SECRET MURDERER

By Norhfizzh__

100K 5.4K 281

[ BEBERAPA PART AKAN DI PRIVAT, WAJIB FOLLOW DULU! SETELAH ITU VOMENT! HAPPY READING! ] [NEW VERSION] "Kau mi... More

PROLOGUE
Chapter 00 || Understand Well!
Chapter 01 || Mafia in Chicago
Chapter 02 || Modelling Agency
Chapter 03 || Crazy Psychopath
Chapter 04 || That Mysterious Girl
Chapter 05 || The Dangerous
Chapter 06 || Drunk girl is troublesome!
Chapter 07 || At in the midnight
Chapter 08 || Play or be played?
Chapter 09 || Who's the boss?
Chapter 10 || Who is she?
Chapter 11 || In Paris
Chapter 12 || The dark world that goes on
Chapter 13 || The ruler of the dark world
Chapter 14 || Every action is accounted for!!
Chapter 15 || Reoccur
Chapter 16 || The highest throne?
Chapter 17 || The Secret
Chapter 18 || Someone's fault?
Chapter 19 || Great offer?
Chapter 21 || Choose or be chosen
Chapter 22 || looking for it
Chapter 23 || Back To Agency
Chapter 24 || She is Crazy
Chapter 25 || Mistrust
Chapter 26 || Important
Chapter 27 || First time as a secretary
Chapter 28 || This is date twenty one
Chapter 29 || Weekend
Chapter 30 || I'm Sorry
Chapter 31 || My Grandpa birthday
Chapter 32 || Who Are You
Chapter 33 || In Maroko
Chapter 34 || Do you know who is in power?
Chapter 35 || Secret
Chapter 36 || Busy
Chapter 37 || Bad memory
Chapter 38 || The Murderer is back?
Chapter 39 || The Past

Chapter 20 || The killer is back

1.7K 127 6
By Norhfizzh__

Hallo, jangan lupa vote dan komennya ya biar cepet up.

Thanks:)

Happy Reading<3

=========================

Langit sudah ditelan oleh malam. Kegelapan kini semakin menyebar. Lampu-lampu bahkan sudah tidak berarti lagi jika saat sepi mulai datang.

Sekarang sudah hampir lewat tengah malam. Sebuah mobil sedang melaju cepat tak tanggung-tanggung sang pengendara mengendarai mobilnya secara ugal-ugalan. Bukan tanpa alasan.

Ternyata ada sebuah mobil berwarna silver yang sedang mengejarnya dari belakang.


"Fu*k! Siapa dia?!" umpat seorang laki-laki yang sedari tadi dikejar oleh seseorang tak dikenal.

Drrtt...

Tiba-tiba sebuah notifikasi masuk ke ponsel pintarnya. Hal itu lantas membuatnya sedikit memelankan mobil yang sedang dikendarainya. Sebuah gelembung pesan terpampang di layar ponselnya itu yang bertuliskan "Die".

Tanpa basa-basi lagi ia kembali mempercepat laju mobilnya. Perasaannya saat ini campur aduk, ia takut sekaligus panik dengan hal yang terjadi padanya.

Ckittttt.... Srett ...

Bunyi ban mobil yang bergesekan keras dengan aspal berhasil membuat siapa saja yang mendengarnya merasa ngilu. Sang pengendara terkejut saat melihat di depannya sudah ada mobil yang mengikutinya tadi. Pertanyaannya bagaimana bisa? Bahkan, sejak tadi ia dapat memastikan sudah melajukan mobilnya cukup kencang.

Laki-laki yang berada di dalam mobil tadi nampak semakin gugup saat melihat pintu mobil seseorang yang tak dikenalnya tadi mulai terbuka. Perlahan sepasang kaki mulai keluar dari mobil tersebut. Seseorang turun dari mobil itu dengan setelan serba hitam dan jangan lupakan wajahnya yang benar-benar tidak bisa dilihat karena tertutup oleh topeng berwarna silver.

"Get out of your car!" ucap tegas orang tersebut pada laki-laki tadi.

Laki-laki tadi menggenggam erat stir mobilnya dan mulai membuka kaca mobilnya. "Who are you?!" ucapnya dengan penuh penekanan yang membuat lawan bicaranya terkekeh sinis.

"You want to know who I am?" ucap orang itu.

"Jangan bermain-main denganku! Kau tak tahu saya siapa?!" bentak laki-laki tadi karena ia terlalu gugup sekarang.

"Mr. Devano Aldebaran," ucap orang itu yang membuat laki-laki bernama Devano Aldebaran tadi menegang. Orang itu tertawa kecil, "Right? Surprise, are you shock?" ejeknya yang membuat Devano langsung keluar dari mobilnya.

