You're My Destiny ; KunYang

By Shxnebear

92.1K 11K 14.9K

❝Who can stop me if i decide that you're my destiny?❞ ⚠ Warning! ⚠ *𖥨ํ∘̥⃟⸽⃟🏳️‍🌈Cerita homo! Contain mature... More

「 Cast 」
Chapter 1 • Bump Into You
Chapter 2 • Unexpected Day
Chapter 3 • Too Cliché, Go Away!
Chapter 4 • Heartstopper
Chapter 5 • Blink Of An Eye
Chapter 6 • Puzzle Piece
Chapter 7 • Plushies
Chapter 8 • Getting Closer
Chapter 9 • Taste The Feeling
Chapter 10 • Sudden Confession
Chapter 11 • What's Wrong, Luke?
Chapter 12 • Love In Your Eyes
Chapter 13 • The Day After Our Wedding
Chapter 14 • Highway To Heaven🔞
Chapter 15 • Our Little Space
Chapter 16 • So That I Love You
promosi
Chapter 18 • Zero O'clock
Chapter 19 • What Are You Up To?
Chapter 20 • Take Me Home
Chapter 21 • Paper Heart
Chapter 22 • Louder Than Bombs🔞
Chapter 23 • Gonna Be Fine
Chapter 24 • What A Life
Chapter 25 • Somehow Strange
Chapter 26 • Sorry, Heart
Chapter 27 • Don't Worry, Dear
Chapter 28 • Sweet Chaos
Chapter 29 • War Of Hormones
Chapter 30 • Love Theory
Chapter 31 • All About You
Chapter 32 • Truth Untold
Chapter 33 • Again?
Chapter 34 • Countdown

Chapter 17 • Sweet Sorrow

2.3K 293 533
By Shxnebear

Surprise! 오예~٩(ˊᗜˋ)و˚₊✩‧₊

.

Tiba-tiba rasanya mau update aja gitu out of nowhere hihi

.

Before we go down, i want you to vote, langsung aja bintang dipojok kiri bawah!! (๑•᎑< ๑)♡

Enjoy~







SANG awan pembawa kesedihan baru saja pergi, meninggalkan rintiknya yang sempat mengguyur deras perkotaan.

Akhir-akhir ini hujan kerap kali turun di penghujung akhir tahun, membuat orang-orang semakin betah berada dirumah dan tak ingin melakukan hal apapun selain berbaring di atas tempat tidur ditemani hangatnya secangkir teh.

Namun berbeda dengan yangyang, anak bungsu dari keluarga Liu itu kini sedang gila-gilaannya memproduksi keringat guna membakar lemak di tubuh yang menurutnya sangat mengganggu.

Lebih tepatnya mengganggu pikiran si manis, Kun sih tak terganggu--apa yang salah dari tubuh berisi istrinya?

Ini hari sabtu, hari yang sangat disukai semua orang setelah hari minggu. Hari yang selalu ditunggu kedatangannya namun waktu terasa bergerak begitu cepat pula saat hari itu datang. Bumi seperti berputar dengan cepatnya seperti enggan membiarkan orang-orang beristirahat dari kerasnya dunia.

Rumah besar yang hanya ditinggali dua orang itu sedari tadi di dominasi suara si bungsu yang tak henti-hentinya mendumal sembari melompat kecil. Merutuki dirinya yang beberapa bulan terakhir benar-benar tak merawat diri dengan baik.

Jika bisa di katakan, siklus hidup Yangyang selama ini hanya berporos pada aktivitas yang selalu sama. Tidur-makan-menonton drama-makan-dan tidur lagi, dan itu terus berulang tiap harinya selama sebulan penuh.

Dan sekarang si manis dari anak bungsu keluarga Liu itu menyesalinya jika mengingat saat-saat ia dulu suka bermalas-malasan, sebab saat di satu malam Kun pernah bercanda dengan menggelitiknya sembari mencubit perut bayinya.

