___________________________________________
Chapter 3: The End Of 5A
___________________________________________
Tanpa basa basi lagi, 5A langsung berlari menuju ruang komando tepat di mana komandan berada.
“Komandan!” 5A berteriak. Suaranya membuat semua android disana termasuk komandan melihat ke arahnya.
“5A? Apa yang kau lakukan disini?” Komandan mereka yang bernama White itu pun mengalihkan perhatiannya kepada 5A yang lompat begitu saja dari lantai dua dan mendarat tepat di hadapannya.
“Seluruh unit YoRHa yang ada di bumi telah terinfeksi oleh virus. 2B dan 9S meledakkan kotak hitam mereka untuk menghentikan mereka,” Tepat setelah 5A menjelaskan apa yang terjadi, 2B dan 9S berada di belakangnya.
“Sebuah... Virus? Apa yang kau katakan?” White melihat mereka bertiga, tidak percaya apa yang 5A katakan. “Tidak ada unit di bumi yang melaporkan adanya virus.”
“Itu karena semua komunikasi dengan pusat telah diputus.” 9S melanjutkan.
“Dan mengapa kalian meninggalkan medan peperangan begitu saja? Aku tidak memerintahkan kalian untuk mundur.”
“Kami memberitahumu! Unit YoRHa di bumi telah kehilangan akalnya!” 2B melanjutkan kembali perkataan 5A dan 9S.
White terdiam, menatap mereka dengan tajam. “Tidak... Jika ada unit yang terinfeksi di sini, itu adalah kalian.”
“Apakah kalian GILA?!” 9S yang kehilangan kesabaran akhirnya meneriaki White.
“... 5A... 2B... 9S... Kalian bertiga ditahan karena dicurangi telah terkontaminasi virus.”
“Tunggu sebentar!” 9S mencoba mendekati White, hanya untuk dihalangi oleh unit YoRHa yang mengarahkan pedang mereka ke arahnya.
Tiba-tiba seluruh unit disekitar White kecuali mereka bertiga merintih kesakitan, sama seperti apa yang dialami unit yang berada di bumi sebelum terkontaminasi virus.
Salah satu android di samping White mulai tertawa. “Bingo~!” Mata android itu bersinar merah. Dia telah terinfeksi virus, begitu juga android yang lainnya di ruangan itu selain mereka berempat.
“Mereka... Terinfeksi?” Tanya White, tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Sebuah unit android yang dekat dengan White mulai menyerangnya, tapi dengan mudah serangan itu ditangkis oleh 5A. 2B dan 9S yang melihat itu langsung mengambil posisi di samping White untuk menjaganya.
“Komandan, kita harus pergi.” 2B bersikeras.
“Sial! Pintunya! Apakah virus itu menyusup ke pusat sendiri?” 9S tiba-tiba bertanya.
“Ooo, Bingo lagi!” Suara perempuan yang diperkirakan milik virus itu menjawabnya.
Para unit operator di ruangan tersebut mulai menyerang mereka. “Operator... kenapa-“
“Itu bukanlah operator,” 2B memotong perkataan 9S. “Itu adalah...”
“Kami adalah bentuk kehidupan mesin kesayangan kalian. Kami berbicara melalui jaringan dan juga virus.” Lagi lagi suara perempuan itu terdengar di ruangan itu.
“Bagaimana itu mungkin?” 2B mencoba menyangkalnya.
“Kami mendapat banyak kesenangan melihat kalian kesakitan, tapi sayangnya aku takut bahwa tempat ini telah mencapai akhirnya,” Virus itu pun tertawa, membiarkan unit yang terinfeksi olehnya menyerang mereka yang tidak terinfeksi.
“Pintunya terbuka!” 9S yang melihatnya berteriak. Seketika warna diruangan itu berubah menjadi merah.
“Aku tidak menyukai ini. 2B! Berikan pedang besarmu!” Pinta 5A. Tanpa bertanya apapun, 2B melemparkan pedang putihnya ke arah 5A. “Semoga ini berhasil...”
Satu ayunan, itu sudah cukup untuk membuat android yang dekat dengannya hancur dan mereka yang dibelakangnya terpental. “Semuanya, cepat!” 5A berteriak. Mereka berempat berlari menuju pintu, tidak memedulikan android-android yang telah terinfeksi virus itu.
Suara perempuan itu terdengar lagi. Siapa sangka dia telah menyiapkan kejutan di balik pintu itu. Unit-unit YoRHa yang telah terinfeksi mulai menyerang mereka selama perjalanan sampai akhirnya mereka sampai di hanggar tempat unit terbang mereka berada.
White tiba-tiba berhenti. “Komandan, cepat!” 2B berteriak. Suaranya membuat 5A yang memimpin di depan menengoh ke belakang.
“Aku akan tetap di sini. Aku tidak bisa...” 5A melihat mata milik White bersinar merah, dia telah terinfeksi.
“Komandan?” 5A tidak percaya.
“Aku, juga, telah tersinkronisasi dengan server...” White menjelaskan apa yang terjadi.
“9S! Dia bisa meretas sistemmu dan-“
“Tidak ada waktu lagi!” White memotong kalimat 5A. “Kalian bertiga adalah unit terakhir YoRHa. Itu merupakan tugas kalian untuk bertahan hidup.”
“Komandan...” Suara 9S terdengar sedih.
“Selain itu, ini adalah perintah untukku. Setidaknya biarkan aku memenuhi tugasku hingga akhir.”
5A terdiam begitu saja, sebelum akhirnya dia menerima semuanya. “...Terimakasih untuk segalanya.”
