Jangan lupa vote sebelum baca, komen and share juga yaa
Warning typo!!
Jangan jadi sider oyyy!!
HAPPY READING! ❤
*****
"sistem?" tara menghela nafas saat tak mendengar jawaban sistem
Seperti yang diucapkan sistem, tara memang tidak bisa menghubungi sistem sesukanya. Sistem hanya keluar hanya saat keadaan mendesak
Bagaimamapun tara tidak menyesalinya, ini kehidupannya dan dia akan mengandalkan dirinya sendiri.
Sistem berkata, jika dia sudah benar-benar terikat dengan sistem, sistem akan selalu ada kapanpun ia memanggilnya
Adapun kapan itu tiba....
Tentu saja saat tara meninggalkan dunia ini
Memikirkannya, tara benar-benar enggan, tapi mengingat ia hidup hanya untuk alarick tara menghilangkan semua keengganan itu. Bagaimanapun...tidak ada gunanya terus hidup jika alarick tidak ada disisinya.
Tara melihat sosoknya didepan cermin, mengenakan piyama katun tipis, rambut coklatnya yang agak basah menyebar dikedua sisi pundaknya, melihat mata berairnya, tara agak ling-lung, dia sepertinya tidak mempunyai mata ini dikehidupan sebelumnya. Mata yang terlihat jernih, seakan orang yang melihat bisa menembus kepribadian tara yang lembut dan polos
Heh.. Bukankah ini hanya kompensasi kecil untuk kehidupan sebelumnya?
memikirkan ini, tara tidak bisa tidak mengingat yoselin
Dari atas sampai bawah, kepribadian dan pembawaan yoselin begitu lembut, anggun dan murni, Hingga orang-orang tidak bisa menolak apa yang diinginkannya
Dia begitu terlihat rapuh, membangkitkan perasaan pada seorang pria untuk selalu melindunginya!
Dan dia salah satu orang yang dibodohi oleh yoselin dari awal sampai akhir
Dari awal yoselin hanya mengincar suaminya alarick! Dan juga penderitannya.
Tara tersenyum datar. Tidak banyak ekspresi diwajahnya, hanya saja jejak kebencian itu begitu kuat, hingga orang mungkin tidak akan menduga saat melihat wajah lembut dan halus itu penuh dengan jejak penghinaan.
Bukankah dia begitu iri padanya?
Maka tara akan memberi tahunya, bagaimana rasa iri sebenarnya. Rasa iri yang bahkan dia sendiri akan tercekik saat melihatnya lebih tinggi darinya.
Memikirkan hal-hal menyenangkan yang akan terjadi kedepannya, tara memandang seisi kamar
Tidak ada tanda-tanda kehidupan didalamnya selain tara. Nyatanya dia sendiri yang meminta alarick untuk memisah kamar
Sudah dua tahun....
Apakah toleransinya padanya begitu besar? Mengingatnya lagi, tara tersenyum masam
Tentu saja. Dia bahkan rela mati hanya untuk selalu bersamanya.
Kaki tara melangkah keluar, sepanjang perjalanan matanya terlihat ling-lung
Saat ini dia sedang mengingat bagaimana dulu alarick selalu lembut padanya, sebesar apapun kesalahannya. Dia tidak pernah berteriak atau mebentaknya...
Tidak.
Dia pernah marah padanya. Ya, saat itu alarick bahkan membentaknya. Dia sangat-sangat marah.
Pada saat itu dia hampir terjerat dengan dion ditempat tidur, jika bukan karena alarick yang datang tiba-tiba dan menyeretnya dengan wajah merah padam.
Tapi pada saat ini tara tau. Itu adalah pengaturan yoselin. Dia membuatnya mabuk, memberikan obat pada dion lalu menghubungi alarick
Yoselin bisa dibilang mata-mata alarick. Hanya saja dia selalu membalikan putih menjadi hitam dan hitam menjadi api yang akan membakar alarick dengan kemarahan yang berkobar.
Pada saat itu alarick menatap tara marah, matanya penuh rasa sakit dan kecewa, tapi waktu itu tara bahkan tidak tau bagaimana alarick begitu terluka karena perilakunya
Dia begitu buta. Sangat buta, hingga hanya nama dion yang selalu tersemat di kepalanya.