"Gemes banget perut si embul"

Walau Kun mengatakannya diiringi dengan tawa candaan, tapi tentu saja yangyang tersinggung, dan mulai hari itu istri sah Qian Kun terbakar dan melakukan diet ditambah olahraga gila-gilaan.

Dan parahnya yangyang sampai mogok makan karena tak ingin bertambah berat badan.

Membuat Ten yang kini tengah mengandung sudah sekitar 17 minggu-- atau lebih simpel nya adalah empat bulan lamanya, tak henti-hentinya mengocehi sang adik bungsu jika ia datang berkunjung.

Cukup aneh bagi Ten, karena adiknya itu sangat suka sekali makan. Namun dengan sok-sokan nya diet yang menurutnya sangatlah extreme.

Kun duduk dengan nyamannya pada kursi yang tersedia di meja pantry, pria dewasa itu yang seharusnya mengecek beberapa berkas kantor yang dikirim sekretaris nya pagi ini. Namun pria dewasa itu kini malah menumpu kedua sikunya diatas dinginnya meja yang terbuat dari marmer.

Memperhatikan istri kecilnya yang baru saja selesai melakukan squat thrust.

Ngomong-ngomong pria dewasa itu terlihat tampan hari ini-- seperti biasa tentu nya.

Sini ku beri gambaran tentang penampilan Kun sekarang, sheesh jangan beritahu yangyang!

Suaminya itu nampak indah untuk dipandang, kakinya yang terbalut sweatpants berwarna abu-abu ditambah dengan kaos polos putih bersih. Dan juga bingkai kacamata yang menambah kesan pintar untuknya.

"Istirahat dulu kali dek, kamu gak capek memangnya?"

Kalimat Kun membuat si bungsu menoleh dan menggeleng cepat, "diem, jangan ngajak ngobrol! Jangan lupa kalo aku masih marah!"

Ucapan si bungsu sontak membuat Kun merapatkan bibirnya dan mengangguk dengan kaku layaknya babu yang diberi petuah.

Suara tv yang menyala mendominasi saat keduanya tak lagi berbicara, Kun melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda dengan sesekali melirik menatap punggung si manis. Kun menyeruput secangkir kopi yang sudah hampir dingin sebab tak segera dihabiskan.

"Pfftt-- uhuk, uhuk!" Dengan cepat Kun menarik selembar tissue dihadapannya saat tiba-tiba tersedak, beruntung saja cairan hitam itu tidak membasahi laptopnya.

Bagaimana Kun tidak tersedak tiba-tiba, salahkan saja arah pandangannya yang tak sengaja mendapati siluet istri manisnya itu berbaring dengan posisi yang uhh-- unik.

"Ahh! Laper banget, sialan!"

Dan pada akhirnya yangyang memang ga kuat nahan laper.

Kun membuang tissue yang tadi ia gunakan untuk mengelap cipratan kopinya ke tempat sampah, melangkah mendekati si manis yang masih berbaring dengan posisi yang sama dengan menutup wajahnya menggunakan kerah baju yang tersingkap.

"Yaudah, kamu mau mas buatin apa?" Kalimat itu terlontar bersamaan dengan Kun yang mendudukkan dirinya dilantai yang terlapisi karpet berbulu, berhadapan dengan yangyang.

"Dek?"

"Yangyang? Dosa loh kamu diemin suami"

Yangyang mendecak dan membuka matanya, langsung menyambut wajah Kun dengan tatapan matanya yang seakan-akan bisa mengeluarkan laser. "Apa?!"

Kun tersenyum simpul, menaruh dagunya diatas pinggiran sofa yang membuat wajahnya berjarak dekat dengan pipi si manis. Jemarinya tanpa tahu malu bergerak pelan di atas perut datar istrinya.

"Jadii..kamu mau makan apa?" Tanya nya dengan suara bak kumparan kapas, terlampau lembut tapi malah dibalas delikan tak suka dari yang lebih muda.

Duh bisa-bisanya Yangyang tak meleleh mendengarnya, jika itu author mungkin sekarang udah berakhir di UGD.

