NALLAN 2 (SEGERA TERBIT)

由 adanysalsha

1M 164K 178K

Bisa langsung baca tanpa baca Nallan 1 ••• [Rank 1 : #mom] Mei, 2022. [Rank 6 : #spiritual] Mei, 2022. [Rank... 更多

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43
Bagian 44
Bagian 46
Bagian 47
Bagian 48
Bagian 49
Bagian 50
Bagian 51
Bagian 52
Bagian 53
Bagian 54
Bagian 55
Bagian 56
Bagian 57
BAGIAN 58

Bagian 45

11.5K 1.9K 799
由 adanysalsha


Halooo semua...

Makasih udah setia menunggu Nallan 2 update 😙❤️❤️

Gimana hari kalian? Bahagia? Sedih? Apapun itu, semoga kalian diberi kesehatan... Aaamiinnn :))

Konflik yang masih belum terselesaikan.

Penculikan Arsyad dan rumah tangga Nallan yang masih begitu berantakan. Mampu kah mereka bahagia kembali?

Semoga ya :)






___HAPPY READING___




(Putar lagu sedih" sebelum baca)










Alan membaca pesan yang baru saja Nalla kirimkan padanya.

Aku curiga sama seseorang.

Ia terdiam sejenak, lalu pergi menjauh dari orang-orang yang ada di dekatnya. Ya, kini Alan bersama beberapa polisi yang sedang berada di rumah Gibran, mereka mencari barang bukti dan penyelidikan.

Baru saja Alan akan menelpon Istrinya, kepalanya mendadak sakit. Ini benar-benar sangat sakit sehingga di saat ia menatap sekelilingnya, semuanya tampak semakin buram.

Alan memijit pelipisnya dan memejamkan mata. Lalu ia memegang dahinya yang kini terasa panas. Tubuhnya mulai merasakan meriang yang tak bisa ia tahan.

Dan, detik berikutnya...

Ia jatuh pingsan.

Para polisi yang melihatnya, langsung membantu Alan dan di bawa ke dalam mobil, salah satu dari mereka menelpon Ardi.

Sebagian dari mereka kini membawa Alan ke rumah sakit yang Ardi perintahkan, sebagian lagi, masih melakukan penyelidikan.





***







Malam ini, Nalla mendapat berita yang tidak mengenakan. Ia langsung terduduk di ranjangnya saat mendapat telepon dari sang Ayah.

Suaminya masuk rumah sakit.

Pantas saja perasaannya sejak tadi sudah tidak enak. Padahal, ia juga sudah melarang Alan untuk tidak pergi ke mana pun karena laki-laki itu sedang demam tinggi.

"Nalla, ayo nak... Kita ke rumah sakit." ajak Misha yang kini terburu-buru masuk ke kamar Nalla.

Misha terdiam sejenak saat melihat Nalla yang tampak tak berkutik sedikitpun. Perempuan itu terdiam di tempatnya dengan raut wajah yang begitu menahan kesedihan.

Dengan cepat, Misha mendekatinya, lalu memeluk menantunya itu. "Sayang, Bunda tau, ini berat. Semua yang kamu hadapi, Bunda bisa merasakannya. Kamu perempuan hebat Nalla. Sudah banyak kejadian yang kamu lalui, hati kamu sedang hancur sayang...Bunda paham..." ucap Misha sambil menahan tangisnya.

"Arsyad hilang dan Mas Alan sekarang di rumah sakit, Bunda. Aku merasa aku kehilangan semua kebahagiaan hanya dalam sekejab mata..." ujar Nalla yang kini memeluk sang Bunda.

Misha benar-benar tak bisa mengatakan apapun lagi.

"Ayo sayang, kita ke rumah sakit." ucap Misha yang kini melepaskan pelukannya dan langsung menyapu air mata menantunya itu.

Ya, malam ini mereka segera ke rumah sakit untuk menemui Alan.





***







Sekarang, Nalla dan Misha sudah berada di ruangan di mana Alan di rawat. Dokter mengatakan bahwa Alan demam tinggi dan kelelahan. Untuk itu, Dokter menganjurkan agar Alan menginap untuk beberapa hari.

