SECRET MURDERER

By Norhfizzh__

101K 5.4K 281

[ BEBERAPA PART AKAN DI PRIVAT, WAJIB FOLLOW DULU! SETELAH ITU VOMENT! HAPPY READING! ] [NEW VERSION] "Kau mi... More

PROLOGUE
Chapter 00 || Understand Well!
Chapter 01 || Mafia in Chicago
Chapter 02 || Modelling Agency
Chapter 03 || Crazy Psychopath
Chapter 04 || That Mysterious Girl
Chapter 05 || The Dangerous
Chapter 06 || Drunk girl is troublesome!
Chapter 07 || At in the midnight
Chapter 08 || Play or be played?
Chapter 09 || Who's the boss?
Chapter 10 || Who is she?
Chapter 11 || In Paris
Chapter 12 || The dark world that goes on
Chapter 13 || The ruler of the dark world
Chapter 14 || Every action is accounted for!!
Chapter 15 || Reoccur
Chapter 16 || The highest throne?
Chapter 17 || The Secret
Chapter 18 || Someone's fault?
Chapter 19 || Great offer?
Chapter 20 || The killer is back
Chapter 21 || Choose or be chosen
Chapter 22 || looking for it
Chapter 23 || Back To Agency
Chapter 25 || Mistrust
Chapter 26 || Important
Chapter 27 || First time as a secretary
Chapter 28 || This is date twenty one
Chapter 29 || Weekend
Chapter 30 || I'm Sorry
Chapter 31 || My Grandpa birthday
Chapter 32 || Who Are You
Chapter 33 || In Maroko
Chapter 34 || Do you know who is in power?
Chapter 35 || Secret
Chapter 36 || Busy
Chapter 37 || Bad memory
Chapter 38 || The Murderer is back?
Chapter 39 || The Past

Chapter 24 || She is Crazy

1.2K 92 3
By Norhfizzh__

Rodriguez Mansion's

 

=========================

Vallen sedang berada di kamar mandi, sudah satu jam lebih gadis itu berada disana. Dan sedari tadi Raymond sudah menunggunya di dalam kamar gadis itu.

Raymond mondar-mandir sembari matanya terus menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sekelebat pikiran buruk muncul di pikirannya. Ia mencoba menampil hal tersebut, namun ternyata rasa khawatirnya justru bertambah.

"Vallen!" panggil Raymond dari arah pintu. Namun, tidak ada jawaban dari dalam.

Raymond baru ingat kalau semua ruangan dalam kamar Vallen kedap suara termasuk kamar mandi.

"Ck, kenapa dia suka sekali membuat orang sekitarnya khawatir?" kesal Raymond. Ia menggaruk-garuk belakang kepalanya mencoba berpikir.

Tak ada pilihan lain, Raymond pun akhirnya memilih untuk mendobrak pintu kamar mandi tersebut.

Namun, nihil ia sama sekali tidak bisa mendobraknya. Seharusnya Raymond tahu bahwa mansion ini mempunyai keamanan tingkat tinggi, termasuk kamar mandi sekalipun!

"Kunci cadangannya pasti ada!" ucap Raymond kemudian ia segera mengobrak-abrik isi lemari kecil milik Vallen yang ada di sudut ruang.

Beberapa saat mencari akhirnya ia pun menemukan beberapa kunci. Entah yang mana kunci kamar mandi, ia berniat mencoba semuanya.

Raymond kembali memposisikan dirinya di depan pintu kamar mandi dan mulai mencocokan kunci-kunci yang ada di genggamannya saat ini.

Raymond berdecak kesal karena beberapa kunci yang ia coba tidak ada yang cocok. "Ayolah!"

Tiba-tiba saja kunci terakhir yang ia coba berhasil memutar lobang kunci yang ada di depannya. Raymond bergegas membuka pintu tersebut dan segera masuk ke dalamnya.

"Vallen!" teriaknya dan masih sama tidak ada sahutan yang terdengar.

Karena tak mendapatkan jawaban, Raymond pun berinisiatif untuk mencari di sekitar bathtub.

Saat memeriksa bathtub betapa terkejutnya Raymond melihat keadaan Vallen saat ini.

"Val?" ucap Raymond sembari menggoyangkan bahu Vallen. "Mati? Baguslah aku tidak usah repot-repot mengurusnya."

Raymond pun berniat untuk meninggalkan kamar mandi. Namun, baru selangkah ia melangkah, tangannya langsung ditarik oleh seseorang.

"Jahat sekali kau, Ray!" ucap Vallen dengan nada suara yang terdengar kesal.

"Kau sendiri yang berulah."

Vallen berdecak kemudian ia berucap, "Ketiduran bentar."

Raymond menatap Vallen dengan sinis kemudian ia membuang pandangannya ke arah lain. "Dan membuatku khawatir?"

"Wow? Kau bisa khawatir juga kepadaku? Sulit dipercaya," ucap Vallen dengan santai.

