Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙
🔸🔸🔸
Leandra terlihat sendirian di kampus. Tadi pagi, Nora berpamitan padanya, pergi mengunjungi neneknya yang berada di luar kota untuk beberapa hari ke depan.
Ketika keluar dari ruang dosen, ada seseorang yang dengan kurang ajarnya menarik tangan Leandra. "Dion! Lepas!!" Leandra memberontak tapi kekuatannya tentu tidak seberapa jika dibandingkan dengan Dion.
Dion menarik Leandra ke tempat yang jarang di lalui orang. Ia berhenti menarik Leandra tapi masih mencekal pergelangan Leandra supaya wanita dihadapannya tidak lari.
"Apa-apaan kau ini!" Marah Leandra, ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Tidak ada satu manusia pun yang berada disana selain ia dengan Dion.
Dion menatap Leandra dengan tenang, "Sepertinya rencanaku tidak berhasil." Dion mendapat informasi jika Leandra masih tinggal dengan suaminya. Itu berarti rencananya telah gagal. Jika rencananya berhasil maka Leandra pasti sudah di usir dari rumah suaminya.
"Suamiku tidak akan terpengaruh dengan cara murahanmu!" Leandra bersikap santai, jika dirinya ketakutan atau melakukan pemberontakan maka Dion akan semakin mengintimidasinya.
"Itu baru permulaan, Lea. Aku tidak akan menyerah begitu saja." Ujar Dion kemudian.
"Dion Leyton." Leandra berucap dengan lamat-lamat, tidak gentar untuk menghunuskan tatapan tajam pada lawan bicaranya.
Raut wajah Dion jelas menunjukkan keterkejutan, ia termenung beberapa saat. "Sayang, kau sudah tau siapa aku sebenarnya ya?" Dion tidak perlu lagi beracting, ia juga sudah muak dengan perannya.
Pria di depannya seakan melepas topengnya. Tidak ada lagi kelembutan di wajah Dion, bahkan nada bicaranya pun berubah. "Aku cukup salut dengan peran yang kau dalami selama ini." Leandra menyindir Dion secara terang-terangan.
Dion menelusuri wajah cantik wanita di depannya menggunakan telunjuknya, "Peranku tidak cukup baik karena kau sudah mengetahuinya sebelum rencanaku berhasil."
Leandra menghempas tangan Dion, "Apa perusahaanmu begitu terpuruk hingga kau dan papamu memiliki rencana sepicik itu?"
"Perusahaanmu yang menyebabkan Perusahaanku berada di ambang kehancuran!" Dion berkata dengan nada tingginya.
"Perusahaanmu yang tidak becus! Kenapa menyalahkan Perusahaanku!? Seharusnya kau dan papamu memikirkan cara, bagaimana membuat Perusahaan kalian bisa bangkit lagi. Bukan mengambil jalan pintas dengan menguasai hartaku lalu membunuhku!" Leandra mengutarakan kemarahannya. Persaingan bisnis itu wajar, tapi apa yang di rencanakan Dion kepadanya sangat tidak berperi kemanusian.
Dion menaikkan satu alisnya, "Membunuh?" Gumam Dion. Ia tidak menyangka jika Leandra mengetahui rencananya. Ia lantas berpikiran jika Leandra hanya menebaknya dengan asal.
"Kenapa? Ucapanku benar kan? Kau memang berencana membunuhku setelah menguasai hartaku kan?" Leandra tau jika Dion pasti penasaran. Ternyata peristiwa yang ia alami nyata adanya. Ia bersyukur dapat merubah takdirnya.
Dion menarik sudut bibirnya, "Mungkin tebakanmu benar. Menikahimu, menguasai hartamu kemudian melenyapkanmu." Dion dengan terang-terangan menatap Leandra dari atas hingga bawah. "Tapi setelah melihat perubahanmu, bukankah akan menyenangkan untuk menjadikanmu pemuas hasratku, Lea!?" Dion memajukan wajahnya ingin mencium Leandra.
Suara kekehan terdengar dari Dion ketika Leandra menghindari ciumannya. Kemudian Dion berdecak, "Seharusnya saat kau masih tergila-gila padaku, aku menidurimu atau bahkan menghamilimu." Dion berusaha menghancurkan keberanian Leandra dengan perkataannya, mencoba mengintimidasi Leandra.
Mata Leandra membelalak sempurna, "Kau sudah tidak waras!!" Leandra mencoba bersikap biasa padahal ia cukup takut dengan pria di depannya sekarang.