Nalla duduk di tepi brankar, menatap Alan yang sudah siuman. Laki-laki itu juga sama, ia sedang menatap Nalla sambil tersenyum.

"Makasih, Nal." ucap Alan sambil menggenggam tangan kanan Nalla.

Nalla tersenyum manis, satu tangannya mengelus kepala suaminya dengan sangat lembut.

"Kamu harus sembuh. Kalo kamu gak sembuh, Arsyad pasti sedih, dia ingin kamu menjemput dia, segera..." ucap Nalla yang kini tiba-tiba ingin menangis, matanya berkaca-kaca, tak bisa menahannya.

Melihat itu, Alan mencoba untuk duduk, Nalla langsung membantunya.

Setelah duduk, Alan menarik Nalla mendekat, lalu mencium dahi perempuan itu dengan sangat pelan. "Hukum aku Nal, atas semuanya...."

Nalla menggeleng beberapa kali, "Enggak, jangan ngomong gitu."

"Siapapun juga tahu, ini adalah kesalahan terbesar aku, dosa terbesar aku, Nal." ungkap Alan lagi.

Nalla mengangguk mengerti, lalu ia kembali tersenyum dan menggeleng, "Udah ya, kamu harus istirahat. Ini udah malam, aku tetap di sini kok, nemenin kamu, aku gak akan ke mana-mana..."

"Nalla."

Alan dan Nalla secara bersamaan melihat ke ambang pintu, di mana Misha berdiri di sana.

"Sebaiknya kamu pulang Nalla. Kamu istirahat, biar Bunda yang jaga Alan di sini." ucap Misha pada Nalla.

Mendengar itu, Nalla semakin menggenggam erat tangan Alan, lalu ia menggeleng, "Enggak Bunda. Kalo aku dirumah, aku semakin gak bisa tenang, aku mau di sini aja."

"Nalla, kamu harus istirahat, kamu lagi hamil. Lagian aku gak apa-apa  sendirian, Mama dan kamu pulang aja, aku udah baik-baik aja kok." ucap Alan sambil menatap Nalla dan Mamanya secara bergantian.

"Aku gak mau, aku mau disini aja sama kamu." tolak Nalla yang tetap pada pendiriannya.

Misha menghela napas, "Yaudah, kalo itu mau kamu. Tapi nanti jangan tidur di tepi brankar itu ya, kamu harus lurusin badan kamu, tidur di sofa." pesan Misha yang kini meletakkan makanan di atas meja.

"Iya, Bunda. Bunda pulang aja ya. Bunda juga harus istirahat. Jangan banyak pikiran." ucap Nalla yang begitu tak tega saat melihat wajah lelah Mama mertuanya.

Misha mendekati Nalla dan Alan, lalu ia memeluk Nalla dan mencium kening menantunya itu. "Pasti sayang. Dan bumil jangan lupa sebelum tidur dan besok pagi harus minum susu ya, udah Bunda letakkan di atas meja."

"Siap Bunda."

"Alan, kamu jangan lupa makan dengan teratur dan minum obatnya."

"Iya, Ma."

"Yaudah, Mama pulang dulu ya. Jaga diri kalian, assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam..." jawab Nalla dan Alan dengan kompak.

Setelah sang Bunda pergi, Nalla segera merapatkan tubuhnya di dekat suaminya, sambil duduk, ia bersender ke perut Alan dan memejamkan matanya, tidak lupa tangannya melingkar di pinggang laki-laki itu, tidur sambil memeluk suaminya yang kini tersenyum melihat tingkah lama yang kembali Alan rindukan.

Walaupun semua penyesalan itu tak ada artinya. Apapun yang ia lewatkan bersama Nalla adalah segalanya.

Ia benar-benar beruntung memilih perempuan sesabar dan setegar Nalla. Saat menatap punggung perempuan yang memeluknya ini, ia merasakan sakit pada hatinya. Sakit karena telah melukai perempuan itu. Hatinya sesak tak menerima apa yang sudah ia lakukan jauh hari, kebahagiaan itu begitu cepat sirna, hingga kini yang ada tinggal penyesalan besar yang tak kunjung hilang dan semakin pahit.