Tara memandang pintu didepannya ragu. Melihat jam diponselnya tara mungkin mengira alarick masih diruang kerjanya
Pintu terbuka dengan suara kriet yang membuktikan jika sipemilik kamar jarang berada didalamnya. Bukankah begitu? Alarick selalu tertidur diruang kerjanya
Saat tau alasannya tara bahkan tidak bisa membendung air matanya
Itu semua karenanya. Alarick hanya menginginkan pernikahan normal dan hangat. Dia berharap tara menyambutnya saat dia pulang kerja, menyapanya saat pagi hari dan memberinya pelukan hangat saat ia tertidur
Itu semua.... Sistem yang memberitahunya keinginan sederhana alarick.
Tara terduduk dilantai, ia menangis tidak lagi bisa membendung air matanya. Melihat suasana kamar yang dingin dan suram
Tara tergugu. Nyatanya baru kali ini tara menangis begitu hebat, mungkin orang yang melihat akan mengatakan jika dia adalah orang yang paling menderita didunia
Pada saat ini pintu kamar mandi yang tertutup terbuka perlahan, memperlihatkan celah sedikit kemudian terbuka lebar, menampilkan sosok tinggi yang dibalut handuk hanya sebatas pinggangnya
Melihat sosok mungil yang terduduk seperti bola didepannya, hati alarick menegang, apalagi mendengar suara tangis tara yang terdengar begitu memilukan
Tanpa basa-basi alarick melangkah maju, memeluk tara erat. Hatinya seakan tertusuk saat melihat tara seperti ini
Kilatan bahaya muncul dikedalaman matanya.
Siapa? Siapa yang menyakitinya hingga seperti ini? Bukankah dia? Jika benar, maka alarick tidak akan segan untuk menghancurkannya.
Tara yang menangis langsung menegang saat merasakan pakaiannya yang sedikit basah karena orang didepannya
Aliran hangat dari tubuh alarick seakan mengalir pada kulit tara yang hanya memakai pakaian tipis. Keduanya seakan bisa merasakan suhu tubuh masing-masing
Pada saat ini alarick tidak menyadari jika orang dipelukannya sudah berhenti menangis dan memiliki ekspresi gugup diwajahnya
Alarick melonggarkan pelukannya "kenapa?" tanyanya menangkup wajah tara
Mata tara berkeliaran seakan menghindari tatapan introgasi alarick
"tidak... Aku.. "
Alarick tersenyum kecut. Dia masih mau melindunginya, kan?
"baiklah, pergi tidur" saat ini alarick memegang bahu tara membantunya berdiri
"mmm bolehkah....bolehkah aku tidur disini... " katanya diakhiri dengan suara mencicit seakan takut alarick tidak menyetujuinya
Ketidakpercayaan melintas dimata alarick, tapi hanya sekilas, dia kembali menatap tara lembut "baik"
Tara mendongak penuh antisipasi, melihat tatapan dalam alarick tara memalingkan wajahnya malu, apalagi saat dia melihat alarick bahkan tidak mengenakan baju.
"aku... Aku akan tidur lebih dulu!" kata tara, langsung melompat ketempat tidur, seperti kelinci yang berlari menuju sarangnya
Alarick memandang tara geli, melihat tubuh kecil itu tertutup selimut, bulu mata alarick bergetar, matanya semakin melembut. Kemudian dia berjalan menuju walk in closet.
.
.
Jantung tara melonjak saat merasakan tekanan disisi tempat tidurnya. Itu membuktikan alarick sudah berbaring disebelahnya.
Tangan tara mengepal, mencengkram selimut. Dia sebenarnya... Sangat gugup!
Nyatanya dikehidupannya dulu, tara tidak pernah berbagi tempat tidur dengan orang lain, apalagi seorang lelaki.
Untuk sesaat tara tidak bisa tidur. Merasakan nafas yang semakin teratur disebelahnya, tara membalikan badannya menghadap alarick
Orang yang disebelahnya tertidur dengan wajah tenang, posisinya sangat rapi seakan saat ia tertidurpun ia sudah mengaturnya
Apa yang ada dalam dirinya, sangat rapi, teratur dan menawan.
Menatap ling-lung orang disebelahnya. Tara masih tidak mempercayai orang yang begitu paranoid ini mempunyai toleransi besar padanya bahkan sangat mencintainya.
Dengan gerakan perlahan tara menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan alarick. Tara menggigit bibirnya, takut membangunkan alrick yang sedang tertidur
Tara memiringkan posisinya hingga nafasnya kini tepat dileher alarick, menatap visual samping alarick, dengan bulu mata lentik, hidung tinggi dan bibir tipis.
Tangan kecil tara perlahan terulur, membungkus pinggang alarick, lalu perlahan menutup matanya dengan hati yang bahagia.
.
.
.
.
