"Ada apa, Mark?" tanya Jaehyun.
Di malam ini Mark meminta untuk keluarganya berkumpul, ada sesuatu yang ingin Mark bicarakan.
"Mark ingin menikahi Haechan dad," tegas Mark tanpa gentar sekalipun.
"Menikah? Mark, pertun..."
"Haechan hamil anak Mark, dad."
"H-hamil? Bagaimana bisa, Mark?"
Mark menghembuskan nafasnya pelan untuk mengumpulkan keberanian nya.
"Mark, melakukan itu ke Haechan. Sudah sangat lama, dan sekarang Haechan hamil."
Jaehyun menatap amat datar ke Mark dan Taeyong menatap Mark penuh kekecewaan, adik-adiknya hanya diam tidak ikut berbicara.
"Berapa usianya?" tanya Taeyong.
"1 bulan."
"Oh, astaga." Taeyong menutup mulutnya. Jadi selama ini ia sudah memiliki cucu, walaupun masih di dalam perut.
"Daddy tidak pernah mengajarkan mu seperti itu, Mark!"
"Maaf dad. Mark waktu itu benar-benar terbawa emosi karna cemburu melihat Haechan bersama laki-laki lain. Mark juga benar-benar putus asa saat Haechan membatalkan pertunangan nya, padahal itu satu-satunya supaya Haechan menjadi milik, Mark."
Jaehyun mengusap wajahnya kasar lalu berdiri dan menyuruh Mark berdiri.
"Berdiri kamu. Daddy mau beri hukuman untuk pria brengsek yang sayangnya anak daddy!"
"Sayang, kamu tenang dulu. Masalah ini bisa kita bicarakan baik-baik, oke?" bisa gawat kalau Jaehyun marah, sangat menyeramkan. Sesalah apapun anaknya, Taeyong tetap tidak tega kalau anaknya akan di beri hukuman.
"Tidak! Dia pantas aku beri hukuman, Taeyong!" Jaehyun menarik lengan Mark kuat, "berdiri kamu!"
Mark berdiri. Ia rela di beri hukuman berat oleh daddy nya, karna ia pantas mendapatkan nya.
Jaehyun menarik Mark agar tidak dekat dengan sofa. Bahaya, bisa-bisa anaknya yang lain ikut kena.
Hukuman yang Jaehyun maksud itu adalah pukulan bertubi-tubi di berikan untuk Mark.
Bugh.
Jaehyun meninju pipi kanan Mark sampai membiru.
Bugh.
Kedua, Jaehyun meninju di pipi kiri Mark.
Bugh.
Tinjuan ketiga di rahang Mark. Rasanya sungguh sakit, pukulan yang Jaehyun berikan tidak main-main.
Dan seterusnya Jaehyun memukul tubuh Mark sampai akhir nya menendang kaki Mark yang sudah tergeletak di lantai tidak berdaya.
Jaehyun tidak pandang bulu kalau sudah marah, tidak peduli itu anaknya juga.
"Bangun, Mark! Hanya segitu kamu sudah tidak kuat, menghamili Haechan saja kamu berani!"
Uhuk.
Uhuk.
"Maaf, dad. Mark benar-benar menyesal." Mark memuntahkan darah dari mulutnya.
Taeyong sudah tidak bisa menaha dirinya lagi, segera ia berjalan ke Mark dan membantu membangunkan nya.
"Jangan keterlaluan kamu, Jaehyun! Sesalah apapun dia melakukan nya, tetap saja dia darah daging kamu sendiri."
Mata Jaehyun tampak memerah, sedangkan Taeyong sudah menangis dari awal Jaehyun beri pukulan ke Mark.
Jaehyun menahan air mata kecewa dan marahnya. Ia merasa gagal menjadi daddy yang baik untuk Mark.
"Aku gagal, Taeyongie. Aku gagal menjadi daddy yang baik," ucap Jaehyun dan berlalu pergi ke ruang kerjanya untuk menenangkan dirinya.
Taeyong menghapus air matanya dan membantu Mark duduk di sofa.
Kaki Mark terpincang-pincang saat berjalan. Tubuhnya sakit luar biasa, darah di bibirnya terus menetes, dan pipi serta matanya membiru juga membengkak.
"Duduk disini dulu, Mom mau ambil kotak P3K dulu." Taeyong pergi dengan cepat.
Mark bersandar di sofa menikmati kesakitan di tubuhnya.
"Abang, Bomie pengen ke kamar." Badan Beomgyu bergetar. Beomgyu ketakutan melihat Jaehyun yang memukul Mark tidak berperasaan.
Sungchan khawatir dan memeluk Beomgyu serta mengucapkan kata penenang.
"Gapapa, daddy tadi khilaf ngelakuin itu." Beomgyu menangis pelan di dada Sungchan.
Mark yang mendengar isakan pelan dari adik bungsunya berniat menghampiri, tapi Jeno menahan nya.
"Ga usah kemana-mana, bang. Badan lo luka-luka juga."