"Kata siapa aku laper?! Sok tahu!" Setelah itu yangyang membuang pandangannya dengan decakan tak suka saat elusan jemari Kun bergerilya diatas perutnya menjadi-jadi. "Watch your hand! Hey!"

"Kamu gak kasian sama baby?"

"Excuse you?! what the fuck? Apa-apaan?!" Teriaknya spontan bersamaan dengan tubuhnya yang bangkit. Segera menepis tangan Kun yang berada diletakkan diatasnya perutnya.

Yangyang melotot dan berteriak kesal dengan pipinya yang bersemu merah berbanding terbalik dengan kalimat kasarnya.

'Bayi apaan?! Kodok?!' Dengusnya dalam hati.

Ekspresi Kun mengeruh saat mendengar kalimat si bungsu, tolong ingatkan Yangyang jika ia tak seharusnya berkata kasar dihadapan Kun.

"Hush! Language, Qian"

"It ain't your business, old man" Yangyang mendecak tak suka, mendorong bahu yang lebih tua pelan. Kakinya hampir saja menyentuh karpet berbulu itu sebelum tubuhnya kembali terdorong hingga berbaring.

"Apasih?! Minggir! Gue mau makan!" Ucapnya tanpa menyadari jika Kun menatapnya lekat seolah dirinya adalah seonggok daging yang dilemparkan kedalam kandang singa.

Seperti tersiram air dingin disekujur tubuh, Yangyang berdeham dan mencoba bangkit.

"Tiba-tiba mau makan? inget kamu barusan bilang gak laper" Yangyang mendengus kecil mendengarnya. Tak terima jika kalimat Kun tak sepenuhnya salah.

"Suka-suka gue dong!"

"Yangyang..." Kalimat itu seolah peringatan pertama yang malah dibalas ekspresi wajah tak terima dari yang lebih muda.

Kun mengusap tak santai wajah si manis, berharap jika yangyang akan menghentikan tatapan menusuk kurang ajar padanya. "Emh! Terus aja terus, udah kaya mau lompat keluar itu bola mata"

Kun tak henti-hentinya mengusap wajah istrinya itu hingga sang empunya berdecak kesal.

"A-aduh!" Kun mengerang tertahan saat pergelangan tangannya ditarik dan tiba-tiba digigit kencang oleh yangyang. "Ashh.."

Yangyang tersenyum puas setelah Kun mengaduh dengan mengecek pergelangan tangannya yang sudah tercetak samar deretan gigi tajamnya. "Don't play with me, old man.."

Di saat Kun yang masih fokus misuh-misuh mengusap pergelangan tangannya yang terasa nyeri, yangyang bangkit dari sofa dan melangkah santai ke arah dapur. Berniat mengecek isi kulkas, mencari apa saja yang bisa ia kunyah.

"Wah! Apa nih?" Tangannya menarik botol kaca berwarna gelap yang diselipkan disamping pintu kulkas, hampir tak terlihat jika tidak teliti. Yangyang memegangi botol minuman dengan ukuran kecil itu dengan tatapan menelisik.

Baru saja ia hendak membaca merk yang tertempel, tiba-tiba botol kaca itu sudah berpindah tangan saat Kun merebutnya tiba-tiba dan memasukkannya kedalam kantung celana. "Heh dapet darimana?"

"Dari kayangan, minggir! Ganggu mulu" Kun melangkah mundur membiarkan si bungsu membuka pintu kulkas, tangannya dengan cepat memegang benda yang berada di kantung celananya, menaruh botol kaca tadi kedalam laci dapur dengan tergesa-gesa.

"Rese banget nih om-om" gumam Yangyang, jika ia mengatakannya dengan keras bisa saja Kun sudah menatap tajam padanya sekarang.

"Sialan Johnny..." Desis Kun kecil hampir terdengar seperti bisikan.

Kun melirik kearah si manis yang kini memajukan setengah tubuhnya kedalam besarnya kulkas, mengobrak-abrik isinya. Kun menghela nafas saat istrinya itu belum sempat membaca merk botol kaca tadi.

