A Wedding Ring (Kyuhyun Fanfi...

By izzevil

144K 7.4K 210

*Buku ini sudah diterbitkan dengan judul dan cover yang sama* A Story Inspired From Super Junior's Kyu Hyun K... More

TWO
THREE
FOUR
FIVE
SIX
SEVEN
EIGHT
NINE
TEN
ELEVEN
TWELVE
THIRTEEN
FOURTEEN
FIFTEEN
Epilogue

ONE

23K 815 39
By izzevil

Sebuah malam di musim dingin yang sendu memperlihatkan sebuah rumah besar yang tampak dari luar begitu gelap seperti tanpa penghuni, membuat siapa saja yang akan melewati rumah itu memilih untuk mengambil jalan lain.

Lampu jalanan di sekitar rumah itu yang sering kali berkedip tanpa henti yang tak kalah membuat suasana semakin mencekam. Ketika angin semakin kencang bertiup, di saat bersamaan terdengar suara jeritan seorang pria dari dalam rumah tersebut. Seorang wanita tua yang memberanikan dirinya berjalan di depan rumah itu langsung terperanjat, kemudian seketika lari tergesa-gesa.

Setiap malam, pria itu terus mengerang seperti orang kesakitan di dalam kamarnya, tepat di atas tempat tidur. Selalu seperti itu setiap kali dia memberanikan dirinya untuk terlelap tidur.

"Han Baram..."

Dia akan berakhir dengan mata terbelalak lebar sambil membisikkan nama tersebut berkali-kali lewat mulutnya yang masih setengah terengah. Dia tidak pernah memimpikan orang lain selain orang yang selalu dia sebut namanya barusan. Tidak pernah sekalipun semenjak kematian orang itu.

Setelah mendapatkan mimpi buruk, dia akan selalu berjalan ke dapur untuk mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas kemudian meneguknya sampai habis tak tersisa. Dengan perlahan, dia menaruh kembali botol itu di atas meja makan, kemudian bersandar di depan pintu lemari es sambil menutup kedua matanya. Dia mendesah dalam-dalam sambil menggumam lagi.

"Han Baram..."

Tanpa ada niatan untuk menerangi seluruh rumah dengan cahaya, pria itu tetap membiarkan rumahnya dalam kegelapan dan suasana sepi.

Orang-orang di sekitar rumahnya memang tidak pernah beranggapan bahwa rumah itu berhantu, tetapi mereka tahu betul kenapa mereka tidak pernah mencoba untuk mendekati rumah itu karena kejiwaan pria itu yang mereka kira sudah tidak waras.

Bukan seperti itu. Pria itu sangat waras sebenarnya. Dia hanya kehilangan separuh jiwanya yang direnggut oleh orang yang paling berharga baginya, orang tersebut telah membawa pergi jiwa pria itu untuk mati bersama dirinya.

Menyadari dia telah berdiri di sana untuk waktu yang cukup lama, pria itu membuka matanya dan melangkah pelan menuju balkon yang terbuka lebar di hadapannya. Jendelanya terbuka lebar dan membuat gorden berwarna biru tua yang menutupinya berterbangan kesana-kemari mengikuti alunan angin. Pria itu sengaja membiarkannya seperti itu karena dia suka angin.Angin... Baram (바람).

Dia mengingat semuanya dengan sangat jelas. Di bawah alam sadarnya sendiri, dia memegang sebuah cincin yang melekat di jari manis tangan sebelah kirinya. Dia tersenyum, namun kesedihan tampaknya lebih mendominasi di matanya. Pahit dan menyakitkan.

"Eomma! Katakan dimana Kyuhyun? Cepat, Eomma!"

Di dalam keheningan dan kehangatan kediaman keluarga Cho, di sana selalu saja ada seorang pengganggu ketenangan. Dia selalu datang dengan terburu-buru sambil berteriak kencang, tidak peduli siapa yang sedang berhadapan dengannya saat itu. Namun, tanpa dia, kediaman keluarga Cho akan begitu sepi. Wanita itu yang sebenarnya si pembawa kebahagian di keluarga itu, meskipun wanita itu bukan salah satu anggota keluarga tersebut.

"Ada apa memangnya? Kenapa kau terburu-buru sekali?" Nyonya Cho, ibu dari pria yang sedang dicari wanita itu, bertanya dengan nada heran.

"Aku harus segera memberitahu ini kepadanya!"

"Memberitahu apa?"

Nyonya Cho sekali lagi bertanya, kali ini dia mengalihkan pandangannya dari wanita itu. Dia mengembalikan fokusnyapada rajutan yang sedang dia kerjakan. Mereka sebenarnya memang sedang berada di ruang tengah. Tadinya, Nyonya Cho sedang menikmati hari liburnya, tapi kedatangan wanita itu mengacaukan hari liburnya yang tenang dalam sekejap.