Mark meringis pelan setiap gerakan tubuhnya.
"Shh. Beomie, sini ke kakak." Mark ingin menenangkan adiknya. Biasanya, dia cepat tenang jika Mark memeluknya.
Beomgyu menggeleng, "ga mau. Kakak, serem."
"Hus, ga boleh gitu. Udah yuk, abang anter kamu ke kamar." Sungchan berjongkok di depan Beomgyu.
"Yuk, naik." Beomgyu langsung naik ke punggung Sungchan dan keduanya berlalu pergi.
Tinggal Jeno dan Mark di ruang tengah.
Jeno melirik sebentar ke Mark yang masih meringis kesakitan.
"Gue seneng lo dapat itu dari daddy, bang. Karna lo pantes dapatin nya," ucap Jeno.
"Ya, saya juga menerimanya dengan ikhlas, Jeno." Mark senyum tipis.
"Pukulan ini tidak seberapa dibanding masa depan Haechan yang hancur karna saya," lanjut Mark.
Jeno berdiri dan mendekat ke Mark, lalu menonjok bahu Mark cukup kuat.
"Gue seneng lo mau tanggung jawab ke Haechan, bang."
"Ya, tapi jangan menonjok bahu saya juga Jeno. Rasanya sangat sakit."
"Katanya pukulan ini tidak seberapa, cuman gue tonjok doang langsung kesakitan," ledek Jeno.
"Ya, terserah kamu, saya malas berdebat."
Jeno mengedikkan bahunya acuh dan berniat akan pergi.
"Jeno, jangan pernah rusak Jaemin ya. Belajar dari saya yang bodoh nya melakukan itu," ucap Mark dan tersenyum tulus.
Jeno menangguk dan tersenyum juga.
"Iya, bang." Jeno mau jalan tapi tidak jadi, tubuhnya memutar menghadap Mark.
"Cepet sembuh, calon daddy, hihi." Jeno langsung berlari menaiki tangga.
Mark senyum lebar karena hatinya berdebar dan menghangat.
"Saya sudah menjadi daddy," gumam Mark sangat senang dan rasa sakit di tubuhnya hilang saat memikirkan perut Haechan yang perlahan membesar sampai melahirkan anaknya.
* * *
Mark ada di dalam kamarnya setelah Taeyong mengobati luka-lukanya. Mark butuh mengistirahatkan tubunya yang sangat sakit.
Baru satu detik Mark memejamkan matanya, tapi suara ketukan pintu muncul.
"Ya?"
"Ini daddy."
Mark langsung terbangun dan membuka pintu, tidak menghiraukan rasa sakitnya.
Pintu Mark buka, "dad? Mau memukul Mark lagi? Silahkan."
Jaehyun tidak menjawab malah menatap lamat ke Mark.
Dan tiba-tiba sekali Jaehyun memeluk Mark erat.
"Maafkan daddy yang sudah memukul mu begitu kuat."
Mark hampir tidak bisa bernafas karna pelukan daddynya.
"Tidak, dad. Mark memang pantas dapatkan itu."
"Boleh daddy masuk?"
"Tentu dad."
Jaehyun duduk di sofa kamar Mark dan Mark juga.
"Daddy lega kamu mau bertanggung jawab dengan menikahi Haechan langsung. Jadi daddy kesini mau memberi restu ke kamu untuk menikahi, Haechan. Karna tidak ada alasan apapun untuk menolaknya, Haechan sudah terlanjur hamil."
"Daddy merestuinya? Terimakasih."
Jaehyun angguk dan tersenyum, tidak lama wajahnya berubah serius.
"Tapi kamu harus bersiap mendapatkan pukulan yang lebih dari ini, Mark. Johnny dan Hendery tidak akan diam saja saat tahu, jadi persiapkan diri kamu untuk pukulan selanjutnya."
"Tidak masalah asal Mark bisa menikahi Haechan."
"Bagus. Kalau begitu besok kita ke rumah Haechan dan meminta restu menikahi Haechan, sekalian kamu berkata jujur telah menghamilinya."
"Mark setuju, lebih cepat lebih baik."
"Yasudah, daddy pergi ke kamar. Selamat malam, Mark."
"Selamat malam juga, dad."
Jaehyun berjalan ke pintu dan membukanya, sebelum menutupnya ia bicara sebentar.
"Nanti buatkan cucu yang banyak untuk daddy, setelah menikah dengan Haechan."
"Astaga, dad! Yang ini saja belum keluar."
Jaehyun tertawa renyah, "tidak apa-apa, kamu bisa menambahnya lagi setelah dia lahir."
"Sudahlah, daddy pergi saja sana. Mom, pasti menunggu."
Dan Jaehyun pun pergi.
Mark bersyukur sudah mendapatkan restu dari Jaehyun. Lebih bersyukur lagi nanti menikah dengan Haechan yang saat ini sedang mengandung anaknya.
Tbc.
Maaf bru up
Btw, disni Beomgyu sya jdikan ank bungsu ya