Tidakkah kalian ikut penasaran?

Botol kaca kecil tadi itu benar milik Johnny Suh, suami tampan dari anak sulung keluarga Liu. Kun menyugar rambutnya kebelakang dengan ekspresi wajah menahan kesal.

Itu...Lube

Sialan Johnny... bisa-bisanya dia melakukan hal tidak senonoh di dapur rumahnya. Dia saja belum pernah mencobanya dengan si bungsu ditempat ini. Kun memang mengetahui jika sahabatnya Johnny dan juga iparnya itu kerap kali mengunjungi mereka guna menemani si bungsu yang dalam fase-fase bosan ditinggal sendirian.

Tapi-- hey! Ada gila-gilanya saja Johnny melakukan itu dirumah mereka! Kun berharap jika yangyang tak melihat adegan tak senonoh mereka berdua selama disini. Bisa saja rasa cemburu membabi buta pria dewasa itu jika mengetahui yangyang melihat tubuh pria dominan selain dirinya.

Wajar saja Kun sedikit terintimidasi, ya lawannya saja seorang Johnny suh--

"Woy! Mas! Malah bengong, ga ngehasilin duit tau!"

Kun tersentak dari lamunan ringannya, menatap lurus wajah istri cantiknya yang kini tengah mengunyah sepotong besar kue kering. Pria dewasa itu berdeham dan mengunci laci dapur tadi sebelum mendekat ke arah istrinya. "Diet kok makan kue?"

"Protes mulu nih tua bangka-- ett! bercanda!" Ucap si bungsu diiringi dengan kekehan kecil saat Kun menatapnya masam, Yangyang terdiam saat suaminya itu mengusap sudut bibirnya.

"Kalo mau tuh bilang, jangan kaya orang susah gitu dong" Alasan kalimat itu terlontar dari mulut yangyang adalah saat Kun menjilati jarinya yang terbeber remahan kue dari sudut bibirnya tadi. "Nih! Mangap buruan!"

Kun menatap lekat bocah dihadapannya dan terkekeh renyah sembari menggeleng, "Saya nggak suka makanan manis kaya gitu"

"Oh yaudah, lagian aku cuma basa-basi doang kok-- kasian aja liat mas, udah mirip kaya busung lapar"

Yangyang menghentikan langkahnya saat Kun melingkarkan tangannya di pinggang si manis, memeluknya dari belakang yang membuat si empunya menoleh cepat dengan mulut yang masih sibuk mengunyah. "Hah?"

"Saya kan cuma bilang gak suka manis, bukan berarti gak suka makan yang manis-manis loh ya..." bisik Kun pelan yang membuat yangyang memejamkan sebelah matanya, merasa geli saat hembusan nafas hangat itu menyapa cuping telinga.

"Apadeh?! Mulai gak jelasnya!" Yangyang bergerak-gerak ribut saat Kun mengeratkan pelukannya.

"Butuh saya perjelas? Hmm?" Dasar, Qian kurang ajar Kun! Yangyang mengerang kesal saat suaminya itu mulai menciumi pundak telanjangnya yang tersingkap, yangyang tidak sebodoh abangnya yang 11 12 dengan keledai dongo loh ya!

Sementara sang empunya nama yang disebut kini tersedak saat makan siang jauh disana. Poor Hendery...

Yangyang menggertak giginya dengan sudut bibir yang mendesis kesal menatap lingkaran tangan Kun pada pinggangnya kini merambat perlahan masuk kedalam bajunya. "HEH!"

"Apa?"

Kun tersenyum jahil saat yangyang dengan cepat menghabiskan cookies yang sedang ia pegang. Tubuh yang lebih pendek berputar dengan cepat menghadap Kun yang tersenyum manis menyambutnya.

Keduanya menoleh mencari sumber suara yang ternyata sedari tadi berdering, berasal dari layar ponsel Kun yang masih tergeletak di atas meja pantry. Yangyang dengan cepat mendorong dada yang lebih tua, benar-benar tak berakhlak bocah satu ini.

