AURELLIA; Antagonist Girl [EN...

By xxxstars_

13.8M 1.4M 120K

[Part Lengkap] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [Reinkarnasi #01] Aurellia mati dibunuh oleh Dion, cowok yang ia cint... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Cast + Mau tanya
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 43
Part 44
Part 45
END
Epilog
Ekstra Part I
Ekstra Part II
Ekstra Part III
INFO PLAGIAT

Part 42

181K 21.6K 1.3K
By xxxstars_

Markas Jervanos terlihat ramai di malam yang semakin larut. Terlihat snack-snack makanan ringan dan berbagai minuman bersoda terlihat memenuhi meja kaca bercampur dengan bungkus-bungkus snack yang telah kosong beserta kulit kacang.

"Lo pada liat gak ekspresi mereka tadi?" Tanya Bagas mengingat ekspresi bahagia keempat ulet bulu tadi siang.

Aidan yang duduk di samping Bagas memukul lengan Bagas dengan heboh membuat Bagas yang menjadi sasaran segera bergeser menjauhi Aidan dan mendekat ke arah Putra yang duduk di samping kanannya.

"Iya, anjir! Cuma kayak gitu aja mereka udah kesenengan kayak cacing kepanasan," balas Aidan semangat lalu mengambil satu bungkus snack di depannya dan membuka bungkus keripik singkong di tangannya itu.

"Coba gue yang ngiyain pasti mereka lebih parah," balas Putra dengan nada super percaya diri.

Bagas menatap sinis ke arah Putra, "Put lo kayaknya harus sadar deh!"

"Gue udah sadar 100% ini! Mau sadar gimana lagi," ucap Putra.

"Lo harusnya sadar! Sadar diri, sadar posisi, sadar rai!" ucap Aidan lalu tertawa terbahak-bahak, dia berhigh-five dengan Bagas.

Menistakan Putra itu adalah hal yang mengasyikan bagi keduanya.

Putra yang mendengar hal itu mendengus, namun dia tak mengelak karena itu semua adalah kebenaran.

"Rencana selanjutnya apa nih? Gue gak sabar" Tanya Putra pada Gevan sambil membuka kacang kulit lalu memakan isinya.

Melihat Gevan yang tak menanggapi ucapannya membuat Putra mengangkat wajahnya menatap Gevan yang melamun.

Putra menyikut Bagas dan memberi isyarat untuk menatap ke arah Gevan.

"Gev! Gevan!" Panggil Bagas namun dihiraukan oleh sang empunya nama.

Aidan yang melihat Gevan diam saja pun mendekat ke arah Bagas.

"Nih orang kayaknya galau deh!" Bisik Aidan pada Bagas dan Putra.

"Galau kenapa?" Tanya Bagas.

"Dia kan bucin banget sama Aurel terus tadi siang dia pura-pura ngiyain ucapannya si Cia, pasti dia ngerasa bersalah sama Aurel!" Jelas Aidan membuat Bagas dan Putra mengangguk.

"Tapikan Aurel gak masalah!" Balas Bagas.

"Iya dia gak masalah, cuma kan si Gevan udah bucin banget sama Aurel! Dia pasti lagi overthinking itu!" ucap Aidan dengan sok tahu.

Ketiga sahabat itu beralih menatap Raddit yang terlihat tenang membaca buku namun wajahnya yang kusut begitu terlihat jelas, apalagi kerutan di dahinya.

"Terus temen lo yang satu itu kenapa?" Tanya Putra penasaran.

"Palingan dia lagi mikirin Cia, lo tau kan setelah Cia sama Raddit pura-pura putus kan Cia nyuruh Raddit jangan ketemu dulu! Apalagi lo gak liat tadi siang Cia nyelonong gitu aja pas ketemu Raddit!" Jawab Bagas diangguki oleh Aidan.

