gak terlalu asin." Aku berpendapat. Tia Rieta mengangguk paham, "Sip, terima kasih sarannya Sia!"

Kini, aku tengah membuat dessert bersama tia. Kami berbagi tugas, aku mengurus kue kering, sedangkan tia membuat cheese cake.

Tia Rieta tersenyum padaku. "Aku mendapatkan banyak ilmu baru soal kue darimu. Senangnya bisa belajar sama ahlinya langsung."

Pipiku memanas menerima kata ahli dari tia. "Tiaa, biasa aja ah!"

Sebenarnya di kota lama, membuat dessert sudah menjadi rutinitasku. Yah, aku melakukannya karena berhubungan dengan pekerjaan ibuku sih.

Helaan nafas terdengar dari tia, "Andai Sonya mau ikut membantu di dapur. Tapi ia lebih memilih merakit kayu bersama Diego dan ayahnya."

Aku terkekeh, "Biarkan saja. Ia memang lebih suka beraktivitas diluar."

"Oh iya! biar lebih mantep, tambahkan remahan biskuit di dasar adonan cheese cakenya sebelum dipanggang." Timpalku menyarankan.

"Siapp."

"Mau kubantu menghancurkan biskuitnya? Mumpung pekerjaanku sudah selesai."

"Nggak, gak usah! Kamu istirahat saja. Kamu sudah membantuku banyak!" Tia mengibaskan tangannya, menyuruhku bubar.

"Yakin?"

"Yakinn sayang. Sudah jangan keras kepala, toh ini tinggal ngerjain langkah terakhir." Tia mencubit pipiku gemas. "Kalo bosen di rumah, coba kunjungi perpustakaan. Dekat kok dari sini."

"Perpustakaan?"

"Iya, belum pernah kesana kan? Tempatnya adem, tia yakin kamu suka disana."

Perpustakaan ya ... boleh juga.

Usai berganti pakaian, aku berpamitan pada tia Rieta dan keluar rumah. Saat menutup pagar, tiba-tiba ada yang menyapaku, "Mau kemana?"

"Eh," Aku memutar badan, "Oh hai Diego. Mau ke perpus."

"Tumben rajin," Diego menatapku curiga. "Biasanya siang gini kau tidur macam orang pingsan. Gak hibernasi sekalian?"

Sonya sudah mengumbar aibku berapa banyak sih?! "Gak. Aku ingin menyegarkan otak. Satu lagi, aku gak se-lebay itu ketika tidur." Ketusku tak terima.

"Bagus. Jangan simulasi mati terus."

"Pedas ya ucapanmu,"

Pemuda ini tertawa renyah menanggapiku, menyebalkan.

Diego menawariku bareng. Bukan berarti mau ke perpustakaan juga, tapi ia ingin mengantar hasil rakitannya ke temannya. Kebetulan kami searah. 

Di tengah jalan, tak sengaja mataku menangkap Camilo berkumpul dengan teman-temannya, bersenda gurau bersama. Ia tidak menyadariku, toh jarak kami terbilang jauh. Kulihat Agatha juga ada disana. Aku mendengus, berhenti menatap mereka.

Sesampai di perpus, aku melapor pada petugas perpustakaan. Aku mulai menjelajahi tiap lorong, mengedarkan pandangan. Ternyata tempat ini luas, bukunya lengkap, hanya ada satu-dua orang disini.

Aroma buku menyeruak memenuhi penciumanku, sungguh nikmat yang hakiki.

Aku melipir ke salah satu rak yang menyediakan aneka buku fiksi. Hm, mana yang harus kubaca ya? Aku dilema.

Atensiku tertuju pada satu buku bertemakan historical eropa. Aku membaca sinopsis yang tertera dibaliknya. Wow, tampaknya seru.

Iseng membaca dua lembar pertama. Aku memutuskan untuk menutup buku itu.

"Gila," Aku tercengang. "Baru awal sudah panas saja."

