NALLAN 2

Oleh salsha_writer

1M 164K 178K

Bisa langsung baca tanpa baca Nallan 1 β€’β€’β€’ [Rank 1 : #mom] Mei, 2022. [Rank 6 : #spiritual] Mei, 2022. [Rank... Lebih Banyak

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43
Bagian 44
Bagian 45
Bagian 46
Bagian 47
Bagian 48
Bagian 49
Bagian 50
Bagian 51
Bagian 52
Bagian 53
Bagian 54
Bagian 55
Bagian 56
Bagian 57
BAGIAN 58
AYO BACA INI

Bagian 27

14.4K 2.8K 2.8K
Oleh salsha_writer

💖VOTE SEBELUM BACA YA💖





(PUTAR MUSIK YA... )


***





Pagi ini, Alan sibuk membereskan beberapa berkas kerjanya yang masih berantakan di atas meja ruang kerja. Ya, wajahnya terus saja tersenyum tanpa henti. Tentu saja ia sangat senang karena sebentar lagi ia akan segera memiliki anak kedua.

Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah Nalla, Arsyad dan bayi yang ada di perut Istrinya.

Alan terus membayangkan, suatu saat nanti ia dan keluarga kecilnya terus bahagia bersama.

"Mas, kamu belum pergi kerja?"

Alan terdiam sejenak, lalu perlahan membalikan tubuhnya, ia mendapati Nalla berdiri di ambang pintu ruang kerjanya.

"Belum, aku lagi beresin beberapa barang yang berantakan, " jawab Alan sambil tersenyum pada Istrinya.

Nalla memasuki ruangan itu dan mendekati suaminya. "Kalo masalah itu, biar aku aja yang beresin. Mendingan kamu pergi kerja aja sekarang, Mas." pinta Nalla.

Alan meletakkan dokumennya ke atas meja, lalu berdiri berhadapan dengan Nalla, tangan kanannya memegang pelan pipi perempuan itu, "Sayang, kamu harus banyak-banyak Istirahat, jangan terlalu capek, ya."

Nalla menahan senyumnya, "Malahan, Ibu hamil itu harus banyak gerak, loh."

Alan menatap ke arah pintu, memastikan tidak ada orang selain dirinya dan Nalla, "Kamu kan udah sering gerak, makanya sekarang Istirahat ya." perintah Alan yang kini langsung mengecup singkat kening Nalla lalu mencium pipi perempuan itu kanan dan kirinya.

"Kehamilan aku sekarang, rasanya berat, pisah dari kamu, Mas. Kamu mau pergi kerja, rasanya aneh gitu."

Alan menahan senyumnya saat Nalla mengatakan hal itu.

"Boleh gak, kalo aku kadang main ke kantor kamu, ya aku gak maksud ganggu sih, tapi aku benar-benar susah jauh dari kamu." ucap Nalla sambil agak meringis.

Dengan cepat Alan memeluk Nalla dengan erat. Cukup lama karena ini adalah kenyamanan nyata baginya. Dirinya dan Nalla telah hidup bersama dengan waktu lama, Alan benar-benar begitu mencintai perempuan ini.

"Kalo aku boleh jujur, Hari-hari terburuk aku pisah dari kamu selama sebulanan penuh itu adalah hal paling menyakitkan bagi aku, Nal." ucap Alan dengan suara bisikannya, matanya terpejam dan setia memeluk Nalla.

"Iya, aku tau..." ucap Nalla sambil tersenyum.

"Kasih tau tentang kehamilan kamu ke semua orang di rumah ini, kapan?"
tanya Alan.

"Gimana kalo kita buat surprise dulu ke semua orang di rumah ini. Malam besok atau lusa." saran Nalla.

"Yaudah terserah kamu, yang penting kamu tetap jaga kesehatan ya."

Perlahan, Alan melepaskan pelukannya, lalu menatap tepat ke manik mata perempuan itu dengan sangat lekat, tangannya mengangkat dagu Nalla perlahan, "Boleh, aku pamitan sama anak kita."

Nalla mendadak kaget, "Pamitan?"

"Pamitan mau kerja, sayang."

Nalla tertawa, "Kirain ke mana. Boleh lah, kan anak kamu."

Alan berlutut, menghadap tepat di depan perut Istrinya. "Masa aku liatin baju kamu."

Nalla melototkan matanya, lalu memukul pelan bahu suaminya dan melihat ke arah pintu, untung saja tak ada orang. "Jangan gitu dong,"

"Bercanda." ujar Alan yang kini langsung mengecup pelan perut sangat Istri lalu mengelusnya pelan, "Papa mau pergi kerja, nanti malam kita bakalan ketemu lagi, ya."

