"Dad, Echan menang!" Haechan sangat semangat memberi piala juara pertama yang dia dapatkan tadi kepada Johnny.
Johnny tersenyum bangga dan memeluk anak kesayangannya, "wah, kamu hebat banget bear. Selamat ya sayang."
Sedari tadi wajah Haechan sangat berseri-seri, ini memang bukan piala pertamanya tapi tetap saja Haechan senang mendapatkannya. Lebih senang lagi berhasil mengalahkan Mark.
Johnny yang baru pulang dari luar kota langsung disambut pelukan dan wajah berseri Haechan. Dan saat ini Johnny tengah duduk sambil memeluk Haechan diruang tengah bersama Ten, Hendery, dan Xiaojun.
"Bear, kamu mau apa? Biar dad belikan untuk hadiah kemenangan kamu," tawar Johnny.
Haechan memegang dagunya sedang berpikir apa yang ia mau. Lalu terlintas sebuah benda yang Haechan inginkan.
"Echan pengen punya ruang musik sendiri disini, dad. Bolehkan?" sudah dari dulu keinginan Haechan punya ruang musik dirumahnya. Karna hobi Haechan adalah menyanyi, jangan salah suaranya juga sangat bagus.
"Ga ada-ga ada! Ngeribetin daddy kamu aja! Dia lagi sibuk sama cabang perusahaan diluar kotanya, jadi mana sempet nurutin kemauan kamu," sewot Ten. Ten sudah sangat kasihan dengan keadaan suaminya ini. Janggut yang muncul, lingkaran hitam dimatanya, rambut yang gondrong dan acak-acakan. Penampilan Johnny saat pulang sungguh mengerikan, apa disana Johhny tidak mengurus dirinya sendiri? Kalau begitu lebih baik Ten ikut saat Johnny pergi, biar Hendery dan Xiaojun yang datang ke lomba Haechan tadi. Tapi Johnny juga menolak dirinya ikut karna tidak mau membuat Haechan kecewa jika dirinya tidak datang.
"Mae, tadikan dad yang nawarin ke aku, kenapa mae yang sewot!"
"Gapapa sayang. Aku ga keberatan ko nurutin kemauan bear nya kita, kan aku juga yang nawarin."
Ten menghela nafasnya pelan, "terserah kamu deh."
"Mae gausah khawatir, nanti Hendery ikut bantu buat nurutin kemauan si gembu ini." Hendery mencubit pipi tembam Haechan.
"Dery, jangan terus nyubit Haechan, aku ngeri liatnya." Xiaojun takut pipi Haechan akan lepas karna sering dicubit suaminya. Kan serem nantinya.
"Aneh-aneh aja kamu."
Johhny mengusap lembut surai madu Haechan, "secepatnya ruang musik kamu bakal jadi, bear."
"Makasih. Daddy yang terbaik di dunia ini~"
"Coba ceritain waktu acara disana sampai kamu menang."
Haechan menceritakan semuanya kepada Johnny dengan semangat sampai dimana dia menang dan dapat pialanya.
Johnny kembali tersenyum bangga, "wah, emang bener-bener hebat anak daddy. Bisa ngalahin si jenius Mark Jung." Iya, Haechan juga menceritakan jika ia mengalahkan Mark.
"Atau bisa jadi Mark kalah karna ngalah buat kamu?" lanjut Johnny bermaksud menggoda anaknya.
Haechan langsung cemberut tak suka, "engga daddy engga kak Dery, sama-sama bilang gitu! Haechan ga suka usaha Haechan di gituin!"
"Oh, maaf sayang, dad ga bermaksud gitu. Tadi dad cuman pengen ngegodain kamu aja."
"Haechan tau." Setelah itu keduanya berpelukan.
"Dery~ aku ngidam pengen nasi goreng pake pisang," ucap Xiaojun dengan wajah polosnya seraya mendusel dilengan berotot milik suaminya itu. Xiaojun sedang hamil selalu mode manja, tapi sekalinya marah sangat mengerikan.