"Sudahlah, aku mau keluar."

Saat Raymond hendak pergi dengan tergesa Vallen langsung menarik tangan Raymond dengan keras agar pria itu tidak kemana-mana.

"Bantuin, Ray!"

"Mandi?"

"Brengsek!"

"Terus kau minta bantuan apa Nona Vallen yang terhormat!" kesal Raymond.

"Aku tidak bisa berdiri Ray, kakiku tiba-tiba saja sakit," ucap Vallen sembari memberi tatapan memelasnya.

"Kram?" tanya Raymond sedangkan Vallen mengangguk kecil.

"Sudah mandi?"

"Badanku masih cukup wangi, Ray. Aku tidak akan mandi," ucap Vallen dengan santainya.

Raymond menghela nafas sejenak kemudian ia langsung saja mengeluarkan tubuh Vallen di bathtub dan menggendongnya.

Raymond membawa Vallen ke ranjang gadis itu dan merebahkannya di sana.

"Masih sakit?" tanya Raymond.

"Sedikit. Tak apa kau bisa keluar, Ray nanti juga sembuh sendiri," ucap Vallen.

Bukannya keluar, Raymond lebih memilih untuk memijat kaki Vallen sebentar.

"Ray?" panggil Vallen.

"Hmm?"

"Coba tatap aku," pinta Vallen.

Raymond bingung apa maksud permintaan Vallen. Karena tak ingin berpikir keras ia pun memutuskan untuk menatap Vallen.

"Mataku bermasalah, Ray?" tanya Vallen.

"Kenapa? Mata kau tak bisa melihat?"


Bugh!

Vallen langsung saja melemparkan bantal ke wajah Raymond karena mendengar ucapan tersebut. "Shit! Kau kira aku buta!"

"Jadi kenapa kau memintaku menatapmu?" kesal Raymond.

"Aku baru sadar sesuatu," jeda Vallen. Raymond mengalihkan atensinya pada Vallen, ia penasaran apa yang akan diucapkan gadis itu. Apa gadis itu punya masalah? Atau ia punya penyakit lain? Sepertinya hal mustahil apa yang ada dipikirannya ini.

"Val?"

"Aku baru sadar ternyata kau cukup tampan, Ray! Astaga!" heboh Vallen yang membuat Raymond lagi-lagi harus menghela nafas lelah.

Mungkin ini lah sisi gila Vallen jika gadis itu sedang cedera. Padahal disini kakinya yang sedang sakit, kenapa otaknya juga ikut sakit?

"Terserah kau, aku keluar," ucap Raymond yang membuat Vallen tertawa.

"Jangan lupa bawakan aku susu, Ray!" teriak Vallen karena Raymond sudah pergi meninggalkan kamarnya.

===============

Di dalam sebuah ruangan gedung bertingkat, kini seseorang tengah terdiam sembari memikirkan sesuatu. Adzriel, ia sedari tadi tidak henti-hentinya menatap sebuah benda persegi panjang di depannya yang menampilkan layar dengan isi biodata seseorang.

Click!

Pintu ruangan terbuka dan disana sudah ada seorang pria bertubuh tegap tengah membawa sesuatu.

"Boss, ini senjata yang ada minta," ucapnya pada Adzriel.

Adzriel mengangguk dan langsung menunjuk sudut ruangan untuk menaruh benda tersebut.

"Rendy, menurutmu kenapa Nona Vallen tidak mempunyai biodata lengkap?" tanya Adzriel secara tiba-tiba.

"Entahlah, menurutku dia memang bukan orang sembarangan seperti dugaanmu sebelumnya," jawab Rendy yang membuat Adzriel semakin merasa bimbang.

"Sekilas aku menduga ia berbahaya bagiku, namun ku rasa itu tidak mungkin mengingat perilakunya selama ini."

"Ku rasa juga begitu, Boss."

"Sepertinya kau ada pertemuan sekarang," ucap Rendy sembari menunjukkan layar ponselnya yang berisi sebuah email pemberitahuan dari seseorang.

"Dia yang mengirimnya?"

"Ya, Boss."

"Shit!"








===================


"Ayah! Susu strawberry aku mana?!" teriak Vallen saat melihat isi kulkas tempatnya menyimpan susu kotak raib seketika.

Vallen, sudah lama menunggu Raymond di kamarnya. Namun, pria itu ternyata tak kunjung datang. Sudah dipastikan Raymond sedang kesal kepadanya akibat kejadian tadi. Lucu saja bisa menggoda Raymond seperti itu, Vallen bahkan tak segan-segan jika harus mengulanginya lagi.

"Ayah lihat tadi Ray meminumnya!" teriak Velix dari ruang tamu

"Berapa?"

"Dia minum satu, sisanya dia simpan dalam tas," jelas Velix sambil menghampiri Vallen.