"Maksud kamu?" tanya Nalla sambil menaikan sebelah alisnya.

"Ya itu, kayak tadi malam... Boleh kan?"

Nalla mendadak blushing, lalu berdeham. "Cepetan pergi kerja sana, ini udah jam delapan loh. Bisa-bisa kamu dimarahi sama Papa kamu." ucap Nalla mengalihkan topik.

Alan berdiri, "Kan aku CEO, lagian ada Vian."

Nalla melipat kedua tangannya, "Oh, jadi mau lepas dari tanggung jawab di kantor."

"Kamu ikut ya." ajak Alan sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Sejak kapan kamu kayak gini, kamu berlebihan banget tau gak, aneh..." Nalla menahan tawanya lalu menyubit pelan bahu Alan.

"Aku maksa nih,"

"Maksa apa?"

"Ikut ke kantor, ayo..." paksa Alan.

Nalla tersenyum, lalu memperbaiki dasi suaminya, "Aku di rumah aja dulu, nanti kalo aku mau, aku bakal minta jemput kamu, ya."

Dengan cepat, Alan langsung mencium Nalla, kali ini bukan di pipi atau kening, melainkan bibir.

Tepat, di saat itu pula, Hazen melewati ruangan kerja Alan dan melihat sepasang kekasih itu sedang berada pada dunia mereka.

Hazen menunduk, wajahnya tampak penuh kesal dan hatinya tidak Terima dengan semuanya.

Dengan cepat, Hazen segera pergi berlari menuju ke kamarnya.





***








Beberapa menit yang lalu, Alan baru saja pergi ke kantor. Nalla yang baru saja membereskan kamarnya, kini berjalan menuju lantai bawah.

Saat sampai di dekat tangga bawah, Lila terlihat buru-buru mendekatinya. Seketika Nalla mengerutkan dahi.

"Ada apa, La?" tanya Nalla sambil kebingungan.

"Sebenarnya, ada hal penting yang ingin saya kasih tau ke Nyonya." ucap Lila dengan suara kecil.

"Apa?"

Lila segera melihat ke lantai atas, lalu kanan dan kirinya. Setelah ia rasa tak ada orang, buru-buru ia menarik Nalla ke bawah tangga.

"Sewaktu Nyonya masih di rumah Papa Nyonya, si peri jahat itu bertingkah lagi." adu Lila pada Nalla.

"Peri jahat siapa?" tanya Nalla sambil menahan tawa.

"Nyonya peri baik, Hazen peri jahat."

"Ya ampun, Lila. Kamu ada-ada aja."

"Tapi ini penting banget Nyonya." ucap Lila tegas.

"Ayo kasih tau."

Lila menunduk, sebenarnya ia tak tega mengatakan hal ini pada majikannya.

"Sewaktu Nyonya enggak di rumah, Hazen makin menjadi. Waktu itu dia sering banget masuk ke kamar Nyonya sama Tuan, maksa-maksa Tuan ngobrol bareng, terus ya dia nawarin kopi sama Tuan muda."

Nalla terdiam sejenak, lalu menghela napas. "Enggak apa-apa sih, dia kan niat baik."

"Nyonya... Masalahnya itu kopi udah diguna-gunain."

"Maksudnya?"

"Waktu Hazen lagi buat kopi, saya memantau dari pintu dapur, dia  masukin sesuatu ke kopi, kayak obat pil gitu." jelas Lila dengan serius.

Nalla terdiam dan menahan kaget.

"Nah, untungnya saya ikuti dia sampai ke kamar. Anehnya, dia ganti baju yang tadinya tertutup, sudah itu berganti menjadi tanktop doang..."

Mendengar itu, Nalla langsung menepis pikiran buruknya.

"Tapi saya gerak cepat, saya membawa kopi baru dan menukarnya dengan kopi guna-guna itu."

Ucapan Lila barusan seketika membuat Nalla merasa lega.

"Saya yakin Nyonya, Hazen benar-benar punya rencana jahat sama Nyonya, dia mencoba mengambil keuntungan dari semua yang udah terjadi." jelas Lila lagi.

Nalla menunduk, lalu mengangguk dan menatap Lila kembali. "Makasih banyak ya, kamu udah kasih tau aku semuanya."

"Sama-sama, Nyonya..."

"Yaudah, aku mau ke atas dulu ya."

"Baik Nyonya." Lila tersenyum senang saat melihat kepergian majikannya menuju lantai atas, "Mampus lu Hazen." ucap Lila penuh senang.









