Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙
🔸🔸🔸
Ken memperhatikan pelayan yang memasukkan barang belanjaan ke dalam kamar Leandra. "Nona Lea belanja sebanyak itu?" Ken bertanya pada salah satu pelayan. Ia melihat puluhan box sepatu dan puluhan paperbag yang ia perkirakan berisi pakaian.
"Iya, Tuan Ken. Mereka bilang ini semua barang Nona Lea." Pelayan tersebut menjawab pertanyaan Ken.
"Pengirimnya meminta tagihan tidak?" Tanya Ken kemudian.
"Tidak, Tuan. Mereka bilang sudah di bayar oleh Nona Lea." Jawab Pelayan itu.
"Tata dan susun yang rapi di lemari Nona Lea." Perintah Ken pada pelayan itu.
"Baik, Tuan." Pelayan mematuhi perintah Ken, sang asisten pemilik rumah ini.
Setelahnya, Ken pergi ke kamar Elliot untuk membicarakan sesuatu. Pekerjaan serta tugasnya bukan hanya urusan perusahaan, ia juga bertanggung jawab sepenuhnya atas semua yang terjadi rumah ini. Ken juga di perintahkan Elliot untuk memperhatikan serta mengawasi segala kegiatan yang berhubungan dengan Leandra, istri Tuannya.
Sementara itu, Leandra baru saja turun usai memarkirkan kendaraannya. Ia menghentikan langkahnya, menatap koleksi mobil berharga fantastis yang berjejer rapi di garasi rumah Elliot. "Sayang sekali dia tidak bisa mengendarai mobil lagi." Leandra bergumam dalam hati membicarakan Elliot. Karena kondisi kaki Elliot, tentu saja membuat Elliot tidak bisa mengemudikan koleksi kendaraan yang terparkir disana.
Usai dengan lamunannya, Leandra beranjak untuk masuk ke dalam rumah. Hari sudah sore, ia harus segera membersihkan diri untuk bersiap makan malam.
"Bagaimana dengan rencanamu?"
"Berantakan." Dion menjawab pertanyaan papanya. "Wanita itu justru menikah dengan pria lain. Sulit untuk mendekatinya lagi." Dion menjelaskan permasalahannya. Leandra memblokir nomornya, Dion juga tidak mengetahui dimana tempat tinggal suami Leandra. Di kampus pun, ia tidak bisa bertemu dengan Leandra.
"Menikah?" Ferdi bertanya dengan ekspresi terkejut.
Dion mengangguk.
Ferdi menggebrak meja, "Bagaimana bisa kau melakukan kecerobohan sefatal itu?" Ferdi membentak putranya.
Dion melirik sekilas pada Ferdi dengan raut datarnya. "Ini diluar perkiraanku, Pa." Memang benar adanya, ia sendiri tidak pernah mengira jika Leandra akan berpaling darinya secepat ini.
Mata Ferdi menajam, "Itu karena kau bodoh!"
Perusahaan Ferdi dan Perusahaan keluarga Lloyd bergerak di bidang yang sama yaitu pengembangan property dan realty yang juga mencakup layanan konsultasi, perencanaan, konstruksi dan layanan lansekap.
Persaingan, adalah alasan yang mendasari Ferdi menyuruh Dion mendekati Leandra. Perusahaan Llyod semasa di pimpin oleh Haris, selalu mengalahkan perusahaannya. Akibatnya, perusahaannya menjadi tidak stabil karena tidak pernah memenangkan tender.
"Kau tau, papa sangat berharap padamu selama ini. Jika kau bisa menikahi wanita itu. Kita akan mendapatkan suntikan dana yang besar. Selain itu, kita juga dapat menumbangkan Perusahaan Lloyd. Perusahaan kita akan menjadi satu-satunya Perusahaan pengembang tersukses di negara ini." Ferdi kembali mengingatkan hal tersebut pada Dion.
"Aku tau, Pa. Papa selalu menyalahkanku. Papa sendiri bagaimana? Sekarang kakek Lea sudah tiada. Seharusnya papa bisa memanfaatkan keadaan dengan merebut semua tender besar yang biasa di menangkan oleh Perusahaan Llyod." Dion tidak terima jika semua kesalahan di limpahkan padanya.
Dion beberapa bulan ini rela menyamar sebagai mahasiswa baru di kampus, padahal dirinya sudah lulus sarjana. Hal tersebut ia lakukan demi mendekati Leandra. Selama ini tidak ada yang mengetahui jati diri Dion yang sebenarnya.
"Akan papa pastikan, jika ada tender lagi, Perusahaan kita yang akan memenangkannya. Lalu, apa rencanamu berikutnya? Apa tidak ada celah untuk mendekati wanita itu lagi?" Ferdi bertanya pada Dion.
"Yang pasti, aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku tidak mau usahaku selama ini sia-sia tanpa menghasilkan sesuatu." Dion berkata dengan ekspresi yang sarat akan ambisi.
"Siapa suami wanita itu?" Ferdi bertanya supaya ia bisa memberikan saran atau usulan kepada Dion.
"Tidak tau." Dion hingga saat ini memang belum mengetahui siapa suami Leandra.
"Kau harus membuat wanita itu bercerai dari suaminya dan kembali padamu. Jika perlu kau hamili saja wanita itu supaya tidak bisa memiliki pilihan lain selain menikah denganmu." Ferdi tidak peduli jika saran darinya terdengar tidak masuk akal.
Dion menyipitkan mata ketika mendengar perkataan Ferdi barusan, "Menghamili?" Tanya Dion dengan nada sedikit meninggi. "Bagaimana mungkin aku bisa menidurinya jika sekarang dia selalu menghindariku?!"
