Kepingan Rasa

By NeaYoz

313K 24.2K 1.7K

Hubungan sang adik dengan Arsene, sahabat yang ia cintai membuat Betari patah hati. Perlahan tapi pasti Beta... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 03
Part 04
Part 05
Part 06
Part 07
Part 08
Part 09
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Epilog

Part 15

10.4K 1K 63
By NeaYoz

Surabaya, satu minggu kemudian.

Betari melangkah keluar dari lift. Jemarinya saling meremas tiap kali langkahnya di kayuh pelan. Sebentar lagi ia akan tiba di ruangan Devon. Pria itu memanggilnya lewat sekertaris yang ia perintahkan. Meski sudah tiga tahun menjalin hubungan, Betari jarang sekali mendatangi ruangan kerja kekasihnya itu. Mereka sudah sepakat untuk bersikap profesional selama di tempat kerja.

Tok tok.

Pintu ruangan Devon di ketuk oleh sang sekertaris yang begitu melihat kedatangan Betari langsung berinisiatif membawanya ke ruangan Devon. Sementara itu, Betari berdiri di belakangnya dengan tegang. Betari memperhatikan pernampilan sekertaris Devon yang berparas cantik. Wanita yang sepertinya seusia Betari itu sudah sangat populer sejak ia bekerja pertama kali di kantor ini sebagai sekertaris sang direktur. Seluruh karyawan bahkan menggadang-gadang akan adanya cinlok antara Devon dengan sekertarisnya. Tapi siapa sangka sang bos justru jatuh hati sejak pandangan pertama pada karyawan biasa sepertinya, hanya karena hal konyol yang tak terduga. Saat itu rapat perusahaan, seluruh karyawan hadir tanpa terkecuali Betari yang menyambut datangnya bos baru mereka setelah direktur lama mereka pensiun. Seluruh karyawati berusaha mencuri perhatian bos baru mereka di rapat itu, tapi tidak dengan Betari yang berpenampilan apa adanya-hanya menggunakan bedak bayi sebagai polesan di wajah supaya terlihat glowing yang di lengkapi oleh pelembab bibir yang membuat bibirnya tampak merah alami. Rambut pendeknya yang sebahu bahkan basah terkena hujan di pagi hari sehingga membuat penampilan Betari seperti bulu tikus yang habis tercebur. Sampai sekarang ia bahkan tidak mengerti mengapa Devon mengaku dirinya berhasil mencuri perhatian di hari itu. Di awal-awal pertemuan, Devon bahkan selalu bertingkah menyebalkan demi mendapat perhatian Betari. Disela-sela jam kerjanya yang padat pria itu akan mengunjungi ruangan demi ruangan, bilangnya sih untuk meninjau karyawan yang kerjanya malas-malasan. Tapi ketika tiba di ruangan Betari dan rekan-rekannya, Devon akan berlama-lama berada disana. Bertanya segala hal lalu berakhir dengan mencari-cari kesalahan Betari. Betari bahkan tidak habis pikir pria itu adalah lulusan salah satu universitas terbaik dunia menilik cara PDKT-nya yang tidak wajar.

"Kamu mau berdiri disitu berapa lama?"

Suara Devon menyentak lamunan Betari. Saat kesadaran Betari kembali, ia mendapati pintu ruangan terbuka dan Devon sudah ada di hadapannya. Ia lalu mencuri lihat kearah sekertaris Devon yang tengah menahan senyum sebelum lengannya di tarik paksa oleh Devon ke ruangannya.

"Dev?" Betari berusaha tidak panik ketika Devon menutup pintu ruangannya.

"Hmm." Devon menghimpit Betari di antara dinding dan dua lengannya.

"Jangan seperti ini." Betari mendorong dada Devon. Alih-alih berpindah pria itu malah menempelkan dagunya di salah satu bahu Betari.

"Biar aja. Aku kangen sama kamu. Belakangan kamu susah sekali ditemui." Sepasang lengan Devon sudah melingkari pinggang Betari dengan posesif.