***










"Hazen."

Hazen yang tengah berhias di depan cermin, kini matanya teralihkan ke arah ambang pintu, seketika wajahnya yang tadinya suram kini bertambah suram dengan kehadiran Nalla.

Ia pun berdiri, lalu menghentakkan kursinya dengan kasar. "Ada perlu apa?" tanya Hazen to the point.

Nalla tersenyum miring, lalu ia melangkah mendekati Hazen. "Apa benar, di saat aku enggak ada di rumah ini, kamu ingin melakukan hal jahat yang bahkan gak pernah aku sangka sebelumnya."

"Maksud kamu?" tanya Hazen tak mengerti, ia mengerutkan dahi dan melihat kedua tangannya di depan dada.

Entah kenapa mata Nalla tiba-tiba berkaca-kaca. Padahal ia sudah berniat untuk tak seperti ini. Tapi, ini benar-benar tak bisa. Mengingat dirinya juga baru saja hamil anak kedua.

"Kalo sampai Mas Alan minum kopi yang kamu kasih... Maka sekarang kondisinya gak akan baik-baik aja." ucap Nalla langsung.

Seketika Hazen menahan kaget, ia terdiam sejenak.

"Aku benar-benar kacau pasti sekarang Hazen, kalau apa yang kamu lakukan itu berhasil." ucap lagi Nalla.

Hazen menurunkan tangannya penuh kesal, lalu ia mendengus. "Kacau?"
Hazen menatap lurus pada Nalla, "bukannya kamu yang menyetujui aku tinggal di sini? Itu berarti sama aja kamu udah kasih bagian aku sebagai Istri kedua Mas Alan."

"Tapi, Zen. Kamu gak harus____"

"Gak harus apa? Oh, aku paham sekarang. Kamu cuma mau balas dendam aja kan, ngizinin aku tinggal di sini, aku harus mempertontonkan kemesraan kalian berdua, apa itu gak kurang ajar, di depan Istri kedua!" gertak Hazen dengan tatapan emosi.

"Kurang ajar? Maksud kamu apa? Harusnya aku yang marah karena kamu udah masukin obat-obat aneh, kamu sadar gak? Kalau sampai obat itu berdampak buruk untuk kesehatan Mas Alan, apa yang___"

"CUKUP! KAMU GAK USAH SOK JADI ISTRI PALING BIJAKSANA DEH, NAL. HARUSNYA KAMU DI SINI SADAR, KAMU UDAH NGIZININ AKU TINGGAL DI SINI, DAN KAMU HARUS TERIMA KONSEKUENSI NYA, DONG. AKU JUGA BERHAK MENDAPAT CINTA DAN..." Hazen menjeda kalimatnya dengan napas naik-turun, menahan segala emosi, "AKU JUGA BERHAK PUNYA ANAK DARI MAS ALAN."

Nalla menahan tangisannya, menatap Hazen dengan tatapan tak percaya.

"Dari awal udah jelas, kalo kamu yang ngizinin aku, itu berarti kamu membuka peluang juga untuk aku bisa melakukan hal yang harus aku lakukan." ucap Hazen yang kemudian pergi keluar dari kamarnya.

Nalla menatap kosong ke depan, hatinya begitu terasa sakit. Perlahan, tangannya bergerak memegang perut dan mengusapnya.

"Perempuan itu salah, gak seharusnya dia bilang hal itu di depan aku. Dia benar-benar sengaja menyinggung perasaan aku." tekan Nalla yang kini benar-benar menangis.

Tiba-tiba, Nalla terdiam.

Detik berikutnya, ia langsung menghapus air matanya dengan kasar. Lalu ia tertawa pahit.

Dengan cepat, Nalla mengeluarkan ponselnya, lalu segera menelpon seseorang.

"Assalamualaikum, kenapa sayang? Baru juga sampai di kantor, udah kangen aja." goda Alan di sebrang sana.

"Waalaikumsalam, aku mau ngomong bentar sama kamu."

"Ngomong aja, lagian aku lagi santai kok ini..."

"Soal kehamilan aku, gimana nanti malam aja kita kasih tau ke semua orang di rumah ini." saran Nalla.

"Wow, kok tiba-tiba? Kamu padahal yang minta besok atau lusa."

"Aku maunya nanti malam."

"Oke, siap Ibu Negara. Aku usahakan pulang sore ya."

"Iya, Mas. Yaudah aku cuma mau ngomong itu aja. Aku tutup ya."

