SECRET MURDERER

Da Norhfizzh__

101K 5.4K 281

[ BEBERAPA PART AKAN DI PRIVAT, WAJIB FOLLOW DULU! SETELAH ITU VOMENT! HAPPY READING! ] [NEW VERSION] "Kau mi... Altro

PROLOGUE
Chapter 00 || Understand Well!
Chapter 01 || Mafia in Chicago
Chapter 02 || Modelling Agency
Chapter 03 || Crazy Psychopath
Chapter 04 || That Mysterious Girl
Chapter 05 || The Dangerous
Chapter 06 || Drunk girl is troublesome!
Chapter 07 || At in the midnight
Chapter 08 || Play or be played?
Chapter 09 || Who's the boss?
Chapter 10 || Who is she?
Chapter 11 || In Paris
Chapter 12 || The dark world that goes on
Chapter 13 || The ruler of the dark world
Chapter 14 || Every action is accounted for!!
Chapter 15 || Reoccur
Chapter 16 || The highest throne?
Chapter 17 || The Secret
Chapter 18 || Someone's fault?
Chapter 19 || Great offer?
Chapter 20 || The killer is back
Chapter 21 || Choose or be chosen
Chapter 22 || looking for it
Chapter 23 || Back To Agency
Chapter 24 || She is Crazy
Chapter 25 || Mistrust
Chapter 26 || Important
Chapter 27 || First time as a secretary
Chapter 28 || This is date twenty one
Chapter 30 || I'm Sorry
Chapter 31 || My Grandpa birthday
Chapter 32 || Who Are You
Chapter 33 || In Maroko
Chapter 34 || Do you know who is in power?
Chapter 35 || Secret
Chapter 36 || Busy
Chapter 37 || Bad memory
Chapter 38 || The Murderer is back?
Chapter 39 || The Past

Chapter 29 || Weekend

985 82 4
Da Norhfizzh__

Hargai penulis ya dengan cara memberikan vote dan coment:)

Thanks All<3

Happy Reading

=================================

Pagi yang sangat menenangkan di hari libur ini. Biasanya saat weekend orang-orang akan pergi liburan atas semacamnya setelah melakukan pekerjaan yang membuat kepala terasa pusing.

  Tapi, berbeda dengan Vallen. Ia lebih memilih untuk menghabiskan weekend -nya dengan bermalas-malasan dan tidur sepanjang hari. Entahlah, ia merasa tidak ada yang harus dikerjakan dan ia harus melakukan ekspedisi di pulau mimpi.

Namun, tak semudah itu. Waktu baru menunjukkan pukul tujuh tapi ia sudah mendengar sebuah suara teriakan yang memanggilnya dari luar kamar.

"Nona! Nona Vallen!" teriak seorang pelayan sembari mengetuk pintu kamar Vallen.

"Eunghh..." Vallen melenguh lelah, ia merasa bahwa dirinya baru saja beristirahat tetapi sekarang sudah dibangunkan?

Mungkin bagi Vallen tidurnya terlalu sebentar padahal tanpa ia sadari ia sudah tidur cukup lama dari malam hingga pagi? Atau mungkin ia bergadang malam tadi?

"Nona Vallen! Nona, anda dipanggil tuan!" teriak pelayan itu, lagi.

Vallen berdecak kesal sembari bergumam, "seharusnya aku tidak pulang ke mansion."

"Iya! Nanti aku keluar!" sahut Vallen.

"Yang cepat ya, Nona! Soalnya kata tuan ada hal penting yang mau ia bicarakan!" ucap pelayan tersebut.

Vallen tidak menyahut lagi sampai pelayan itu pergi. Ia mencoba memejamkan matanya sebentar lagi sebelum keluar dari kamarnya.

Mata Vallen hampir sepenuhnya terpejam kembali, namun sebuah deringan ponsel kembali menganggu dirinya. Dengan terpaksa Vallen pun mengangkat sebuah panggilan yang ternyata masuk di ponselnya tersebut.

"Ya, Hallo?" ucap Vallen dengan suara khas bangun tidurnya.

"Kau sibuk?" tanya seorang di telepon tadi.

Tunggu, Vallen merasa tak asing dengan suara berat ini. Suara pria? Pagi sekali? Tidak asing! Bukankah suara berat ini milik Bos-nya?! Siapa lagi yang menelepon pagi-pagi selain orang itu?

Ya, memang keluarga Vallen sangat jarang menelpon pagi-pagi. Mereka tahu Vallen masih tidur dan lebih memilih untuk membangunkannya secara langsung. Contohnya seperti pagi ini!

"Hm, Tuan Adzriel?" cicit Vallen.