Jika saja semuanya bisa terulang kembali, kekhilafan itu akan ia ganti dengan senyum pada wajah Nalla yang tak akan pernah ia lunturkan.

Sekian lama ia memikirkan cara apa yang bisa menyembuhkan semuanya, namun itu tak berhasil. Yang ia dapat kini hanya penderitaan besar dengan kehilangan anaknya, Arsyad.

Tangan Alan bergerak menyelipkan anak rambut Nalla ke belakang telinga perempuan itu yang menutupi wajahnya.

Mata indah itu kini sudah tertutup. Alan tahu Nalla kini begitu lelah dengan semuanya. Apa yang bisa ia lakukan sekarang selain rasa sesal?

Seketika itu pula Alan teringat dengan ucapan Mamanya. Dengan cepat Alan turun dari brankar dan segera menggendong tubuh Istrinya, berniat memindahkannya ke sofa.

Di saat menggendong Nalla, Alan menatap dengan sayu wajah Istrinya dengan jarak sedekat ini, wajah yang benar-benar ia rindui keceriaannya.

Semua memori lamanya kembali muncul. Di mana masa-masa ia dan Nalla begitu indah. Perempuan yang benar-benar ia jaga dan tak ingin di sentuh oleh siapapun kecuali dirinya. Perempuan yang menemaninya di kala suka maupun duka.

Nalla adalah cinta matinya. Jika saja ia bisa mengulang semuanya dengan perlahan-lahan bersama Istrinya, ia tak akan memilih hal gila itu.

Dan jika boleh mengulang kembali, lebih baik ia mati dari pada harus menikah lagi.

Perlahan, Alan meletakkan Nalla di sofa. Meluruskan tubuh perempuan itu, senyaman mungkin. Lalu ia memberikan selimut dari ujung kaki Nalla hingga ke lehernya.

"Good night beautiful angel. I love you more..." bisik Alan pada telinga Nalla.

Baru saja Alan akan berdiri, berniat ke brankar nya lagi, tangannya tertahan oleh tarikan Nalla.

"Please, sleep with me." gumam Nalla dengan pelan dan masih terpejam, namun genggaman tangannya tampak tak ingin lepas dari Alan.









***









"Sepertinya sore ini pasien sudah boleh pulang." ucap seorang suster yang tengah membawa beberapa obat untuk Alan.

Mendengar itu, wajah Nalla berbinar. "Benar, Sus? Alhamdulillah."

"Iya, asalkan pusing di kepalanya sudah mulai membaik dan panasnya semakin menurun,"

"Iya, Sus. Udah menurun kok. Tadi malam masih panas banget, ini udah mendingan." ucap Nalla lagi.

Alan hanya memperhatikan Nalla berbicara.

"Iya, setelah sarapan pagi, obat yang ini harus diminum ya. Kalo sudah di minum, saya akan memanggil dokter untuk mengecek kondisi pasien."

"Baik, Suster. Makasih ya..."

"Sama-sama." setelah memberikan obat itu pada Nalla, suster tersebut segera keluar dari ruangan ini.

"Tuh, kamu harus sarapan dulu. Ini, kebetulan ada bubur yang tadi Mbak Asmi anterin." Nalla segera menyajikannya di mangkuk dan mulai menyuapkan Alan.

"Gimana tidurnya tadi malam?" tanya Nalla di tengah ia menyuapi bubur pada Alan.

"Nyenyak dong, kan sama kamu."

Nalla menahan senyumnya, lalu berpura-pura tidak ingat. "Kok bisa sih kamu ikutan tidur di sofa, mana sempit lagi."

Alan berhenti mengunyah, ia menatap terang-terangan mata Istrinya.

"Tuh kan, malah main tatap-tatapan, aku kan nanya."

"Udah, jangan sok pura-pura lupa gitu. Wajah kamu gak bisa bohong." ujar Alan yang kini menarik ujung hidung Nalla.