"Apa urusanmu?!" tanya Devano.

"Keep calm, baby," kekehnya. "Kau tidak ingat apa yang pernah kau lakukan?" ucap orang itu, kali ini dengan nada yang terdengar dingin.

Devano mengernyit tak paham maksud pembicaraan sang lawan bicara. "Wah... Ternyata kau memang orang yang busuk."

"Apa maksudmu?!"

"Seorang hakim terkenal yang menutupi seluruh kejahatan. Memutar balikkan fakta dan menjatuhi hukuman kepada orang yang tak bersalah."

Devano menegang, ia merasa oksigen disekitarnya menipis. "Saya tidak melakukannya! Kau beraninya menghina saya!"

Orang tersebut mulai melangkahkan kakinya, perlahan ia mulai mendekat ke arah Devano. Devano yang menyadarinya pun refleks melangkahkan kakinya ke belakang. Ia berjalan mundur setiap orang itu berjalan maju.

"Your family or yourself?!"

"What?"

"Otak pintarmu ternyata tidak bisa berpikir cepat. Cih... Pantas saja dia sangat bodoh menjadi hakim." Devano menggertakkan giginya, rahangnya mulai mengeras sampai urat-urat di lehernya terlihat.

"Dan kau seharusnya mati!" ucap orang itu yang membuat Devano mengernyit kembali.

Brugh!

Tiba-tiba saja tubuh Devano langsung ambruk ke tanah, entah bagaimana bisa tubuhnya melemah dengan sendirinya.

"A—apa yang kau la—lakukan?!" tanya Devano dengan suara yang cukup keras.

Orang tadi mengangkat sesuatu yang sedang ia pegang sedari tadi. Sebuah benda kecil mirip pena langsung membuat Devano bingung. "Ah, benda ini masih dalam masa percobaan. Ternyata tembakannya cukup cepat dan bahkan tidak ada yang menyadarinya," ucap orang itu sembari menatap benda yang ia pegang.

"Brengs*k!" umpat Devano.

"Aku menganggapnya itu sebuah pujian," ucapnya dengan suara yang terdengar mengecil. "Waktuku tidak banyak," ucapnya sembari tersenyum miring di balik topeng yang sedang ia kenakan.

Orang itu mulai melangkahkan kakinya dengan tegas. Devano yang gelagapan pun hanya bisa menyeret tubuhnya dengan pelan karena ia sudah tak mampu bergerak. Ya, alat tadi benar-benar melemahkan seluruh tubuhnya.

Kreik!

Erangan mulai terdengar dari mulut Devano, pasalnya orang tadi menginjak dengan kuat jari-jemari Devano.

"Ck, mulutmu berisik!" kesal orang itu, tangannya pun mulai meraih saku jaketnya. Ia mengambil sebuah pistol berukuran sedang dan langsung mengarahkan pada Devano.

"A—apa yang akan kau la—lakukan?!" tanya Devano, gugup.

Dor!

Tanpa basa-basi lagi orang itu langsung membidik mulut Devano. Yang membuat Devano tidak bisa berbicara lagi, beruntungnya hal tersebut tidak merenggut nyawanya. Mungkin bukan sekarang.

Devano melemah, ia sudah tidak mampu berbuat apa-apa lagi. Sekarang ia hanya pasrah dengan tubuh tergeletak tak berdaya.

"Kau ini suka sekali bercanda. Tembakan ku hanya mengenai mulutmu itu, tidak mungkin kau sudah ingin mati," ucapnya dengan nada kecewa.

Devano menatap orang itu dengan mata yang melotot tajam, ia berusaha bicara, namun nyatanya memang tidak bisa.

"Lihatkan bayaranmu tidak setara dengan nyawamu? Bahkan, sekarang kau sudah sekarat," remeh orang itu sambil memutar-mutar pistolnya.

Devano menggeleng-gelengkan kepalanya dengan lemah. Tangannya hendak meraih kaki orang itu, namun dengan segera orang tersebut menjauhkan kakinya dan langsung melempar karambit ke tangan  Devano.

Srett!

Andai saja Devano dapat bicara, sudah pasti suara menjeritnya terdengar begitu keras.

"Ah, ia aku tidak punya banyak waktu. Sekarang waktunya kurang dua puluh detik sebelum pergantian hari."

Ujung sepatu orang itu mulai mengetuk-ngetuk aspal, pertanda ia sedang menghitung setiap detiknya.

Tap!

Tap!

Tap!