"Aku akan masuk Universitas yang sama seperti Kyuhyun, apakah Eomma senang?" Tanya wanita itu dengan mata berbinar-binar.

"Benarkah?" Nyonya Cho segera menghentikan aktifitasnya dan berbalik menatap wanita itu dengan mata yang sama berbinarnya dan tak kalah antusias. "Kau diterima masuk di Kyunghee University?"

Dia mengangguk dalam kebahagiaan, "Itu benar, Eomma. Bagaimana? Apakah kau juga senang mendengarnya?"

Jelas wanita tua itu sangat senang mendengar kabar baik tersebut. Dia bahkan mendambakan wanita ini yang akan menjadi pendamping bagi anak lelakinya kelak di masa depan. Hanya wanita ini yang dapat dia andalkan, karena anak lelakinya susah sekali diatur dan hanya akan patuh pada wanita ini. Dia sudah mengenal wanita ini sejak wanita ini masih kecil, dia sangat yakin bahwa wanita ini adalah wanita yang tepat bagi anak lelakinya. Dia akan menjadi istri dan teman seumur hidup bagi anaknya. Walaupun pada kenyataannya, mereka berdua memang sudah berteman sejak mereka kecil.

Ekspresi wanita tua tersebut berubah ketika menyadari bahwa ada sesuatu yang harus dia katakan kepada wanita polos di depannya. Dia tersenyum lembut sambil membelai rambut wanita itu.

"Tapi kau tahu, Baram-ah. Kyuhyun sudah harus wisuda minggu depan, dia tidak akan berada di sana lagi." Wanita tua itu menjelaskan dengan wajah sedih.

"Apa?"

"Ada apa ini?" Seorang pria berpakaian formal, dengan jas dan celana hitam menghampiri kedua wanita yang sedang duduk di sofa tersebut.

"Kyuhyun-ah, kau sudah pulang?"

Nyonya Cho menyambut kedatangan anaknya seraya menghampiri pria itu dan memeluknya erat. Meninggalkan Baram sendirian mematung di tempatnya. Baram tidak percaya, Kyuhyun tidak pernah memberitahunya apapun tentang wisuda. Dan pria itu terus saja menyuruhnya untuk cepat lulus dan menyusulnya ke Kyunghee University. Sementara dia harus bersusah payah belajar dengan giat agar dapat lulus dengan nilai yang memuaskan tanpa tahu bahwa dia akan masuk sana sementara Kyuhyun sendiri sudah akan lulus.

Baram tahu perbedaan umur mereka, mereka berbeda 4 tahun. Namun, Kyuhyun sering berkata padanya bahwa dia tidak akan lulus secepat itu dan dia akan menunggunya di Kyunghee University agar mereka bisa berangkat ke kampus bersama, meluangkan lebih banyak waktu berdua di sana. Tapi kenyataannya... semua itu hanya trik yang pria itu gunakan agar dia menjadi semangat untuk belajar. Dia merasa seperti dibohongi, meskipun ini untuk kebaikannya sendiri.

"Kau..." Baram bangkit dari tempat duduk dan melangkah perlahan menghampiri Kyuhyun, sementara Nyonya Cho mundur beberapa langkah untuk memberikan mereka berdua beberapa privasi. "...kau bodoh, Cho Kyuhyun!" Dia berucap pelan sambil menggertakkan giginya dalam kekesalan.

"Huh?"

"Bagaimana kau bisa kau tidak memberitahuku bahwa kau akan wisuda minggu depan? Kau bahkan tidak mengatakan apapun padaku. Apakah kau pikir aku sebodoh itu?" Dia tidak sadar bahwa sejak tadi air matanya sudah menetes perlahan-lahan namun pasti membasahi pipinya, membuat Kyuhyun terperanjat melihat itu.

Kemudian... pria itu akan berteriak kencang ketika mengingat potongan-potongan kenangan yang tidak sengaja mampir di benaknya. Meskipun hanya sesaat, tapi dia sungguh menyesali semua perbuatan bodoh yang dia lakukan kepada wanita itu.

Di hari berikutnya... dia akan menemukan dirinya hanya melakukan hal yang sama di rumah yang penuh kegelapan itu. Berteriak, meraung-raung, mengurung diri, dan menyesali segalanya. Meskipun pada kenyataannya, dia tidak melakukan kesalahan apapun. Dia melakukan semua itu hanya untuk kebaikan wanita itu. Wanita yang sangat dia cintai. Dan kecelakaan itu yang telah merenggut wanita itu dari sisinya.