"Lo bertiga ngapain?" Tanya Dion memicing menatap ketiga sahabatnya yang sedari tadi berbisik-bisik.

Mereka bertiga menoleh ke arah Dion sambil meringis, tangan Bagas menunjuk ke arah Raddit dan Aidan menunjuk ke arah Gevan sedangkan Putra menunjuk ke arah Raddit dan Gevan.

Dion menoleh ke arah kedua orang yang ditunjuk, dia menatap dengan pandangan bingung melihat kedua sahabatnya itu tak seperti biasanya.

"Mereka kenapa?" Tanya Dion.

"Galau!" ucap ketiganya serempak membuat Dion berjengit kaget dia menoleh ke arah Gevan dan Raddit yang tak bereaksi seperti tak terjadi apa-apa padahal suara ketiganya lumayan keras.

Dia menggelengkan kepalanya, sepertinya keduanya benar-benar sedang galau.

"Terus kalian mau ngapain?" Tanya Dion.

Aidan dan Bagas mengendikkan bahu mereka tanda tak tahu apa yang akan mereka lakukan.

"Gue ada ide!" ucap Putra lalu mengotak-atik ponselnya.

Dion, Aidan, dan Bagas menatap Putra yang mengetik sesuatu di ponselnya.

"Katanya lo ada ide! Kok malah main hp sih!" ucap Bagas sambil melirik ke arah layar ponsel yang menampilkan room chat dengan Lizha.

"Bangke! Itu lo malah chatan sama Lizha!" Tambah Bagas sambil menunjuk ke layar ponsel Putra.

"Iya ini ide gue, gue minta tolong Lizha bawa Cia sama Aurel ke sini!" Balas Putra sambil mengangkat ke arah ponselnya.

"Tumben pinter," ucap Aidan menyindir.

"Heii! Gue emang pinter ya cuma gue orangnya gak sombong sama kepinteran gue takut lo pada iri," balas Putra dengan nada sombongnya.

"Pinter ngibulin cewek sih gue percaya," ucap Bagas disetujui oleh Aidan dan Dion.

"Aduh sorry gue gak denger suara netizen julid!" balas Putra sambil mengorek lubang telinganya.

"Udahlah males ngomong sama playboy cap buaya! Mabar aja yok!" usul Aidan yang disambut semangat oleh yang lain.

Mereka pun sibuk bermain game bareng, Putra dengan mulutnya sibuk mengoceh dengan jarinya lincah menyentuh layar ponsel.

Ting.

Bunyi notifikasi awalnya akan Putra abaikan namun melihat itu dari Lizha dia pun segera membukanya melupakan jika dirinya tadi masih bermain game.

Ternyata Lizha, Cia, dan Aurel sudah sampai di depan markas. Putra pun segera membalasnya dan beranjak dari duduknya.

"Bangsat lo mau kemana! Main pergi aja," ucap Bagas dengan mata masih tertuju ke layar ponsel.

"Biarin! Gue mau jemput masa depan dulu!" Balas Putra tanpa menghentikan langkahnya.

Putra telah sampai di depan pintu, sebelum membuka pintu Putra merapikan penampilannya agar terlihat keren di depan Lizha. Dengan senyum lebar tersungging di bibirnya, Putra membuka pintunya.

"Selamat datang di markas Jervanos!" ucap Putra dengan semangat membuat Cia, Aurel, dan Lizha yang mendengarnya kaget.

"Anjir, lo udah mirip kayak yg di depan pintu indom*aret atau alfam*aret Put!" ucap Cia menggelengkan kepalanya.

Putra menatap datar ke arah Cia, inginnya dia di puji oleh Lizha malah Cia membuat moodnya turun.

"Gih masuk!" ucap Putra sambil bergeser agar mereka bisa masuk.

Cia dan Lizha masuk ke dalam, diikuti oleh Aurel. Aurel menatap markas Jervanos yang pertama kali dia liat di kehidupannya yang sekarang tapi jika di kehidupan yang dulu mungkin sudah sering dia ke sini untuk membuntuti Dion.