Malam semakin kelam, nafas tara yang sedari tadi mencoba menghilangkan keberadaannya kini semakin teratur dan seirama
Tepat saat awan bergeser memperlihatkan bulan yang tadinya tertutup kini terlihat, memberikan cahaya samar dikamar yang remang-remang itu. Mata yang sudah lama terpejam kini kembali terbuka
Menatap langit-langit, penuh kerumitan. Kepalanya menoleh, melihat sosok ramping yang memeluknya dengan lengkungan dibibir mungilnya. Dia... Mungkin sedang bermimpi indah
Alarick menyalipakan rambut yang berjatuhan dipipi tara, mengelusnya sebentar. Apa yang kau impikan, bisakah itu aku?
Alarick tersenyum penuh ironi. Jika bukan kenyataan tara yang sangat membencinya, alarick akan percaya jika perempuan dipelukannya ini begitu mencintainya.
Alarick diam lama menatap objek yang sama, melihat wajah tidur tara lama, tanpa sadar menutup matanya. Sebenarnya dia tidak pernah bisa tertidur, jika ia tertidur ia akan memimpikan tara pergi meninggalkannya
Tapi jika dia disisinya seperti ini, alarick mungkin akan tertidur lelap. Tangan kekarnya membungkus pinggang ramping tara, membungkus tubuh tara seakan memenjarakan tara dengan tubuhnya.
****
Matahari muncul begitu tinggi dan bersinar terang. Perlahan bulu mata itu bergetar lalu mata aprikot yang cerah terbuka secara perlahan, mengerjap pelan. menyesuaikan cahaya yang menabrak netranya.
Tara terdiam sesaat sebelum akhirnya sadar saat merasakan tangan yang memeluk pinggangnya erat
Tara menatap tangan itu, lalu tertuju pada wajah diatasnya, yang masih senantiasa menutup matanya
Rahang lelaki itu tegas, bahkan setiap inci diwajahnya seakan dibuat dengan hati-hati, untuk sesaat tara menganggumi ketampanan alarick
Apakah dia terlalu bodoh dulu? Mengabaikan orang sesempurna ini hanya untuk seonggok sampah?
Seakan tau tatapan panas dibawahnya, alarick yang tertidur membuka matanya. Tubuh tara kaku saat melihat senyum tipis dibibir lelaki itu
Alarick menatap tara lembut, tatapan yang bahkan tidak dia beriakan pada siapapun termasuk ibunya "selamat pagi" katanya dengan suara serak khas orang bangun tidur, rambutnya yang biasa tertata rapi kini beberapa helai jatuh didahinya
Itu memberi kesan seorang pria malas tapi seksi. Tanpa sadar tara meneguk salivnya kasar. Dia tidak tau berapa pesona yang dimiliki alarick.
Senyum alarick semakin dalam kala melihat ekspresi ling-lung tara
Wajah alarick mendekat. Bahkan tara belum menyadarinya
Hanya dua inci lagi, bibir keduanya menempel. Dering ponsel menyadarkan tara, ia bangkit dengan semangat sambil mengambil ponselnya diatas nakas
Bibir bawah alarick mengerut seakan tidak puas. Ia menatap punggung tara yang saat ini sedang melihat ponselnya.
Yoselin?
Mata tara mendingin kala melihat nama yang terpampang dilayar ponselnya. Untuk sesaat ia menimang, haruskah ia mengangkatnya?
Saat akan menolak, tara melihat kalender di sebelahnya.
8 juli 2020
Matanya berkilat dengan cahaya. telpon mati sebelum dia bisa mengangkatnya
Lalu, tak lama sebuah pesan muncul dari orang yang sama.
Membacanya....tara tersenyum sinis
Heh. Bukankah dia suka bermain maka dia dengan senang hati akan mengikutinya
Tenang saja, ini hanya permulaan.
______________________________________
Holahola!!
Maaf buat kalian yang nunggu cerita ini, lama banget ya aku gk up
Kalian tau gk, awalnya aku mau unpub cerita ini. Kenapa?
1. Gk tau kenapa, ide buat cerita ini gk banyak ngalir. Atau mungkin aku yang terlalu fokus sama cerita satunya?
2. Kayanya sepi banget yang baca cerita ini
3. Aku sibuk. Dan gk bisa ngatur waktu
Tapi pas aku pikir" mau lanjut apa engga. Aku nanya, terus adalah yg nunggu meski cuma berapa biji hihihi
Dan sayang aja kalo aku unpub. Aku mikir, ide kan bisa dateng kapan aja ya, jadi mungkin aku kaya biasa uo cerita ini sesuai mood ya guys
Maaf kalo ada yang kecewa😭
Seeyou guys, semoga aku dapet hidayah biar makin rajin uo nya