"Malah bengong, buruan hey! udah tanda-tanda jadi lansia ya? Lelet banget" Ceplos Yangyang asal sembari membuka plastik cookies yang masih baru. Menyender pada pintu kulkas dengan mulutnya yang masih mengunyah.

Jemarinya yang mengapit kue kering itu menunjuk-nunjuk tak sopan ke arah Kun yang mengusak rambutnya kasar--kesal karena kegiatan merecoki istrinya itu terganggu. "Time's money, Qian... without money--there's no love for yo—"

Cup

"Cerewet banget sih cantik, daripada ngomel-ngomel..." Yangyang menatap lekat suaminya yang menghapus jarak wajah keduanya.

"Mendingan kamu simpen suara buat nanti malem, gimana?"

Fuck-- jujur saja yangyang HAMPIR mengumpat dihadapan Kun saat kalimat ambigu penuh arti yang iya-iya itu didengarnya, wajahnya semakin memerah bak kepiting rebus saat Kun menggigit kecil kue kering yang berada ditangannya.

"Ihhh! Sana!"

Dengan cepat si bungsu mendorong-dorong punggung pria yang lebih tua untuk segera menjauh, tidak tahu kenapa--refleks aja. Kun tertawa bangga saat menatap wajah istri manisnya yang mulai merengut lucu.

Yangyang menggigit kue keringnya dengan kasar, untung saja giginya itu tidak tanggal. Menatap punggung suaminya yang perlahan menjauh dengan ponsel ditelinga kanannya. "Dih sok tebar pesona mulu....

untung ganteng.." kalimatnya semakin pelan diujung kalimat.

***

Sosok yang bergulung dibawah tebalnya selimut bergerak-gerak ricuh saat dirinya merasa terganggu dengan deringan ponsel yang berdering kencang. Kelopak matanya terbuka perlahan menatap langit-langit kamar yang redup, sebab lampu kamar yang memang dimatikan ketika tidur.

Yangyang mengusap sudut matanya dan melirik ke arah jam yang tertempel di dinding, arah jarumnya menunjukkan jika pagi akan sebentar lagi datang.

Sosok mahluk manis itu mendesis saat dirinya mencoba mendudukkan dirinya, membuat gulungan selimut yang menutupi tubuh polos atasnya meluncur jatuh hingga ke pinggul. Jika diingat-ingat-- belum lama si bungsu itu menyelami dunia mimpi.

Tangannya dengan cepat mengambil ponsel pintarnya yang terus-terusan berdering diatas meja nakas. Menggerutu dengan matanya yang menyipit saat cahaya terang ponsel menyapa retina.

"Jungwoo?" Gumamnya kecil menatap nama kontak yang berani-beraninya mengganggu tidur cantiknya, diiringi kernyitan bingung.

Tumben sekali pemuda cantik itu menelfon nya subuh-subuh begini. Tanpa berbicara apapun yangyang langsung mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

"Mhmm..." Balasnya tanpa penuh minat, matanya melirik ke arah lingkaran tangan yang semakin mengerat di pinggangnya. Mendapati Kun yang sedang telungkup, menunjukkan punggung putih polosnya. Pria dewasa itu kini mulai mengerjapkan maniknya-- terganggu dengan suara si bungsu.

"HAH?! KOK BISA?!"

Demi Tuhan, teriakan yangyang membuat Kun berjengit kaget sembari memegangi dadanya yang berdegup kencang. Yangyang menutup mulutnya dengan sebelah tangan, menoleh saat Kun menusuk-nusuk pipinya guna mencari perhatian.

"Kenapa?" Ucap Kun tanpa suara, pria dewasa itu bangkit dari posisinya-- menyenderkan pada bahu si manis yang tak tertutupi apa-apa.

"L-lo sekarang dimana? Gapapa?"