"Ih, iya-iya aku yang minta kamu tidur deket aku, tapi kan aku mintanya secara gak sadar, otomatis bukan kesalahan aku dong."

"Iya kesalahan aku. Maaf ya, udah buat tidur kamu gak nyaman." ucap Alan yang mengalah.

"Iya aku maafin kok." ucap Nalla sambil menahan senyumnya.

Deg!

Nalla mendadak terdiam saat perasaannya kembali merasakan tidak enak. Ia kembali teringat akan anaknya yang kini entah berada di mana.

"Arsyad..."  gumam Nalla dalam hati.

"Nalla, kamu kenapa?" tanya Alan tampak khawatir saat melihat ekpresi Nalla yang tiba-tiba saja berubah.

Nalla masih diam dan menatap kosong ke depan.

Alan segera menyentuh tangannya. Dengan cepat, Nalla tersentak kaget.

"Eh, iya?"

"Kamu kenapa sayang?"

Nalla menggeleng cepat, "Tiba-tiba Aku kepikiran anak kita." ucap Nalla pada akhirnya.

Mendengar itu Alan terdiam sejenak, lalu ia segera mengambil ponsel dan segera menelpon seseorang.

"Hallo, sudah sampai di mana pencariannya?" tanya Alan yang langsung to the point.

"Bos, pagi hari ini kami melanjutkan pencarian kembali bersama polisi__"

Alan langsung memutuskan sambungan teleponnya.

Tangan yang memegang ponsel itu perlahan turun begitu saja, tatapan kosong dan sesak pada hatinya kembali terasa.

Nalla yang mendengar suara di telepon tadi kini juga ikut melemah.

Sampai kapan semua ini akan berakhir?

Di mana anaknya?

Siapa pelakunya?

Nalla ingin mengatakan sesuatu tentang kemarin, tapi ia harus menahannya sampai kondisi Alan benar-benar pulih total.

Perlahan, air mata Nalla menetes.

Alan yang menyadarinya, kini langsung berwajah khawatir kembali. Ia segera memegang kedua tangan Nalla, berniat ingin menenangkannya.

Namun, Nalla melepaskan tangan Alan dengan pelan dan segera berdiri.

"Aku mau keluar sebentar." Nalla kini pergi keluar meninggalkan Alan.

"Nalla, tunggu..." Alan hendak mengejarnya, namun saat ia akan turun dari brankar, kepalanya tiba-tiba terasa sangat pusing.

Di saat Nalla keluar dari ruangan suaminya dan menutup pintu kembali. Kakinya mendadak kaku saat ia berbalik.

Matanya dan mata seseorang kini beradu.

Tepat, di sebrang kamar rawat suaminya. Seseorang keluar dari sebuah kamar dengan tubuh penuh banyak perban. Wajahnya begitu tampak tidak baik-baik saja. Kakinya menggunakan satu tongkat.

Tidak Nalla!

Tahan rasa trauma kamu pada laki-laki iblis itu. Ingat, pasti dia adalah perencana handal di balik hilangnya anak kamu.

Bisikan-bisikan itu terus memenuhi kepala Nalla saat ini. Mata Nalla benar-benar sudah berkaca-kaca. Hatinya merasakan sesak saat melihat laki-laki di hadapannya ini.

"Nalla..." panggilnya dengan pelan.

Nalla mundur selangkah, namun tangannya begitu ingin sekali memberi pelajaran pada orang ini.

Cukup sudah ia menahannya.

Dengan cepat, Nalla menarik dengan kasar kerah laki-laki itu. "KENAPA GIBRAN, KENAPA KAMU LAKUIN SEMUA INI SAMA KELUARGA AKU, KENAPA KAMU MENCULIK ARSYAD... TOLONG BILANG SAMA AKU, DIMANA ARSYAD SEKARANG! DIA MASIH KECIL GIBRAN, DIA BUTUH AKU..." Nalla menangis sambil tak berhenti menarik kerah Gibran.

Semua orang yang berlalu-lalang kini berhenti dan menatap mereka.