"Tapi jangan begini Dev. Nanti kalo ada sekertarismu masuk, gimana?" Betari masih berusaha melepaskan diri dari kungkungan tubuh Devon.

"Nggak akan, aku udah memintanya untuk nggak mengganggu kita disini."

Betari akhirnya mengalah. "Jadi, ada apa kamu manggil aku kesini?"

"Nggak ada apa-apa, cuma kangen aja sama kamu."

Tarikan napas panjang di hela Betari. "Tapi kerjaanku lagi banyak Dev."

"Gampang aja, nanti aku suruh yang lain untuk bantuin kamu."

"Jangan begitu lah Dev. Aku nggak enak sama yang lain." Satu dorongan keras, Betari berhasil menyingkirkan tubuh Devon.

"Makanya kamu jangan ngehindarin aku kalo nggak mau aku kayak gini." Devon terlihat kesal, menatap Betari dengan tangan terlipat.

"Siapa yang menghindar?"

"Kamu. Akhir-akhir ini kamu lagi ngehindarin aku kan?" Devon memegang kedua bahu Betari dan menatap lekat netra wanita itu.

Menelan ludah sejenak, Betari kemudian melepaskan genggaman Devon dari bahunya sebelum memunggungi pria itu. "Itu hanya perasaan kamu aja, Dev."

Devon tersenyum getir, sebelum akhirnya matanya menyipit. "Lihat, kamu bahkan nggak berani menatapku."

Betari menunduk demi menenangkan dirinya yang mulai tersudut. Disaat berikutnya, ia terkesiap ketika bahunya kembali di sentuh oleh Devon.

"Sayang, ada apa?" tanya Devon dengan lirih. "Apakah aku melakukan kesalahan?"

"Tidak Dev." Betari membalik tubuhnya. "Hanya saja...."

"Hanya saja apa?"

Kalimat Betari langsung di potong cepat oleh Devon. Matanya menatap Betari dengan banyak arti, cemas, curiga dan kesal semuanya tergambar disana.

"Hanya saja, sekarang kamu udah tahu statusku," sahut Betari dengan pelan. Jemarinya saling meremas senada dengan gerakan giginya yang menggigiti bibir.

"Jadi itu alasan kamu aneh akhir-akhir ini?" Dengan langkah pelan, Devon berusaha mengikis jaraknya dengan Betari.

"Dev...."

"Lantas kenapa kalau sekarang aku udah tahu? Kamu malu? Atau menyesal sudah menceritakannya ke aku?"

"Bukan begitu. Aku justru harus bilang sama kamu soal itu. Cepat atau lambat, kamu harus tahu tentang diriku." Betari terdiam, ia tahu Devon masih menantinya melanjutkan ucapan. "Jadi, mumpung kita belum melangkah ke tahap yang serius, kamu bisa berhenti disini."

Devon tercenung setelah berhasil menemukan titik masalahnya. Beberapa hari ini tepatnya sejak mereka kembali dari Jakarta, Betari sulit sekali di temui. Bahkan sekalipun mereka berada di gedung yang sama setiap hari-kecuali hari libur. Betari selalu memiliki alasan untuk membuat mereka gagal bertemu. Kunjungannya ke kost-an Betari pun selalu di tolak mentah-mentah oleh wanita itu dengan alasan ingin tidur sore-sore. Sehari dua hari Devon belum menaruh curiga. Tapi di hari ketiga dan seterusnya Betari semakin banyak beralasan padahal sebelumnya tidak begini, jelas hal itu membuat Devon curiga ada yang tidak beres dengan kekasihnya itu. Sekarang pun kalau ia tidak mengancam akan mendatangi ruangan Betari dan menungguinya disana seharian, mungkin Betari masih belum mau menemuinya.