"Tidak, tidak boleh." Segera kukembalikan buku itu. "Mending cari buku lain saja."

********

BUK!

Aku menutup halaman akhir dari buku yang kubaca. Berhasil menuntaskan buku yang pertama kali kutemukan itu.

.....

Aku tau aku tidak konsisten. Tapi gimana ya, ceritanya bikin penasaran T_T

Toh, usiaku sudah cukup dewasa juga untuk membaca ini.

Panas dingin sih membacanya, tapi overall alurnya seru! Aku berhasil menamatkan seri kedua novel ini. Saking asiknya, sampai tak sadar sudah berapa lama berada disini.

"Ada seri ketiganya gak ya?" Aku beranjak dari kursi, berniat melanjutkan seri ketiga novel ini, kalau ketemu. Aku mencarinya di rak yang sama.

"Nah, itu dia!" Yes! Aku melihatnya! Di rak paling atas :')

Aku berusaha jinjit untuk meraih buku itu. Tinggi sekali, bahkan jari telunjukku hanya mampu mengelus ujung buku itu.

Bahuku loncat, saat tangan seseorang mendahuluiku mengambil buku yang kuincar. Berbalik badan, aku menghela nafas. Dia lagi, dan lagi.

"Mencari ini?" Anak laki-laki itu memerhatikan seluruh sisi novel, lalu menatapku.

"Benar. Makasih sudah mengambilkannya." Ucapku, ingin meraih buku novel di tangan Camilo. Tapi Camilo malah menjauhkan buku itu dari jangkauan tanganku, lah??

"Camilo, kemarikan bukunya," Pintaku, sambil mencoba mengambil bukunya, tapi ia semakin menghindar. Ini maksudnya apa sih?

"Kupikir kau ingin mengambilkannya untukku..?"

Camilo melirikku sebentar, sebelum ia kembali menatap novelnya. "Memang iya. Tapi aku mau lihat bukunya sebentar."

"Huh?"

"Aku penasaran dengan apa yang kau baca."

Tunggu, ia ingin melihat-lihat buku itu?? Oh jangan!

"H-Heh gak usah kepo! Berikan padaku!"

"Liat sinopsisnya dulu,"

"Gak perlu! Cepat berikan padaku!"

Aku mendengarnya mendengus geli, ia memamerkan seringaian nakalnya. "Kok panik? Mencurigakan, intip ceritanya ah."

HIH—jangan!! Bisa gawat kalau dia tahu aku baca cerita berat seperti itu!

Aku terus mengejar tangan Camilo yang memegang novel itu. Sial, dia sangat lincah. Plus, ia sangat tinggi. Bahkan tinggiku hanya mencapai dagunya, membuatku semakin susah menjangkau buku yang ia angkat tinggi-tinggi itu.

Kapan drama konyol ini selesai!?

Camilo membuka acak halaman novel itu, jangan sampai ia membaca—

"Putra mahkota melumat bibir merah muda kekasihnya,"

SI BODOH BENERAN DIBACAIN SAMA DIA DONG! MANA PAS BAGIAN ITUNYA.

"Hush!! Jangan dibaca!! Cepat kembalikan!!"

"Sang putri membalas kasar kecupan dari kekasihnya. Astaga hermosa, kau menyukai hal-hal seperti ini? Gadis nakal."

"Ck diam!! Berhentilah menggodaku! Serahkan bukunya cepat!!"

"Ciuman keduanya terasa begitu sensual,"

"CUKUP!!"

Punggung Camilo menabrak meja. Sudah di puncak emosi, aku segera mengambil kesempatan mencengkram lengan atas Camilo. Mendorong dan memojokkannya ke atas meja, yang otomatis ikut membaringkan badannya. Berhasil mengunci pergerakannya, satu tanganku langsung merebut novel dari genggaman Camilo, "Gotcha!"

"Ekhem!!"

Aku berjengit, saat penjaga perpustakaan muncul. Memandangku kesal di depan sana.