Kalimat yang didominasi pekikan panik si bungsu membuat Kun menatapnya heran, mendekatkan telinganya pada ponsel yang diletakkan ditelinga kanan yangyang, tersambung panggilan dengan orang diseberang sana.

Aksi Kun membuat yangyang mendecak tak suka saat kepala Kun menutupi pernafasan si manis dengan rambut tebal miliknya. Jemari lentik yangyang langsung dengan cepat mencubit pinggang yang lebih tua. "A-aduh!"

"Gue kesana, lo tenang...iya, pokoknya tunggu gue"

Panggilan itu terputus.

Yangyang mendesis menatap Kun yang masih mengaduh saat pinggangnya yang terasa ngilu saat kuku panjang istrinya itu menekannya. Sudah mendapat luka cakar di punggung-- masa sekarang dipinggang juga?!

"Siapa sih dek? Masih jam empat subuh loh" Tanya Kun penasaran menatap istri kecilnya yang kini beranjak turun dari tempat tidur dengan memegangi pinggulnya layaknya lansia--

Heh! -yy

"Jungwoo!--"

Bukannya fokus mendengarkan si manis yang berceloteh panjang, obsidian gelap Kun menatap lekat tubuh belakang istrinya yang tak tertutup sehelai benangpun, melangkah ke arah lemari pakaian mereka.

Menatap bongkahan kembar si bungsu yang bergerak-gerak saat melangkah cepat kedalam kamar mandi setelah mendapatkan pakaiannya.

"—mas! Kok malah diem?!"

"Hah? Memangnya mau kemana?"

Yangyang menimpuk Kun dengan handuk tebal miliknya dengan kesal. "Mandi! Buruan jungwoo sendirian!"

"Ya terus?"

"Lucas masuk rumah sakit! Udahlah aku pergi sendiri aja!"

Brakk

Kun berjengit saat pintu kamar mandi ditutup kuat hingga menimbulkan suara kencang.

Pria dewasa itu mendudukkan tubuhnya dan mencerna kalimat yangyang dengan nyawa yang masih belum terkumpul sempurna.

Jungwoo? Sendirian? Terus urusan dia ap-- Tunggu, bocah tiang itu dirumah sakit?

Seolah tersadar Kun langsung menatap pintu kamar mandi yang sudah terdengar rintikan air shower dari dalam. Kun sih tidak terlalu memikirkan bocah tiang itu dirawat atau tidak.

Pria dewasa itu lebih merinding saat membayangkan istrinya yang akan membawa mobil mahalnya-- yang ada belum sampai ditujuan, istrinya itu sudah menjadi salah satu pasien baru disana.

Kun dengan cepat menyingkap selimut yang menutupi setengah tubuhnya, menarik cepat handuk yang tergeletak diatas kasur dan melangkah cepat menerobos pintu kamar mandi membuat suara pekikan yangyang nyaring terdengar.

"Woy! Ada yang lagi mandi, jangan masuk!"

"Hush berisik, biar cepet-- kasian temen kamu itu nanti kaya anak ilang"

Yangyang memutar bola matanya jengah, dan membiarkan tubuh yang lebih dewasa bergabung dibawah hangatnya air dari shower yang mengguyur tubuhnya. Dalam hati yangyang terus-terusan tertuju pada sahabatnya itu.

Lucas itu bukan tipe yang mudah jatuh sakit, bahkan pemuda tampan itu bisa dihitung dengan jari saat dirawat dirumah sakit. Yangyang berharap jika ini bukan sesuatu yang berat menimpah mereka.

•••

"Jungwoo!"

"Astaga! Dek, jangan lari!" Kun menggelengkan kepalanya menatap punggung yang lebih muda perlahan menjauh dengan tergesa-gesa mendekati sosok berambut cerah yang kini duduk dikursi depan ruangan.

Jungwoo, si empunya nama menoleh ke arah yangyang dengan cepat. Kedua matanya sembab dengan baju lusuh tak karuan layaknya baru saja terkena badai.