2B yang tidak menerima itu hampir berlari ke arah White jika saja 9S tidak menahannya. “Komandan!”
“2b, tempat ini akan hilang!” 9S menariknya ke unit terbang di belakangnya.
“komandan!”
“Pergi 2B! Itu adalah perintah!” White mau tidak mau memerintah 2B yang akhirnya menyerah dan membiarkan 9S menariknya ke unit terbangnya.
5A melihat sekali lagi wajah dari White sebelum menaiki unit terbang miliknya dan meninggalkan pusat. Di angkasa sana, 5A melihat dengan jelas pusat dari unit YoRHa meledak, bersamaan dengan teriakkan 2B yang tidak percaya semua hal itu terjadi. Tanpa tempat untuk kembali, mereka memutuskan untuk pergi ke bumi.
Perjalan mereka ke bumi tidaklah mudah. Mereka tidak hanya disambut oleh unit-unit mesin yang bisa terbang melainkan juga dengan unit YoRHa.
“Baiklah, cukup omong kosong ini. 9S, aku perlu mengambil alih kontrolmu!” Perintah 2B.
“Kau perlu APA?!” 9S mendengarnya tidak percaya.
“Untuk mengeluarkan kita dari sini!”
“Oh, umm, o-oke.”
“Kontrol unit terbang di pindah ke 2B,” Pod milik 9S memberitahu.
“Kontrol unit terbang telah dihilangkan dari 9S,” Sambung pod milik 2B. “Mengatur kendali otomatis. Memasuki rute pelarian dari zona pertempuran.”
“Huh? T-tunggu, apa yang kau...? Tidak!” 2B memerintah unit terbang milik 9S menjauh dari zona pertempuran. “Tunggu! 2B! 2B!” 9s memanggil-manggil namanya, hanya untuk dihiraukan oleh 2B.
“Senang bekerja denganmu, 5A,” 2B tiba-tiba berkata, membuat 5A terdiam.”
“Kau juga, 2B, 5A membalasnya. “Jangan mati.”
“... Kau juga,” Untuk terakhir kalinya, 2B tersenyum.
“Lepaskan fungsi tak terlihat.” Mereka berdua mengatakannya secara bersamaan dan pergi menjauh dari satu sama lain, membawa unit-unit terbang itu ke arah mereka.
5A yakin dia sudah menjatuhkan puluhan unit terbang, tapi mengapa jumlahnya tidak berkurang sama sekali? Dia mulai kelelahan, salah satu unit terbang itu meluncurkan sebuah rudal. Tidak ada waktu untuk menghindar, rudal itu mengenai unit terbangnya dan hal itu membuat unit terbangnya diselimuti api.
“Ah, sialan.” 5A melepaskan dirinya dari unit terbangnya sebelum meledak. Ledakan itu melemparnya jauh ke tengah sebuah kawasan pembelanjaan. Sepertinya sesuatu telah mengenai sistemnya, seluruh penglihatannya kabur.
“Peringatan: Infeksi virus terdeteksi. Saran: buat vaksin...” 5A yakin itu hal yang dikatakan podnya sebelum dia kehilangan kesadarannya.
“A5...” Sebuah suara memanggilnya. 5A yakin sudah membuka matanya, tapi tetap saja, semuanya hitam.
“Yang... benar... saja...” Dia menjulurkan tangannya ke depan.
“Jangan bergerak.” Pemilik suara itu menggenggam tangannya.
“Peringatan: Virus kontaminasi telah mencapai 90%.” 5A mendengar podnya berbicara.
“... Jadi begitu...” 5A menggenggam tangan yang dia genggam lebih kuat. “A2?” Dia bertanya untuk meyakinkan dirinya.
“Ya, A5?” pemilik suara itu, A2 bertanya.
“5A,” Dia membenarkan. “Aku mendapatkan pembaruan.”
“... Aku bisa melihatnya.” A2 mengobservasi kondisi 5A. Seluruh tubuhnya masih sama kondisi bagus, ‘masalahnya hannyalah virus dalam sistemnya.’
“Hei A2, maukah kau mendengarku?” Perkataan 5A menyela pikirannya.
“... Tentu.”
“Sayang sekali, aku tidak bisa melihat wajahmu, dan aku yakin sudah tidak memiliki banyak waktu untuk membuat vaksinnya.”
“Peringatan: Virus kontaminasi telah mencapai 95%. Saran: Buat vaksin secepatnya.”
“Kau mendengarnya?” 5A tertawa pelan. “Tapi serius, Aku harap kau bisa memperbaiki mimpi yang rusak yang kulihat ini.”
“... Baiklah,” A2 menjawab.
“... Begitu saja?” 5A terdengar tidak percaya. “Aku kira kau akan memberitahuku bahwa android tidak bisa bermimpi, kau bahkan tidak bertanya bagaimana memperbaiki ini semua,” Dia tertawa mendengar jawaban A2.
“Aku percaya denganmu, dan aku yakin aku bisa menemukan caranya sendiri,” A2 mengatakannya dengan percaya diri. “Apakah... ada yang lain?” dia bertanya.
“... Ku mohon, bunuh aku. Aku tidak bisa membiarkanmu terinfeksi virusnya, bukankah begitu?”
A2 yang mendengarnya terdiam. Dia melepas genggaman tangannya dan perlahan melingkarkan jari-jarinya di leher 5A. “Selamat tinggal, 5A.”
5A tersenyum untuk terakhir kalinya. “Selamat tinggal, A2. Terima kasih, dan... Mari kita bertemu di kehidupan selanjutnya.”
“... Tentu...”
Tbc?