"Eh, cepet banget. Aku sendirian loh di ruangan. Masa kamu gak mau nemenin bentar, atau enggak kamu ke sini aja, biar aku bisa ngobrol sama anak kita yang ada di perut kamu."

"Modus, bilang aja pengen ngobrol sama aku." ucap Nalla sambil menahan senyumnya.

"Iya, aku modus. Ke sini ya." paksa Alan.

"Aku gak mau. Jangan manja deh. Nanti orang kantor pada gosip lagi."

"Kita di lantai dua puluh, ada kamar khusus VIP."

"Hei, kamu fokus sama kerja dulu. Aku juga gak mau ketemu kamu sekarang, Assalamualaikum."

Belum sempat Alan, Nalla langsung memutuskan sambungan teleponnya sambil menahan tawa. Bisa-bisa nya Alan mulai bertingkah seperti itu. Ia seketika ingat, sewaktu dirinya mengandung Arsyad, Alan sangat memanjakannya.

Tiba-tiba senyum Nalla memudar. Kebahagiaannya ini entah akan bertahan lama atau tidak sejak perempuan itu masuk ke dalam kehidupannya.

"Lihat aja nanti malam, gimana ekspresi dia saat tau aku hamil."








***











Sore harinya, sekitar pukul empat, Nalla yang baru saja keluar dari kamarnya, berniat akan ke dapur, tiba-tiba Lila mendekatinya.

"Ada apa, Lila?"

"Ada tamu, Nyonya. Tapi dia gak mau masuk. Nunggu di luar."

Dahi Nalla berkerut, "Siapa?"

"Gak tau Nyonya, Pria bertubuh tegap, cakep, tapi lebih cakepan Tuan Muda Alan." ujar Lila terkekeh.

Nalla menggelengkan kepalanya, "Yaudah saya lihat dulu ya."

"Baik, Nyonya."

Nalla segera bergegas menuju pintu utama rumah ini.

Setelah membuka pintu itu, ia menatap kaget dengan kehadiran Darren yang sedang bersandar pada mobil hitamnya.

"Darren?" Nalla mendekatinya.

Darren tersenyum dan kini berdiri tegap, berhadapan dengan Nalla. "Ada

"Perlu apa, rindu Arsyad ya?" tanya Nalla sambil terkekeh.

Darren ikut terkekeh, "Itu mungkin salahsatunya. Tapi ini lebih penting sih, Nal." ucapnya serius.

"Ayok kita masuk dulu," ajak Nalla.

"Oh, enggak. Di sini aja, Nal."

Nalla mengangguk dan menunggu Darren melanjutkan ucapannya.

"Bentar ya, Papa kamu mau bicara."
Darren mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi Papa Nalla.

"Assalamualaikum, Om?"

"Waalaikumsalam, gimana? Udah sampai kamu?"

"Udah, Om. Ini Nalla ada di depan saya." Darren langsung memberikan ponselnya pada Nalla. Nalla yang benar-benar bingung, kini langsung saja mengambil ponsel tersebut.

"Hallo, Pa?"

"Nalla, Papa boleh minta tolong gak sama kamu?"

"Tolong apa, Pa?"

"Jadi gini, Darren kebetulan ada acara di kafe, temannya ulang tahun. Nah, kamu mau kan temenin dia sebentar aja." pinta Bryan pada anaknya

Nalla mendadak kaget, "Kok aku, Pa?"

"Nalla, Darren juga orang baru di daerah kita, yakali dia ngajakin asisten Papa..."

"Darren, teman kantor kamu?" tanya Nalla pada Darren.

Darren menunduk, "Teman kantor saya udah punya pasangan semua, ya gitu... Saya kan merasa aneh aja pergi sendiri, Nal." jelas Darren.

"Nalla, sebentar aja. Kasian Darren." desak Bryan lagi.

"Tapi Pa, Nalla harus izin dulu sama Mas Alan ya..."

"Kayaknya itu bakal susah deh, Nal. Mendingan kamu pergi aja dulu, nah pulangnya baru bilang. Karena Papa tau, suami kamu posesif banget sama kamu, Kamu bakal gak dapat izin..."

Nalla benar-benar bingung harus bagaimana.

"Nalla, kamu pergi aja ya. Nanti waktu kamu pulang, biar Papa yang akan jelaskan ke Alan."

"Yaudah, Pa." karena Papanya memaksa, Nalla terpaksa menyetujui.

Nalla menyerahkan ponselnya pada Darren kembali.

"Gak lama kan?"

"Enggak, sebentar doang Nal. Palingan cuma dua puluh menitan di sana." jawab Darren sambil terkekeh.