Yangyang memeluk tubuh yang lebih tinggi saat jungwoo tiba-tiba menumpahkan kembali kristal beningnya. "Lucas..."

"Luke, dimana sekarang?"

Jungwoo menghapus sudut matanya dan menunjuk ke arah ruang seberang dari tempat duduknya. "Baru aja dipindahin ke kamar--"

"Ini salah gue..." Kalimat Jungwoo membuat yangyang melepaskan pelukannya keduanya, menatap wajah itu dengan penuh tanda tanya.

"Maksudnya?"

"Lucas kaya gini karena gue--"

"Astaga..." Suara Kun mengalihkan atensi kedua manusia cantik disana, menatap pria dominan itu yang kini membuka setengah pintu ruangan Lucas. Yangyang menegakkan tubuhnya dengan jungwoo yang mengikutinya dengan sesenggukan kecil.

Kun menatap lamat keadaan bocah tiang dihadapannya yang terbaring lemah diatas ranjang pasien-- kondisinya lumayan buruk, memar dimana-mana dengan wajah penuh luka, kaki kirinya yang terbalut gips tebal berwarna putih gading.

Berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya yang malah tersenyum lebar bak orang dongo, seolah menunjukkan bahwa dirinya tak merasa sakit setitik pun.

"J-jangan cengengesan, Lucas!" Marah jungwoo saat pemuda tampan itu memberikan senyum kotaknya saat menatapnya masuk kedalam ruangan.

"Don't cry, Angel..." Jungwoo membuang pandangan saat Lucas menyuruhnya mendekat.

"Anjrit Luke! Lo kenapa bisa begini?" Yangyang mendekati ranjang pasien, meninggalkan jungwoo yang masih berdiri ditempat.

"Oh, gue--"

"—Dia luka karena nolongin gue dari papa" Suara lirih jungwoo membuat yangyang menatapnya penuh minat.

"Papa tau kalo gue hamil anak Lucas-- gue ga tau papa bisa kenal Lucas darimana.."

"wu..." Lucas menatap lekat ke arah pujaan hatinya yang bergerak mendekat kearahnya, memegang erat kepalan tangan si cantik Aphrodite yang sedikit bergetar.

"Gara-gara gue, Lucas dipukulin sama papa sampe k-kaya gini.." suaranya terdengar serak, menahan buliran bening yang hendak membanjiri.

Yangyang menatap keduanya dalam diam, melirik ke arah Kun yang berdiri menyenderkan tubuhnya pada dinding ruangan. Pria itu masih terlihat sedikit mengantuk dengan wajah lelahnya.

"It's okay...papa kamu berhak untuk lakuin itu ke aku, mhm?"

Lucas dengan panik meminta yangyang untuk mengambil selembar tissue saat jungwoo kembali menangis dalam diam.

Bagaimana jungwoo tidak merasa bersalah?! Dirinya menatap jelas tubuh Lucas yang dipukul bak kesetanan oleh papanya, hingga tulang betis kirinya retak dan luka memar dimana-mana.

Merasa bersalah saat dirinya hanya menatap penuh luka tak bisa membantu, dirinya dipegangi bibi yang bekerja dirumahnya.

Pria cantik bak dewa Yunani itu tak mengerti bagaimana Lucas bisa berada dirumahnya pagi-pagi buta, bahkan dirinya terbangun dari tidur saat suara ricuh berasal dari ruang tengah. Dan mendapati Lucas yang sudah dipenuhi memar diwajah.

"Ehm-- saya bantu urus administrasi nya dulu" Suara Kun memecah keheningan yang menyelimuti ruangan.

"Mas!"

Yangyang menatap Kun yang tersenyum tipis padanya sebelum menghentikan langkahnya yang hendak keluar kamar rawat. Duh yangyang jadi ragu ingin mengikuti pria itu atau tidak.

Entah takut menjadi nyamuk diantara Lucas dan jungwoo ataupun takut jika suaminya itu digoda oleh para perawat yang sedang shift malam.

"Ikut!"