"KAMU BOLEH LUKAI AKU, TAPI JANGAN ANAK AKU, AKU MOHON SAMA KAMU, GIB... SEBENARNYA APA KESALAHAN AKU, SAMPAI-SAMPAI KAMU MELAKUKAN HAL SEPERTI INI!" teriak Nalla lagi.

Gibran menatap sekelilingnya sambil menunduk, berusaha mengatur dirinya agar tetap tenang.

"Nalla,"

"Aku mohon sama kamu, kembalikan anak aku..."

"Nal...tenang..."

"Yang buat aku tenang cuma Arsyad! Kembalikan Arayad ke aku!" pinta Nalla dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya, menatap Gibran dengan pandangan sangat memohon.

"Bukan aku yang melakukannya Nalla. Walaupun kamu bunuh aku sekarang juga, aku gak akan kasih tahu ke kamu, di mana Arsyad..."

Nalla terdiam.

Lalu perlahan Nalla menurunkan tangannya dari kerah Gibran. Matanya menatap tak percaya dengan apa yang sudah laki-laki itu lontarkan barusan.

"A-apa?"

Gibran menatap kanan dan kirinya, Orang-orang masih menatapnya.

Namun, tampaknya ia mencoba untuk tak peduli dengan sekelilingnya.

Ia kini menatap Nalla dengan tenang. "Dua syarat yang harus kamu penuhi, kalo kamu mau tahu di mana dan dengan siapa anak kamu sekarang..."

Deg!

Nalla menatap tajam pada Gibran. Jadi... Selama ini Gibran sudah tahu di mana anaknya berada.

Apa yang laki-laki ini mau sebenarnya?

Apa kesalahan Nalla padanya?

Kini dengan susah payah, Nalla mencoba membuka suaranya.

"A-apa syaratnya?" tanya Nalla dengan suara seraknya.

Lama Gibran menatap mata Nalla, hingga akhirnya ia bersuara nyaring. "TINGGALKAN ALAN DAN KAMU MENIKAH DENGANKU, NAL."

Duar!

Ucapan Gibran seolah terdengar sebagai suara petir besar yang menakutkan bagi seorang Nalla.

Nalla menggeleng ketakutan, kakinya perlahan melangkah mundur...

Di saat ia akan berbalik badan...

Deg!

Ternyata sejak tadi Alan berdiri di ambang pintu dengan sorot mata menatap tajam dan mencengkram lurus tepat ke arah Gibran.

Ya, Alan mendengar semuanya.



_____________


GIMANA PERASAAN KALIAN?

TIM NALLAN KEMBALI SEPERTI DULU MASIH BANYAK KAN? ATAU MAU SAD ENDING AJA? ☺🙏

ARSYAD DI MANA YA?
TEBAK DONG.

INI CERITA PLOT TWIST BGT, TEBAK DEH JALAN CERITANYA. YANG BENER DAPET KECUPAN DARI MAS GIBRAN😚😚😚

ADA YANG MAU GABUNG DI GRUP WA? AKU BARU BUAT LOH.
NTAR LINK AKU TARUH DI BIO IG
>> @NALLAN.OFFICIAL <<


NEXT? SPAM KOMEN SANGGUP?


FOLLOW IG AKU :

ADANY.SALSHAA
NALLAN.OFFICIAL

继续阅读

You'll Also Like

58K 5.4K 14
Ini cerita tentang Tania, gadis yang mengurung dirinya selama bertahun-tahun. Berkilas balik ke masa SMA-nya, masa di mana Tania melakukan dan mener...
5.6M 297K 57
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
11.5M 254K 12
_ _ _ Naya hamil! dan itu berita paling menakutkan dalam hidupnya. Apalagi, ayah dari anaknya adalah seorang Alvares! Perundungnya sendiri! Cowo pri...
74.9K 25.3K 35
Embun Adriana Rafa dan Erland Orlando Arsenio. Dua orang yang terjebak dalam hubungan persahabatan dan cinta💕 - selamat datang di cerita pertama ara...