"Ya," ucap orang itu.

Vallen menatap kembali layar ponselnya mencoba memastikan nama kontak yang tertera disana. Ternyata memang benar! Ia tidak salah!

"Ada masalah, Tuan? Kenapa kau menelponku pagi sekali?" tanya Vallen.

"Kau sibuk hari ini?"

"Ya, saya sibuk. Kau tahu kan kenapa saya kemarin meminta untuk libur?" Bohong! Vallen sebenarnya tidak sibuk!

Tapi, apa boleh buat? Kalau ia tidak bicara seperti itu sudah pasti bos-nya itu akan menyuruhnya bekerja kan? Apalagi selain itu?

"Oke, maaf menganggu waktumu."

Tut.

Dan terputus! Astaga, kenapa bos-nya itu tak bisa basa-basi dulu sebelum memutuskan sambungan teleponnya?

"Dasar pria tampan tak punya rasa kasihan!" kesal Vallen.

Kesal dengan perlakuan Adzriel, Vallen pun tak lagi melanjutkan tidurnya. Ia lebih memilih untuk keluar kamar dan menemui kakeknya. Ya, kakeknya tadi menyuruhnya untuk segera menemuinya.

=============

"Jadi, aku harap kau pergi bersama dia," ucap seorang laki-laki tua pada sang lawan bicara.

"Kalau dia tak mau?" tanya sang lawan bicara.

"Aku tahu dia, Ray. Kalau kau bujuk pasti dia mau."

Raymond diam, ia sedikit berpikir mengenai pembicaraannya saat ini dengan ayah angkatnya, oh atau sebut saja Johan! Yap, beliau adalah kakek Vallen.

"Akan ku usahakan," ucap Raymond.

"Aku tahu kau tak pernah mengecewakanku," kekeh Johan. "Aku harap di ulang tahunku kali ini Vallen akan menjadi sorotan utama," ucap Johan yang membuat Raymond mengernyitkan keningnya.

"Bukankah dia tidak suka hal-hal seperti itu?"

"Aku tahu," ucap Johan sembari tersenyum kecil.

"Apa kakek bilang?!" teriak seseorang yang berada tak jauh dari keduanya.

Johan terkekeh kecil melihat cucu kesayangannya berdiri dengan wajah terkejutnya dan jangan lupakan rambutnya yang masih acak-acakan.

"Kebiasaan," gumam Raymond sembari menggosok telinganya akibat mendengar lengkingan suara Vallen.

"Kau sudah dengar sayang?" tanya Johan mencoba basa-basi.

"Hm, aku dengar," ucap Vallen. "Tapi, aku baru tahu kalau kakek sebentar lagi ulang tahun? Kapan? Bulan ini?" tanya Vallen secara beruntun.

"Dasar cucu durhaka," ucap Johan. "Ulang tahun kakeknya dilupakan begitu saja."

Vallen menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Biasa, Kek faktor usia."

"Iya tua," celetuk Raymond yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Vallen.

"Kakek mau aku jadi sorotan utamanya? Big no!" ucap Vallen.

"Why?" tanya Johan.

"Seperti biasa, itu tidak penting," ucap Vallen. "Seharusnya kan kakek yang menjadi sorotan utamanya," lanjutnya.

"Ayolah, Val kau tak mau kan mengecewakan kakek?" bujuk Johan.

"Apa hubungannya, Kek?"

"Setidaknya kakek bisa melihat kau bersinar sebelum kakek meninggalkan dunia ini," ucap Johan.

"Mulutnya astaga kakek!" kesal Vallen. "Lagian itu cuma akal-akalan kakek aja."

"Tahu dari mana kamu?" tanya Johan.

"Lulusan terbaik jurusan psikologi tidak pernah diragukan, makanya berani bicara seperti itu," sindir Raymond.

"Nah, Ray benar, Kek," ucap Vallen sembari menaik-turunkan alisnya.

Johan tertawa kecil kemudian berucap, "Cucuku memang yang terbaik. Tapi kenapa otaknya tidak dipakai ya?"

"Ih... Kakek sejak kapan aku tidak memakai otakku?" kesal Vallen.

"Lulusan psikologi tetapi lebih memilih untuk menjadi model dan sekretaris, di perusahaan orang lagi," jeda Johan. "Perusahaan ayah kamu lagi butuh pekerja keras seperti mu, kenapa kau tidak bekerja disana saja?"

"Ck, tidak seru."

"Iya, tidak seru karena tidak ada pria tampan seperti bosnya," celetuk Raymond.

"Ray!" teriak Vallen.

Johan tertawa kencang melihat Vallen yang sedang kesal di pagi hari seperti ini. Mungkin ini akan menjadi rutinitasnya setiap pagi.