Ferdi berdecak, "Seharusnya hal itu kau lakukan sejak dulu! Kau justru bermain-main dengan wanita lain, kau pikir papa tidak tau!?" Sarkas Ferdi, ia kembali menyalahkan Dion.
Dion mendengus, "Aku tidak tau jika hal ini akan terjadi. Jika tau, aku akan menikahinya sejak awal!!" Dion beranjak dari duduknya, "Aku akan melakukan caraku sendiri. Papa tidak perlu ikut campur, lebih baik papa konsentrasi pada perusahaan supaya hutang perusahaan tidak makin bertambah." Tanpa mendengar jawaban dari Ferdi, Dion keluar dari ruang kerja papanya.
Leandra beranjak dari ranjang ketika mendengar suara ketukan. Saat membuka pintu kamar, ia melihat wajah Ken. "Ada apa, Ken?" Tanya Leandra, Ken pasti memiliki alasan kenapa mengetuk pintu kamarnya.
"Silahkan ikut saya. Tuan Elliot memanggil anda, Nona." Ken menyampaikan tujuannya.
Leandra mengangguk kemudian mengekori Ken.
"Silahkan masuk." Ken mempersilahkan Leandra masuk ke dalam kamar Elliot.
"Tuanmu di dalam?" Ia sedikit bingung karena Elliot baru sekali ini mengundangnya masuk ke dalam kamarnya.
Ken mengangguk, ia membukakan pintu untuk Leandra. Menutup pintu kembali setelah Leandra masuk ke dalam.
Leandra melirik ke sekitar begitu memasuki kamar tersebut. Ia menghampiri Elliot yang kini duduk di atas ranjang dengan punggung bersandar pada kepala ranjang. "Apa kau membutuhkan bantuanku? Atau ada yang ingin kau bicarakan denganku?" Tanya Leandra begitu sampai di dekat Elliot.
Elliot memberi kode pada Leandra untuk duduk.
"Disini?" Leandra menunjuk tepi ranjang.
Elliot mengangguk. Ia mengetik hal yang ingin ia katakan pada Leandra melalui ponselnya.
Leandra menuruti perintah Elliot.
"Apa kau keberatan jika aku memintamu untuk memijat kakiku?"
"Tentu saja tidak." Jawab Leandra setelah membacanya tulisan dari ponsel yang disodorkan ke arahnya. Tangan Leandra lantas menyentuh kaki jenjang Elliot untuk memijat.
"Dokter bilang, kakiku perlu mendapatkan rangsangan supaya otot dan saraf kembali bereaksi." Elliot kembali menyodorkan ponselnya ke arah Leandra.
Leandra mengangguk, ia mengerti jika kelumpuhan di sebabkan oleh gangguan pada otot atau saraf. "Aku tidak keberatan jika melakukannya setiap hari. Kau hanya tinggal memanggilku, aku akan memijatmu." Leandra membagi pandangannya, menatap Elliot dan tangannya yang sedang memijat kaki Elliot.
Sudut bibir Elliot sedikit tertarik mendengarnya. Ia kembali mengetik sesuatu di ponselnya, "Apa kau betah tinggal disini?"
Leandra tersenyum tipis. "Tentu. Kau memberiku kamar yang sangat layak. Kau juga memberiku makanan enak selama aku tinggal disini." Leandra menjawab pertanyaan Elliot dengan sedikit bercanda.
Elliot cukup lega jika Leandra bisa dengan mudah beradaptasi setelah tinggal di rumahnya. Ia menatap Leandra dengan seksama, walau berpenampilan biasa dengan wajah tanpa polesan makeup, Leandra tetap terlihat cantik menurutnya.
Elliot tahu alasan mengapa keseharian Leandra hanya mengenakan kaos serta jeans, tidak lain tentu saja karena profesi Leandra sebelumnya. Tidak ada drifter yang memakai gaun atau dress serta memakai makeup.
"Kau tidak merindukan hobbymu?" Elliot menyodorkan ponselnya ke arah Leandra.
Setelah membacanya, Leandra melirik Elliot yang kebetulan sedang menatapnya. "Tentu saja rindu. Tapi aku sudah menyetujui persyaratanmu." Leandra menjawabnya dengan santai. Ia tidak ingin berbohong kepada Elliot.
"Kau bisa melupakannya dengan menyibukkan diri untuk belajar mengurusi perusahaan kakek. Sebenarnya aku memiliki alasan yang kuat kenapa menyuruhmu berhenti dari profesimu."
"Memangnya apa alasanmu?" Tanya Leandra setelah membacanya.
"Kau sering berlatih di daerah pegunungan, itu sangat berbahaya untukmu."
Leandra tersenyum, "Oh, jadi alasanmu karena takut menjadi duda ya?" Jawabnya dengan bercanda.
Elliot mengalihkan pandangannya ke arah lain, tangannya menggaruk lehernya yang tidak gatal. Secepat mungkin ia menetralkan ekspresinya. "Aku suamimu. Aku berhak melarangmu jika itu membahayakan keselamatanmu, karena setelah menikah kau adalah tanggung jawabku."
Senyum tulus terbit dari bibir Leandra setelah membacanya, "Aku tau. Aku akan menuruti semua perintahmu selama itu dalam hal positif."
Elliot menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Leandra. Ia berharap, kedepannya sikap Leandra tidak berubah, selalu menjadi istri yang patuh serta menghargai dirinya.
Cerita ini murni hasil pemikiran sendiri, biar penulis makin encer mikirnya jangan lupa berikan dukungannya. Kalau malas coment, vote saja cukup.
Vote gak butuh waktu lama. Gak lebih dari 5 detik kok, bukan hal sulit bukan??? jadi jangan hanya menikmatinya tapi hargai juga jerih payah penulisnya ya....
Terima kasih. Sehat selalu untuk kalian.... 😉