"Ih... Kenapa Ayah tidak melarang dia? Itu punya aku, Yah," kesal Vallen sambil mnghentak-hentakkan kakinya.

"Ayah pikir dia sudah ijin ke kamu."

"Tidak ada, Yah."

"Kalau begitu kamu beli yang baru saja."

"Jauh," kesal Vallen.

Velix menghela napas lelah kemudian mengambil sesuatu di saku celananya. "Nih, pakai sepuasnya," ucap Velix sambil menyerahkan blackcard pada Vallen.

Vallen tersenyum sumringah kemudian mengambil benda tersebut sambil cengengesan. "Thanks, Sugar Daddy," godanya yang membuat Velix terkekeh.

"Sayang gak ada yang mau," ucap Velix.

"Ish... Tidak usah mencari-cari, Yah. Vallen tau  masih banyak  yang mau sama Ayah," sindir Vallen.

"Iya, ayah kan tampan."

"Money nya banyak juga," tambah Vallen. "Tapi, jangan harap bisa nyari yang baru," ancam Vallen.

Velix terkekeh kemudian mengusap lembut kepala Vallen. "Tidak akan, sayang."

"Good, kalau begitu Vallen mau nguras isi blackcard dulu, bye-bye!"

Velix tertawa kecil melihat putri semata wayangnya yang perlahan mulai menjauh dari pandangan. Velix tidak khawatir memberikan blackcard tersebut pada Vallen. Karena putrinya itu tidak akan membeli barang-barang  yang tidak berguna.

Velix tahu Vallen lebih suka menguras uang dengan membeli makanan atau men-traktir teman-temannya. Putrinya itu sederhana tapi kadang juga suka khilaf.

********

Di sebuah gedung yang terlihat menyeramkan dari luar dan terlihat mewah dari dalam, kini banyak sekali orang-orang yang sedang berkumpul.

Markas terbesar mafia di Chicago sampai saat ini tidak ada orang luar yang mengetahuinya. Markas yang terletak di tengah hutan belantara tertutup, hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk ke kawasan hutan tersebut.

"Berkumpul!" ucap seseorang yang terdengar di balik pengeras suara yang dipasang di gedung tersebut.

Suara yang begitu menggema berhasil membuat siapa saja merinding mendengarnya.

Kini semua orang yang ada di gedung tersebut berkumpul di satu ruangan.

Saat semuanya sudah selesai berbaris dengan rapi, tiba-tiba saja terdengar sebuah suara ketukan dari sepatu yang bersentuhan dengan lantai.

Seseorang datang ditemani dengan dua orang disampingnya. Bisa dikatakan dua orang tersebut adalah kaki tangannya.

"Malam," sapa orang itu dengan suara yang sedikit bergema, karena seperti biasa dia menggunakan sebuah alat penyamar suara. Yang membuat suara terdengar lebih berat dan bergema.

"Malam, Boss!" jawab seluruh anggota mafia yang ada di dalam sana.

"Aku tidak ingin membuang waktu," ucap sang pemimpin. "Pollox tidak hadir?" tanyanya, namun tidak ada yang membuka suara di antara mereka.

Beberapa saat menunggu jawaban sang pemimpin terkekeh kecil karena tidak mendengar adanya salah satu anggota yang menjawab.

"Kalian tidak perlu menjawabnya," ucapnya lagi. "Tembak."

Dor!!

Tiba-tiba saja suara tembakan terdengar dan ternyata itu berasa dari tangan kanannya sang leader.

"Apa itu?" tanya seorang pria bertubuh sedikit gempal dengan suara yang pelan, namun masih dapat di dengar oleh pemimpinnya.

"Microchip, oh bukan lebih tepatnya cctv yang berbentuk microchip," ucap sang pemimpin yang membuat mereka terdiam.

"Hal seperti itu kalian tidak tahu?" tanyanya dengan nada datar. Tidak ada yang menjawab, semuanya diam entah tidak berani membuka suara atau mereka memang tidak tahu harus menjawab apa.

"Aku kira kalian sudah cukup cerdik dan hebat. Tapi nyatanya kalian masih payah," ucapnya dengan nada dingin.

"Suruh Castor cari tahu Pollox dimana, dan yang lainnya kalian tetap pada posisi," suruh sang leader pada tangan kanannya.

"Ya, boss!"

Leader the Nekros kemudian memilih untuk meninggalkan ruangan ini. Ia sangat tidak suka jika melihat anggotanya seperti orang bodoh yang tak tanu dunia.

Ia tak segan-segan untuk berbuat semena-mena pada anggotanya jika mereka tidak bisa menjadi apa yang ia mau. Terlebih lagi para gangster-gangster besar yang ada di bawah naungannya.

"Saya yang akan ambil alih!" tegas sang tangan kanan Leader the Nekros.

,,,,,


See you next time:)

Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

3M 151K 62
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
1.4M 134K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
2.4M 36.5K 49
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
2.8M 302K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...