"Sudah-sudah, kakek mau kamu siap-siap sekarang," ucap Johan pada Vallen.

"Mau kemana, Kek?" tanya Vallen bingung.

"Ikut Ray, sayang," ucap Johan.

"Kemana, Ray?" tanya Vallen.

"Entah," ucap Raymond sembari menaikkan bahunya yang tentu saja membuat Vallen kesal.

"Kakek ingin kamu mengambil baju pesta yang sudah kakek pesan," ucap Johan.

Vallen baru saja mau protes, namun dirinya sudah terlebih dahulu diseret pergi oleh Raymond. Ya, Raymond tidak ingin membuang waktunya hanya untuk melihat Vallen mencak-mencak tidak karuan.

Sepanjang lorong mansion Vallen terus saja mengumpat dan berteriak tidak jelas dikarenakan kelakuan Raymond dan kakeknya. Menurutnya ini semua salah! Sangat salah! Apalagi pemaksaan seperti ini tidak akan dibenarkan dalam kamus hidup Vallen.

"Hey, Ray! Kau mendengarkan aku atau tidak sih?!" marah Vallen saat mereka sudah sampai di kamar.

"Apa?" respon Raymond yang membuat Vallen menatapnya tajam.

"Ck, makanya kalau telinga kotor itu dibersihkan dulu," sindir Vallen sedangkan Raymond sama sekali tak perduli.

"Nanti hubungi Vallove," suruh Vallen pada Raymond.

"Untuk apa?"

"Ya biar aku ada temennya lah."

"Dia sibuk."

"Tau darimana?"

"Kau tak ingat?"

Vallen menatap bingung Raymond, ia seketika teringat beberapa hal yang harus dilakukan Vallove hari ini. Ah, seharusnya Vallen tahu itu.

"Yaudah nanti beliin dia baju sekalian."

"Tidak perlu."

"Kenapa lagi sih?!" kesal Vallen karena merasa Raymond sok paling tahu.

"Kakek sudah pesankan untuk dia," ucap Raymond yang membuat Vallen nyengir kuda. "Makanya kalau punya mulut itu gunakan untuk bertanya," sindir balik Raymond yang membuat Vallen langsung saja pergi meninggalkannya.

==============


Deruman mesin mobil saling bersahutan di sepanjang jalan ibu kota. Tak jarang pula beberapa kendaraan yang saling beradu suara klakson hanya karena ingin saling salip menyalip dan sampai di tujuan dengan cepat.

Adzriel saat ini sedang dalam perjalanan menuju sebuah pusat perbelanjaan. Ia bersama Rendy sedang mencari sesuatu sekaligus melihat-lihat ke sebuah butik dengan brand terkenal yang ada di dalam sana.

"Kenapa kau tidak menyuruhku saja, Tuan?" tanya Rendy saat tahu kalau Adzriel mengajaknya ke pusat perbelanjaan.

"Aku harus melihatnya sendiri. Kau hanya perlu menemaniku," ucap Adzriel.

"Ada yang ingin kau cari?"

"Entahlah. Aku mengajakmu kesini karena tak tahu harus mencari apa."

"Kenapa kau tak mengajak seorang wanita saja kesini? Contohnya seperti nona Vallen," saran Rendy.

"Dia sedang libur," ucap Adzriel dengan nada suara datar. "Sudahlah aku ingin mencari pakaian dulu dan nanti kau bantu aku mencari sebuah hadiah."

Adzriel masuk ke sebuah butik dengan brand terkenal yang ada disana. Ia pun masuk melihat-lihat pakaian yang ada di dalam. Sebenarnya ia tak perlu bersusah payah membelinya sendiri, karena ia bisa saja menyuruh anak buahnya atau memakai pakaian yang sudah tersusun rapi di lemarinya.

"Kau pilih saja jika mau, nanti aku yang bayarkan," suruh Adzriel pada Rendy.

Rendy menganggukkan kepalanya dan mulai mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Ia sebenarnya tidak tertarik untuk membeli pakaian baru, namun tidak ada salahnya untuk melihat-lihat dulu.

Beralih ke Adzriel kini ia sedang dilayani oleh beberapa karyawan di butik tersebut. Mereka tahu orang yang datang berkunjung ke butiknya adalah salah satu pemegang saham di pusat perbelanjaan ini.

"Bisakah kalian carikan satu set pakaian yang sederhana," suruh Adzriel.

"Kau bisa mencoba ini, Tuan," ucap salah satu karyawan disana sembari memperlihatkan model pakaian yang terlihat sederhana namun nampak elegan jika digunakan ditambah lagi pakaian tersebut warna biru gelap sangat cocok dengan kulit bersih Adzriel.