"Rel!" Panggil Putra sambil menyamai langkahnya agar berjalan bersisian dengan Aurel.

"Apa?"

"Gue manggil lo ke sini tuh soalnya gue kasihan liat Gevan," ucap Putra dengan nada sedih.

Aurel menghentikan langkahnya, dia menatap ke arah Putra.

"Gevan kenapa?" Tanya Aurel dengan nada khawatir.

Putra mencondongkan tubuhnya ke arah Aurel lalu berbisik pelan, "Dia kayaknya lagi galau deh gegara drama yang kalian buat! Dia merasa bersalah banget."

Aurel yang mendengar hal itu tertegun, Gevan pasti merasa bersalah karena sudah membentaknya dan hal-hal lainnya demi berpura-pura di depan empat ulat bulu.

Aurel segera berjalan menuju ke dalam ruangan tempat mereka biasa berkumpul, namun matanya melihat Cia yang menyeret tubuh Raddit menuju ke arahnya membuatnya bingung.

"Lo ngapain Ci?" Tanya Aurel.

"Mau pergi bentar, ini bocah prik lagi ngambek," ucap Cia membuat Raddit melotot protes.

Aurel yang mendengarnya tertawa pelan begitu juga dengan Putra yang menatap Raddit dengan pandangan mengejek.

"Oalah gitu, hati-hati lo berdua!" ucap Aurel.

Cia mengangguk mengajak pergi Raddit. Aurel dan Putra pun masuk ke dalam ruangan.

"Anjir! Minggir lo Dan! Lo mau jadi pembinor apa?!" ucap Putra dengan cepat menggeser tubuh Aidan menjauh dari Lizha.

Putra langsung duduk di antara Aidan dan Lizha membuat sofa panjang yang hanya muat tiga orang harus dipaksa memuat empat orang.

"Minggir lo Put! Ini udah gak muat goblok!" umpat Bagas.

"Ogah! Gue mau deket sama Lizha, lo aja yang minggir!" Tolak Putra tegas.

Lizha yang melihat itu mendengus pelan, dia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju sofa tunggal yang tadi dipakai oleh Raddit dekat dengan tempat duduk Dion.

Putra yang melihat Lizha pergi menjadi cemberut, Aidan dan Bagas yang menatap ekspresi Putra pun mengeryit jijik.

"Muka lo Put! Tolong dikondisikan bikin gumoh!"

Aurel hanya tersenyum melihat tingkah sahabat-sahabatnya Gevan, mata Aurel beralih menatap Gevan yang sedari tadi bergeming seakan tak terganggu dengan keributan yang diperbuat sahabatnya.

Aurel berjalan menuju ke arah Gevan dengan langkah pelan hingga dia berdiri di samping Gevan tapi Gevan tak menyadarinya. Dia bersimpuh dengan bertumpu pada kedua lututnya.

Cup.

Aurel mengecup pelan pipi Gevan membuat Gevan tersadar dari lamunannya, dia menatap kaget ke arah Aurel yang berada di dekatnya.

"Tunangannya Aurel kenapa ini? Kok mukanya di tekuk?"

°

°

°

°

°

°
Bersambung

Jangan lupa vote sama komennya semuanya, sorry kalo gak nyambung. Saya bingung nulis apaan

Spam next di sini kalo mau lanjut

Sampai jumpa di part selanjutnya

Bye

~12 Januari 2022

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 68K 44
Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus galak itu adalah musuh bebuy...
9.6M 1.2M 59
"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalami kejadian yang menurutnya tidak masuk a...
2.6M 229K 61
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
627K 92.7K 87
( JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA. SETELAH BACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN KRITIKNYA. MAKASIH) ⚠️Rate 17+⚠️ ⚠️TW kissing scene bertebaran⚠️ Cinta ad...