***

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Seperti itu terus kehidupannya, dia tak mungkin bisa keluar dari dunianya yang kelam dan dari kesunyian hatinya. Tidak akan pernah sampai ada seseorang yang mungkin saja bisa mengalihkan perhatiannya dari angin.

"Kemari."

Kyuhyun menyeret Baram bersamanya dengan paksa, mendorongnya ke pintu ketika mereka sudah sampai di dalam kamar pria itu. Baram hanya bisa meringis kesakitan dan tersedu pelan. Dia bahkan tidak berani untuk menatap mata Kyuhyun yang pada saat itu, jika dia melihatnya, tampak begitu tajam dan mematikan.

"Dengar," Pria itu mengunci tubuh mungil Baram menggunakan kedua lengannya yang dia taruh di sisi kiri dan kanan bahu gadis itu, mencoba membuatnya untuk tetap di sana. "aku tidak mengatakan apapun tentang upacara kelulusanku karena... pertama, aku tidak mau kau pindah universitas agar kau tetap tinggal di sini. Kedua, aku hanya ingin kau giat belajar dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Bukankah itu untuk masa depanmu sendiri? Lalu kau menyesali semua itu, huh? Hanya karena hal sepele seperti ini, begitu? Katakan, Baram-ah. Katakan padaku."

"Kyu... aku..."

"Lagipula... kau tidak tahu betapa indahnya kampusku, kan?" Pria itu kemudian berkata dengan suaranya yang agak serak. Dia tersenyum."Jika kau kuliah di tempat lain, kau tidak akan menumpang di rumahku lagi, kan? Karena itulah, tetaplah tinggal di sini. Di rumahku."

Baram. Wanita itu adalah teman Kyuhyun sejak mereka masih kecil, hingga sekarang. Dahulu mereka tinggal di daerah yang sama, di Nowon. Namun, karena kepentingan keluarga, Kyuhyun secara terpaksa pindah ke Seoul. Untuk kepentingan pendidikan, saat Baram masuk SMP dia berkeinginan untuk melanjutkan sekolahnya di Seoul. Saat Nyonya Cho mendengar berita itu, dia langsung mengajak Baram untuk tinggal bersama keluarga mereka. Dengan berbagai macam alasan, akhirnya Baram menerima ajakan Nyonya Cho. Kemudian dari sanalah cerita mereka berlanjut.

"Kau boleh kembali ke kamarmu." Kyuhyun membalikkan badannya, melangkah sedikit menjauh dari Baram tanpa berhenti tersenyum.

Kyuhyun akan terbangun di pagi harinya, kali ini tidak dengan jeritan atau raungan kesakitan. Dia bangkit dari tempat tidurnya sambil tersenyum. Seperti orang-orang normal pada umumnya, dia akan mandi dan berdandan. Berdandan seperti pria pembisnis pada umumnya, kemudian sarapan. Meskipun kenyataannya, dia hanya bisa membuat ramen untuk sarapannya.

Hari ini adalah tepat tiga tahun pria itu menjalani kehidupannya dengan cara seperti ini, dengan semua mimpi-mimpi buruknya, begitu pula dengan kesendiriannya. Dia memilih untuk memisahkan diri dari kediaman keluarga Cho dan mencari rumah lain, menjauh dari orang-orang terdekatnya. Untuk kebaikan orang tua, kakak perempuan, dan dirinya sendiri.

Dia meraih telepon seluler dari dalam kantong saku jas hitam yang dia kenakan, menekan beberapa digit tombol sebelum masuk ke dalam mobil Hyundai hitamnya.

"Ya? Baiklah, aku sampai di sana dalam dua puluh menit."

***

"Maaf, Pak."

Kyuhyun sedang sibuk membaca laporan terakhir yang tergeletak di atas mejanya, dia lupa untuk menyelesaikan laporan tersebut. Dia mengerling ke arah pintu ruang kerjanya, dan menemukan seorang sekertaris pria membungkuk sopan padanya.

"Ya?"

"Seseorang yang aku katakan akan melakukan wawancara sudah datang, Pak."

"Memangnya sejak kapan kantor kita membutuhkan pegawai baru?"

"Err..."

Pria itu bediri kaku di tempatnya. Bukan salahnya, dia mengingat betul beberapa hari yang lalu atasannya menyuruhnya mencari pegawai baru untuk menggantikan posisi seorang manajer yang telah mengundurkan diri. Alasan manajer itu mengundurkan diri adalah... tidak salah lagi, karena dia tidak kuat dengan tingkah laku atasannya. Sikap keras kepala pria itu yang membuatnya mengundurkan diri.

"Lupakan, suruh orang itu untuk masuk."