"Itu mana ada, sayang. Yang lain aja ya?" ngidam Xiaojun selalu aneh-aneh, Hendery takut anaknya nanti aneh juga.
Xiaojun menggeleng keras, "ga mau! Pengen itu! Dan kamu yang buatnya."
"Udah kak bikinin aja, nanti cucu mae bisa ngiler lagi."
Dengan terpaksa Hendery mengangguk pasrah.
"Yaudah, aku buatin."
Sabar ya calonnya ayah, ini untuk anaknya sendiri ko. Ayo beri semangat untuk calon ayah satu ini!
* * *
"Bang, gue masih ga nyangka lo kalah dari si gembul," ucap Jeno sambil melahap keripik kentang ke mulutnya. Sekarang ini Jeno sedang di dalam kamar Mark dan pemilik kamarnya sedang sibuk belajar.
Mark tidak menyahutinya, ia masib fokus ke buku-buku yang lebih penting dari Jeno.
Jeno kesal dan melempar satu keripik ke punggung tegap kakaknya.
"Kalo ada orang ngajak ngomong tuh jawab napa, bang."
Mark menaruh pulpen nya dan menghela nafasnya, "apa?"
"Itu, gue masih ga nya..."
"Saya sengaja ngalah," potong Mark.
Dugaan Johnny dan Hendery benar ternyata.
"Ngapain bang! Kalo lo menangkan lumayan tiket liburan ke balinya. Bisa liat bule juga kan."
"Mau liat bule?" tanya Mark.
Jeno mengangguk. Jeno sangat suka melihat para bule wanita dan uke yang seksi-seksi, matanya jadi langsung segar.
"Liat abang aja. Abangkan pernah tinggal di kanada waktu kamu belum lahir." Benar. Mark waktu lahir sampai berumur 3 tahun menetap di Kanada karna neneknya tidak mau berjauhan dengan cucu pertamanya.
"Bule nyasar lo mah, bang."
"Bule asli ini saya, Jeno. Jadi gausah liat bule lain, liat saya aja. Mata kamu segar dan hati kamu tetep hanya untuk Jaemin."
"Bodo amatlah, bang. Kesel gue lama-lama ngomong sama lo. Mau balik ke kamar gue aja lah, mendingan telponan sama ayang bebep gue."
Mark hanya acuh saat Jeno keluar kamarnya. Saat ini ia harus fokus belajar karna sebentar lagi ujian kelulusan akan diadakan. Mark tidak boleh bersantai-santai lagi, apalagi ia harus mendaftarkan diri ke kampus yang ia inginkan.
Tapi sebelum memulai belajar lagi, Mark meraih ponselnya yang diatas ranjang lalu mulai memainkan nya dengan senyum kecil yang Mark tunjukkan.
Merasa sudah cukup bermain dengan ponselnya, Mark kembali fokus ke pelajarannya.
Sementara rumah keluarga Seo, Haechan hanya bersantai sambil memeluk boneka beruangnya yang besar dan mengscroll akun instagram yang dia punya. Lalu sebuah notif diatas muncul dan tertera nama Mark disana.
Mark jelek!
Saya lupa ngucapin jadi selamat atas kemenangan kamu, Haechanie.
Haechan melotot dan membaca berulang-ulang kali dan tiba-tiba jantungnya berdebar.
"Apaan si! So asik banget segala kirim chat kaya gitu." Haechan tidak membalasnya dan sekarang Haechan tidak mau memainkan ponselnya lagi.
"Dasar Mark jelek!" Haechan menutup wajahnya menggunakan boneka beruang besarnya.
Sial! Kenapa Haechan masih berdebar-debar hanya karna pesan yang di kirimkan untuknya!?
Tbc.
Dapet notifnya ga? Ini wp sya eror soalnya.