"Jaga mulut kalian! Ini perpustakaan! Ngerti aturan tidak sih!" Hardik penjaga perpustakaan. "Dan lagi, kalau pacaran jangan disini! Dasar anak muda tak tau tempat!" Sambung nya sebelum pergi meninggalkan kami.

Pacaran katamu?

Aku terlonjak, sadar dengan posisiku dan Camilo yang amat ambigu sekarang. Aku hampir menindih Camilo, ia berada tepat dibawahku. Tanganku yang menahan lengannya, seolah ingin menerkam dirinya. Wajah kami tepat berhadapan. Kulihat mata Camilo membola sempurna menatapku.

Gulp.

Sierra Besson idiot, APA YANG SUDAH KAU PERBUAT??!

"Maaf," Aku segera menjauh dari pemuda itu. Dengan wajah merah padam Camilo bangkit dan menutup mulutnya. Ia menatapku shock. Aku memalingkan wajah, membelakanginya.

Rasanya ingin kugigit bibir bawah ini sampai berdarah. Memalukan! Aku seperti hewan buas yang ingin menerkam Camilo—bah, dia juga memancing emosiku!

Heran aku sama titisan bunglon satu ini. Kalau sweet damagenya bukan main, tapi sekalinya jahil bikin darah tinggi.

Hampir saja kami di blacklist dari perpustakaan.

Aku menata buku yang sudah tamat kubaca ke tempat asalnya, sambil melantunkan umpatan dalam hati karena kelakuanku barusan. Seri ketiga kuputuskan untuk pinjam dan membacanya di rumah. Camilo belum mengucapkan sepatah katapun. Aku ingin angkat kaki secepatnya dari sini, awkward banget!

Seseorang mendekatiku dari belakang. Lenguhan nafas lelah lolos dari mulutku, sebelum berbalik menghadap pemuda jahil ini. "Apa lagi?"

Camilo diam. Ia menyorotku dengan tatapan intensnya.

"Ada yang ingin disampaikan, Tuan shape-shifter?" Tanyaku memastikan. Namun nihil respon. Kenapa ia membisu?

"Gak ada? Oke aku pergi—"

"Tanggung jawab."

Alisku mengerut mendapati permintaannya. "Hah? Tanggung jawab apa? Kau terluka?"

Camilo menggeleng.

Camilo melangkah mendekat. Aura tegas yang dipancarkan membuatku mengambil langkah mundur. Hingga punggungku menubruk rak, aku terpojok.

"Camilo kau mau ngapain—?!!"

Tiba-tiba Camilo menumpu kedua tangannya pada rak belakangku, tepat di sebelah kepalaku. Aku mendelik dibuatnya, ia mengurungku.

Jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya. Ingin berulah apalagi dia??

Nafasku tercekat, saat ia semakin menghapus jarak antar wajah kami, menyisakan beberapa senti. Aku dapat merasakan hembusan nafasnya menggelitik wajahku. Aku menelan ludah, ia terlihat tidak main-main.

"Hermosa," Ia memanggilku dengan suara beratnya.

Aku terbelalak di detik berikutnya, setelah ia meluncurkan permintaan gila dari mulutnya itu.

"Mau merealisasikan kecupan di novel itu denganku?"

TBC_

Continue Reading

You'll Also Like

128K 10.9K 29
kakashi berteman dengan seorang Uchiha Kakak dari itachi dan sasuke Uchiha , dan Anak memiliki keturunan dengan 5 klan sekaligus yaitu , Uzumaki , In...
588K 27.8K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
980 135 11
Seorang wanita Otaku biasa yang bersekolah di salah satu sekolah di tokyo sangat menyukai anime yang berjudul bleach... Sampai suatu hari hal tidak i...
91.7K 11.4K 41
Sebuah tragedi tidak bisa terelakan. Sakura melakukan misi ke Desa Kumogakure harus bertemu tatap oleh sosok pria dari Akatsuki. Bersama Shii salah s...