"Tapi, Pak, ada sesuatu yang saya ingin katakan kepada Anda."

Kyuhyun memelototinya dan membuat sekretaris itu diam dalam sekejap, dia tidak bisa membantah bosnya. Baru saja si sekretaris mengundang calon karyawan baru untuk memasuki ruangan, Kyuhyun tenggelam kembali ke masa lalunya.

"Kyu! Aku membawa nilai ujian matematikaku, lihatlah!"

Gadis itu masuk begitu saja tanpa peduli bahwa dia sedang berada di dalam sebuah ruangan formal di mana tidak sembarang orang bisa masuk dengan seenaknya ke ruangan tersebut.

Pembicaraan formal mereka berhenti mendadak, semua mata menatap sinis ke arah wanita yang baru beranjak dua puluh tahun tersebut. Pria berpakaian rapih dengan dasi yang menempel erat di leher mereka, kebanyakan dari mereka berumur di atas 40. Semuanya menatap ke arah gadis itu. Membuatnya terdiam kaku dalam sekejap. Dia malu.

"Baram-ah?" Pria yang lebih muda yang kebetulan sedang mempresentasikan proyeknya di hadapan para pria tua berdasi itu tidak dapat berkedip karena kaget melihat kemunculan seorang wanita yang sangat dia kenal di depan pintu ruangannya.

Wanita itu berlari begitu menyadari bahwa dia datang pada waktu yang tidak tepat. Pria itu membungkuk sopan kepada seluruh pria berdasi di hadapannya sebelum akhirnya dia keluar dari ruangan tersebut untuk mengejar wanita itu.

"Baram-ah! Han Baram!" Pria itu berteriak cukup keras di lorong kantor, berharap Baram mau berhenti.

Baram tidak kunjung berhenti malah semakin mempercepat langkahnya. Dalam keputusasaan, pria itu mengejarnya dengan langkah seribu. Dia langsung menarik paksa Baramdan keduanya masuk ke dalam toilet wanita terdekat di sana.

"Kyuhyun!" Teriak Baram dalam kekagetan. "Ini toilet wanita, kau sadar tidak?"

"Aku tahu." Kyuhyun berkata sambil terengah-engah. "Tapi ini kosong." Nafasnya terdengar begitu berat, Baram sampai tidak tega melihat keringat mengucur dari dahinya.

"Maafkan aku." Baram berkata lirih.

"Untuk apa?"

"Karena sudah mengganggu rapat pentingmu."

"Aku bisa memakluminya. Kau hanya terlalu senang karena mendapatkan nilai bagus, kan? Karena itu kau langsung mencariku."

Baram mengangguk lemah, tapi sesaat kemudian dia menggeleng pelan. Kyuhyun mengernyit saat melihat tingkah kekanakannya.

"Alasan lainnya adalah karena aku merindukanmu." Baram berbisik pelan di telinga pria itu.

"Benarkah?"

Baram mengangguk lagi.

"Selamat pagi." Seorang wanita berpakaian ala pegawai kantoran melangkah perlahan memasuki ruangan, dia hanya terlalu canggung untuk melakukan wawancara.

"Pagi." Kyuhyun membalasnya dengan singkat tanpa menoleh ke arah wanita itu, dia sedang sibuk menandatangi beberapa laporan.

"Maaf, Pak, aku datang untuk melakukan wawancara penerimaan karyawan baru." Kata wanita itu dengan gugup.

"Nama?" Kyuhyun bertanya, masih menundukkan kepalanya.

"Song Hyerin."

"Umur?"

"25 tahun."

"Kau pernah bekerja di suatu tempat sebelumnya?" Kali ini Kyuhyun mengangkat kepalanya untuk bisa menatap wanita itu, dan dia hanya menemukan dirinya terperangah kaku melihat siapa yang duduk di hadapannya saat itu.

"Belum, Pak. Aku baru saja menyelesaikan Master."

Kyuhyun tidak memberikan respon apa-apa terhadap pernyataan wanita itu, dia sendiri tidak tahu bahwa orang di depannya nyata atau tidak. Dia mematung dan sama sekali tidak mengedipkan mata melihat wanita itu. Wajah wanita di hadapannya... sungguh di luar dugaan.

"Baram-ah..."

Continue Reading

You'll Also Like

941K 77.2K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
2.5K 172 16
"Dibilang lucky kayaknya iya haha. Tau Kyungsoo kan? Itu loh member EXO yang punya tatapan kosong. Percaya gak kalo aku berpacaran dengannya?" -Kim H...
70.8K 3.4K 7
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
7K 843 50
"Jangan mengemis pertolongan dariku, aku bukan malaikat." . . . . . . . "I can be the safest place in the world, but also could be th...