"Aku begitu merindukan Lea yang dulu, Lea yang selalu menatapku penuh cinta." Dion berkata dengan nada yang di dramatisir.
"Yang tersisa hanya Lea yang sangat membencimu, dan Lea yang sangat jijik padamu!" Leandra terus merutuki kebodohannya yang pernah jatuh cinta pada Dion. Ia terus mencoba melepaskan pergelangannya yang di cekal oleh Dion.
Dion kembali terkekeh, "Melihat penolakanmu, aku semakin tertarik padamu, Lea." Dion berucap dengan nada beratnya. Ia menunjukkan wajah aslinya pada Leandra, membuka topeng yang selama ini ia pakai. Dion pria dewasa yang rela berperan menjadi mahasiswa berumur 23 tahun demi mencapai tujuannya.
"Rencanamu sudah terbongkar sekarang! Tidak ada yang bisa kau lakukan jadi berhentilah menggangguku!" Desis Leandra sambil berusaha melepaskan cekalan Dion. Usahanya hanya sia-sia karena Dion semakin mengeratkan cekalannya sekarang, mungkin setelah ini bekas kuku Dion tertinggal di tangannya.
"Tidak ada yang bisa aku lakukan ya?" Dion mengulangi perkataan Leandra. "Tunggulah apa yang akan kulakukan selanjutnya. Akan kupastikan, kau yang akan datang sendiri padaku."
"Aku tidak takut dengan ancamanmu!" Akan Leandra pastikan, perkataan Dion barusan tidak akan terwujud.
"Aku tau kelemahanmu, Lea." Dion menepuk pelan pipi Leandra, tidak lupa memberikan senyuman untuk Leandra. "Tunggulah kejutan kecil dariku." Setelah mengucapkannya, Dion melepas cekalannya kemudian berlalu dari hadapan Leandra.
Leandra menatap kepergian Dion sambil mengusap pergelangan tangannya yang terasa panas dan perih. Leandra harap, perkataan Dion hanya gertakan semata. Ia tidak akan kalah dari Dion. Ia akan memastikan, rencana busuk Dion tidak akan berhasil dan terwujud hingga kapanpun.
Ken masuk ke dalam ruangan Elliot setelah di persilahkan masuk. Ia mengampiri Elliot kemudian menyampaikan sesuatu.
"Apa yang pria itu bicarakan dengan Lea?" Elliot bertanya pada Ken setelah mendengarkan apa yang Ken laporkan padanya.
"Orang yang saya tempatkan disana tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, Tuan." Ken menjawab pertanyaan Elliot.
"Ken, apa kau memiliki ide supaya pria yang bernama Dion itu berhenti mendekati Lea?" Elliot meminta pendapat Ken.
"Tidak ada yang bisa kita lakukan, Tuan. Pria itu belum melakukan sesuatu seperti melakukan tindak kejahatan. Untuk sementara, kita hanya bisa menjaga Nona Lea." Ken menyampaikan pendapatnya.
Elliot mendengarkan perkataan Ken sembari berpikir, "Kau cari celah melalui Perusahaan Leyton, Ken. Kita bisa menekan mereka melalui Perusahaannya supaya tidak mengganggu Lea."
"Bagaimana jika hal itu justru membuat mereka semakin nekat untuk memaksakan tujuan mereka pada Nona Lea, Tuan?" Ken kurang menyetujui rencana Elliot.
Elliot menyandarkan punggungnya ke kursi, jemarinya mengetuk-ngetuk meja di depannya. "Yang penting kau kumpulkan informasi tentang Leyton, sambil menunggu cara yang lain."
"Baik, Tuan. Saya permisi." Ken undur diri dari hadapan Elliot.
Sepeninggal Ken, Elliot masih terdiam sambil berpikir. Ia tidak akan membiarkan Leandra menghadapi masalah sendirian, sudah menjadi kewajibannya untuk melindungi istrinya. Elliot tidak akan lengah, ia perlu meningkatkan kewaspadaannya karena Leandra tidak selalu bersamanya setiap saat.
Terus ikuti kelanjutan cerita "It's My Destiny"
Cerita ini murni hasil pemikiran sendiri, biar penulis makin encer mikirnya jangan lupa berikan dukungannya. Kalau malas coment, vote saja cukup.
Vote gak butuh waktu lama. Gak lebih dari 5 detik kok, bukan hal sulit bukan??? jadi jangan hanya menikmatinya tapi hargai juga jerih payah penulisnya ya....
Terima kasih. Sehat selalu untuk kalian.... 😉