Kun dengan cepat menggandeng tangan si bungsu yang terasa dingin, mungkin efek suhu yang cukup dingin saat sang mentari belum menunjukkan eksistensinya. Keduanya melangkah keluar meninggalkan sepasang kekasih yang masih dalam mode biru.

Lucas menciumi punggung tangan jungwoo saat pemuda cantik itu menatapnya dengan tatapan khawatir.

"Maaf..."

"Jangan nyetir mobil kaya tadi, jungwoo..." Kalimat Lucas membuat jungwoo mendorong kecil dada yang lebih dominan, dibalas desisan pelan membuat jungwoo kalang kabut-- lupa jika tubuh pria itu ditutupi memar dimana-mana.

Lucas terkekeh pelan menatap lekat pada semesta nya yang ikut meringis pelan seolah dirinya bisa merasakan apa yang ia rasa. "Jangan kebut-kebutan kalo nyetir, jangan terlalu panik, our baby must be scared..."

Kalimat itu langsung membuat jungwoo tersadar dan mengelus pelan perutnya yang mulai membuncit samar. Dirinya benar-benar lupa jika dirinya tak lagi sendiri, berlarian hingga nekat mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi saat membawa Lucas kemari.

"Maaf...maaf" jungwoo memeluk leher Lucas yang langsung disambut kecupan-kecupan ringan di pipinya yang masih basah akibat terus-terusan menangis.

"Don't think too much, mommy... Inget kamu gaboleh banyak pikiran, nanti moomin ngambek terus kamu mual lagi" Bisik Lucas pelan, berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya yang menahan sakit saat pelukan jungwoo mengerat.

Untung saja Jungwoo tak melihat ekspresinya sekarang, Lucas tak ingin jika cantiknya lagi-lagi meneteskan air mata hanya untuknya...si menyedihkan yang mencoba melawan kerasnya dunia.

Lucas dengan rela membiarkan dirinya dipukul habis-habisan, mengingat betapa marahnya orangtuanya kekasihnya mengetahui kehamilan sang anak yang sangat tiba-tiba.

Tidak apa-apa...demi mendapatkan restu dirinya rela di apa-apakan, terkecuali jika disuruh menjauh dari sang penakluk hati.

Sedikit lagi...tidak apa-apa Luke..

Bertahan, Sayangku...

"Shhs... I'm all good, don't worrying me too much"

Tuhan sedang menguji kekuatan cinta kita. Berjuanglah bersamaku dan buktikan kalau kita mampu bersama meski jarak terbentang luas di antara kita.

Lucas mencoba menahan desisan penuh kesakitan demi cintanya untuk tak terlalu khawatir berlanjut, dengan mengalihkan semuanya dengan menikmati betapa hangatnya pelukan jungwoo.

Air matanya mengalir tanpa izin seakan-akan bersyukur dirinya masih bisa membuka mata, memuja betapa indahnya sosok mentari yang berada di pelukannya.

Lucas memejamkan matanya, merasakan kehadiran cinta yang terbungkus dalam pelukan.










































Don't forget to vote + leave comments!

Tbc

⋆┈┈。゚❃ུ۪ ❀ུ۪ ❁ུ۪ ❃ུ۪ ❀ུ۪ ゚。┈┈⋆

Ueueueue kaget nggak?!?!

Mungkin untuk beberapa yang liat penjelasan di walls aku waktu itu udah tau... Iya alesan penyebab update nya lumayan lama kali ini.

Untuk yang belum tau, jadi chapter ini aku tulis ulang sewaktu wattpad error dan berhasil ngilangin riwayat save ketikan ini :(

Dan aku berharap, feel nya gak hilang karena beberapa kalimat mungkin akan berbeda dengan ketikan ku yang sebelumnyaㅠㅠ

But, thankyou udah nunggu update ini! ( ˘ ³˘)♥

Continue Reading

You'll Also Like

220K 33.3K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
443K 44.9K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
37.1K 5.4K 34
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
72.2K 14.8K 166
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...