Kekehan kering terlontar begitu saja disertai bola matanya yang berpendar kecewa menatap Betari. "Jadi serendah itu cintaku dimatamu, Tari?" Devon menggeleng pelan kemudian menatap sedih Betari. "Kamu pikir kenapa aku masih bertahan disisimu, wanita yang penuh dengan rahasia padahal di luar sana ada banyak wanita dengan asal usul jelas yang menginginkanku, hmm?"

"Dev...."

"Aku mencintaimu, Tari."

Ungkapan Devon membuat Betari tidak bisa berkata-kata hingga kemudian jemarinya di genggam oleh Devon.

"Tidak peduli dari mana kamu di lahirkan, aku tetap mencintaimu."

"Lalu bagaimana dengan keluargamu? Aku takut mereka tidak dapat menerima statusku."

Devon melihat kecemasan di kedua bola mata Betari. Lembut, ia menyentuh pipi kekasihnya itu. "Tidak ada satu orang pun yang bisa memilih dari mana ia di lahirkan, Tari. Begitu pun denganmu. Jika boleh memilih kamu pasti juga ingin terlahir di tengah keluarga yang utuh yang memberimu banyak kasih sayang." Ia menjeda hanya untuk mengecup kening Betari. "Jangan khawatir, aku pasti akan bicara soal ini kepada mereka. Sekali pun nantinya mereka akan mempermasalahkan, aku tidak akan pernah melepaskan tanganmu."

Meski Betari sebenarnya tidak sepenuhnya yakin, tapi ia memilih tersenyum demi menghargai usaha Devon yang berusaha mempertahan hubungan mereka. Dan lagi Betari tersentuh melihat Devon yang seperti takut kehilangannya. Terakhir ia melihat kekhawatiran di wajah seorang pria adalah lima tahun lalu saat sang ayah berusaha menahan kepergiannya.

Detik berikutnya, Devon sudah meraih Betari dan memeluk tubuh kekasihnya itu dengan erat.

"Jangan begini lagi ya. Nahan rindu tuh nggak enak loh Sayang."

Kata-kata Devon membuat Betari kesulitan menahan senyumnya. "Lagian suruh siapa kamu kangen sama aku?" satu cubitan di sematkannya di pinggang Devon.

"Loh memang kamu nggak kangen sama aku?" Protesnya usai mengaduh lebay.

"Nggak." Betari mendorong Devon kemudian melangkah mundur sembari menyengir lebar.

Aksinya itu membuat Devon gemas, coba di raihnya lengan wanita itu tapi Betari menghindar.

"Oh jadi kamu mau maen kejar-kejaran? Oke?"

Betari telat menghindar saat usaha Devon yang kedua kalinya berhasil mendapatkan lengan Betari dan menjatuhkannya di atas sofa sebelum Devon memenjarakannya dengan kedua lengannya. Disaat mereka tengah berpandangan dan Betari menahan napasnya saat Devon menundukkan wajahnya. Pintu ruangan Devon menjeblak terbuka.

"Sorry, apakah aku mengganggu kalian?"

Tbc

Coba tebak siapa yg dateng? Yg bener jawabannya aku kasih permen 👏😂


Cerita ini sudah tersedia versi lengkapnya dalam bentuk pdf, ebook dan di karyakarsa

Continue Reading

You'll Also Like

45.5K 1.8K 33
Terinspirasi dari lagu I'm not the only one by Sam Smith, garis besar Ceritanya seperti arti lagunya tapi gak sepenuhnya sama. ya kalo sama semua ber...
97.2K 13.3K 21
Attention. Cerita ini hanya fiksi belaka yang terinspirasi dari beberapa kejadian di sekeliling kita. Kesamaan nama tokoh, latar belakang cerita, d...
33.1K 3K 26
Jodoh? Adalah satu kata yang mengerikan bagi Arfan. Sejak mengalami patah hati yang mendalam. Karna ditinggalkan oleh tunangannya di hari pernikahann...
34.9K 2.5K 10
M6AV[my6adorablevampire] Status:[selesai] Boboiboy Gempa, seorang pemuda umur 18 tahun yg pindah ke rumah saudara nya, ia selama ini tinggal bersama...