(Ilustrasi)


"Tidak buruk," ucap Adzriel sembari matanya terus menilai tiap detail pakaian tersebut. "Kau bisa kirimkan ke alamatku nanti."

Setelah itu Adzriel pun langsung saja pergi dan mendatangi Rendy yang sedang melihat-lihat beberapa aksesoris.

"Kau sudah selesai?" tanya Adzriel sembari menepuk pundak Rendy yang membuatnya sedikit terkejut.

"Ya, aku sudah selesai," ucap Rendy.

"Kau tak membelinya?" ucap Adzriel sembari menunjuk dengan dagu aksesoris-aksesoris yang ada di depannya.

"Tidak, aku hanya melihat-lihat saja."

Adzriel mengangguk-anggukan kepalanya kemudian mengajak Rendy untuk pergi dari tempat itu.

Saat baru saja ingin keluar dari pintu tiba-tiba saja ia tidak sengaja menabrak seorang perempuan yang mau masuk.

"Eh, maaf, tuan saya tidak sengaja," ucap perempuan itu sembari membungkukkan badannya.

"Tak apa," ucap Adzriel.

Perempuan tersebut sedikit bergumam, merasa kenal dengan suara yang berbicara dengannya ia pun memutuskan untuk menatap pria di depannya itu.

Saat perempuan tersebut bertatapan dengan Adzriel, tidak ada percakapan di antara keduanya. Perempuan tersebut menatap Adzriel dengan ekspresi terkejut sedangkan Adzriel tatapannya masih datar.

"Ah, tuan Adzriel maafkan saya," ucap perempuan tersebut sekali lagi.

"Ternyata kau memang sibuk, nona Vallen," ucap Adzriel sembari menatap Vallen kemudian ia beralih menatap seorang pria yang ada di belakang Vallen.

Vallen menutup diam tak membuka suara, ia seperti seorang wanita yang ketahuan selingkuh. Padahal ia hanya datang kesini untuk berbelanja kan? Hey, itu juga kesibukan, bukankah begitu?!

"Aku pamit dulu, masih banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan," ucap Adzriel sembari menatap Rendy.

Rendy mengangguk dan saat Adzriel pergi meninggalkan mereka, Rendy pun hendak mengikutinya namun Vallen menahan tangannya.

"Tuan Rendy, bolehkah saya bertanya?" ucap Vallen pada Rendy.

"Ya, Nona?"  respon Rendy.

"Dia terlihat marah, apa dia marah terhadapku?" tanya Vallen.

"Aku tak tahu, Nona," jawab Rendy.

Vallen mendesah kecewa kemudian berucap, "Kau tahu dia sedang apa disini?"

"Membeli pakaian dan beberapa barang lainnya," ucap Rendy. "Aku tak tahu kenapa dia ingin kesini sendiri dan mengajakku untuk membeli pakaian-pakaian ini. Seharusnya dia mengajak orang yang paham dengan barang-barang yang ingin dia beli."

Vallen menepuk keningnya cukup keras kemudian sedikit bergumam, "Seharusnya aku tanya dulu tadi pagi!"

"Kau berbicara denganku?" tanya Rendy karena mendengar sedikit gumaman Vallen.

"Oh, tidak," ucap Vallen, kikuk. "Ah, perkenalkan ini Raymond, dia pamanku," ucap Vallen mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Rendy," ucap Rendy yang di respon dengan anggukan oleh Raymond. "Kalau begitu saya pamit, nona Vallen."

Vallen menganggukkan kepalanya dan membiarkan Rendy untuk pergi. Vallen berdecak kesal kemudian langsung saja pergi masuk ke dalam butik.

Raymond yang melihat Vallen masuk pun langsung saja mengikutinya.

"Tadi kenapa?" tanya Raymond pada Vallen tentang situasi tadi.

"Kau tak perlu tahu," ucap Vallen.

"Kau pasti berbuat kesalahan," tebak Raymond.

"Sudahlah, Ray aku tidak ingin membahasnya," kesal Vallen. "Ck, aku harus melakukan sesuatu nanti."

"Kau akan minta maaf?" tanya Raymond.

"Minta maaf?" bingung Vallen. Kalau dipikir-pikir sepertinya masuk akal, tapi kenapa? Kenapa ia harus minta maaf? Bukankah ini bukan kesalahannya?








***************************************

Terimakasih udah mau mampir:)

See you next time!

Tbc.

Continua a leggere

Ti piacerà anche

1.4M 70K 69
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
1.4M 134K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
Naughty Nanny Da 23

Storie d'amore

7.2M 351K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
6.5M 334K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...