"Yaudah, aku siap-siap dulu."







***








"Siapa nih? Cantik banget, kayak masih umur dua puluhan, ya kan?" tebak salah satu teman dari kepada Nalla.

Nalla berusaha memaksakan senyumnya. Dan tak ingin menjawab.

Lalu, Darren menyenggol bahu Nalla, dan bersuara kecil. "Nal, jawablah."

"Apanya?"

"Kamu umur berapa?" ulang Darren.

"Aku gak mau kasih tau."

Setelah Nalla mengatakan hal itu, Darren memilih mengobrol bersama teman-temannya.

Ya, kondisi Nalla saat ini adalah terpojok, berdiam diri dan merenungi nasibnya. Kenapa ia bisa sampai di sini. Di sekelilingnya benar-benar orang yang tak ia kenali.

Lihatlah Darren, ia mengabaikan Nalla dan malah berbicara pada rekan-rekannya.

Nalla meraba tasnya, lalu menepuk jidatnya. Betapa bodohnya ia meninggalkan ponsel di rumah. Ya, mungkin ini karena terburu-buru tadi.

Semoga tak ada kejadian buruk nantinya.

Tiba-tiba Nalla merasakan pusing dan mual. Padahal ia belum memakan atau meminum sesuatu di tempat ini. Mungkin karena efek kehamilannya.

Tepat, di saat itu pula seorang pria datang mendekati Nalla dan duduk di sebelah kursi tempat Nalla duduk.

"Hai."

Nalla tersentak kaget, lalu ia mendadak was-was dan segera berdiri, berniat ingin mendekati Darren.

Namun, tangan Nalla langsung di tarik oleh laki-laki itu agar duduk kembali.

"Kenapa!" tanya Nalla tajam dan segera melepaskan pegangan laki-laki itu dari lengannya.

"Galak banget, minum ini dulu yuk." pria itu berdiri, berniat ingin meminumkan Nalla dengan air di gelas kecil yang ada pada tangannya.

Prang!

Nalla mengehempaskan gelas itu hingga pecah di lantai.

Tentu saja semua orang melihatnya termasuk Darren.

"Jangan macam-macam sama saya!" gertak Nalla penuh emosi.

Darren langsung mendekati Nalla. "Ada apa, Nal?" tanya Darren panik.

"Tanyain nih sama om-om ini, kurang ajar banget dia sama aku!" tekan Nalla yang terus menatap tajam pada pria yang tampak mabuk itu.

Darren langsung mendekati Pria itu, lalu menarik merahnya dengan kasar. "NYARI MASALAH, KAMU SAMA SAYA!" teriak Darren penuh amarah.

Semua orang kini berkerumun untuk menonton, bahkan musik juga sudah di matikan, demi fokusnya mereka mendengar hal keributan ini.

Dengan cepat, Nalla melerai nya dan menarik Darren. "Udah, kita pulang aja, untuk apa kamu berantem sama dia? Yang ada kamu merusak pesta orang di sini, ayo pulang." desak Nalla pada Darren.

"Tapi dia udah bersikap kurang ajar sama kamu," ucap Darren.

"Ya, tapi kan jangan pake kekerasan___"

"Nalla."

Bukan hanya Nalla, kini semua orang menatap ke arah sumber suara.

"Mas Alan?"










___________

Gedeg sama siapa? Darren / Bryan

TEBAK NEXT PART AKAN ADA APA? BAKU HANTAM / KEUWUAN LAGI?

Pesan untuk Hazen?




(NEXT? VOTE & SPAM KOMEN)




FOLLOW IG :

ADANY.SALSHAA
NALLAN.OFFICIAL

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

385K 28.8K 57
[SEQUEL OF ANGKASARAYA, DAPAT DIBACA TERPISAH] Hari kelulusan telah terlewati, kini Angkasa dan Raya meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih t...
1M 4.9K 6
Sequel Alzio & Azalea Menceritakan tentang perjalanan cinta yang belum usai Alzio Aezar Elver dan Azalea Belva Bellamy. Alzio Aezar Elver merupakan...
1.8M 105K 20
Menikah diusia muda dengan sahabat sendiri? Hal itu tak pernah dibayangkan oleh Ara sebelumnya. Leo-orang yang ia percaya akan menjaganya, malah mela...
2.1K 1.5K 71
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA ATAU MENINGGALKAN JEJAK DI SETIAP CHAPTERNYA!] 15+ [Cerita mengandung kata kasar] Bercerita tentang Zeta yang bersekolah di S...