Devano pasrah ia pun hanya bisa mengeluarkan airmata sekarang sembari dalam hatinya berharap bahwa ia masih bisa selamat.

Dor!

"Ups, aku kira pelurunya cuma ada satu," ucap orang itu dengan santai. Kemudian ia langsung saja kembali menuju mobilnya dan segera pergi dari tempat kejadian.

Tak berselang lama seseorang datang ke tempat tadi dan langsung menuju Devano yang sudah tergeletak tak bernyawa.

Seorang laki-laki bertubuh jangkung, kini tengah menatap dengan datar mayat Devano di depannya.

"Sepertinya kau tidak dibunuh begitu kejam," ucap orang itu entah pada siapa. Setelah itu ia langsung masuk ke dalam mobil milik Devano.

Ia langsung menabrakkan mobil tersebut ke pembatas jalan. Setelah itu laki-laki tadi kembali menuju mayat Devano, ia langsung saja meletakkan sebuah pistol di tangan Devano. Seakan-akan Devano telah melakukan aksi bunuh diri.

Ya, mungkin saja orang akan berpikir Devano mencoba bunuh diri dengan menabrakkan mobilnya, setelah tidak berhasil ia mencoba menembak dirinya sendiri.

Tapi, bukankah itu terlalu mudah untuk dipahami? Laki-laki tadi tahu bahwa itu tidak akan membuat aparat keamanan dan para agen FBI tertipu. Namun, bukankah itu membuat mereka bisa berpikir lebih banyak? Pikiran yang terbagi akan sulit menemukan jalan keluarnya.

"Mungkin ini cukup membuatmu masuk berita pagi."

"Kalau saja dia mau membereskannya sendiri, aku tidak akan repot-repot untuk mengatur ini."

Lalu, ia melangkahkan kakinya pergi menjauh dari mayat Devano. Ia mulai masuk ke dalam mobilnya dan mengendarai dengan kecepatan di atas rata-rata.

==={{{=====}}}===

Pukul 8 pagi,

Seseorang kini tengah berlari di sepanjang lorong mansion yang cukup besar. Langkah kakinya yang panjang membuatnya lebih cepat untuk sampai ke tujuan.

Dengan tergesa ia menaiki tangga untuk sampai ke lantai dua menuju sebuah ruangan yang ingin di datanginya.

Dengan nafas yang masih berderu iapun segera membuka sebuah pintu salah satu ruangan. Saat ia membuka pintu tersebut terlihatlah seorang gadis yang tergeletak di lantai dengan rambut berantakan.

"Sudah ku duga," ucap orang itu sembari berjalan ke arah seorang gadis yang tergeletak di lantai tadi.

Ia menatap gadis itu cukup lama, dan tanpa pikir panjang ia pun langsung menendang sedikit kaki gadis itu.

Namun, gadis itu tak kunjung bangun, karena ia merasa jengkel akhirnya ia pun menggulingkan tubuh gadis itu dengan menendangnya lebih kuat.

"ASTAGA! SIAPA YANG NGEGANGGU SIH?!" teriaknya dengan mata tertutup.

"Bangun," ucap orang itu dengan nada dingin.

Gadis itu berdecak kemudian mulai membuka matanya dan langsung merubah posisinya menjadi duduk.

"Ck, kenapa?" tanya gadis itu dengan suara yang sedikit serak khas orang baru bangun tidur.

"Kenapa tidak mati?"

Plak!

Saking kesalnya gadis itu langsung saja menampar kaki orang itu. Ia sudah cukup kesal karena tidurnya diganggu dan sekarang orang di depannya ini bicara yang tidak-tidak.

"Kenapa kau berharap aku mati? Kamu pasti mau warisan lebih kan?" ucap gadis itu.

"Salah satunya," jawabnya.

"Ray!" teriak gadis itu yang langsung dihadiahi gelak tawa oleh orang itu.

"Cepat ke bawah," suruh Raymond pada gadis itu, yang tak lain adalah Vallen.

"Kenapa?"

"Ck, cepat. Tidak usah banyak tanya, Val."

"Aku tidak mau."

"Tidak bisa seperti itu! Kau sudah membuatku lelah pagi-pagi untuk sampai kesini."

"Lelah untuk apa? Bukankah lift di mansion ini ada?" tanya Vallen yang langsung membuat Raymond memandangnya dengan malas.

"Makanya kalau kau tidak hapal tempat ini, lebih baik kau tidur di rumah. Kenapa kau harus ke tempat ini?!" kesal Raymond.

"Hey! Ini mansionku juga! Dasar, anak pungut!" ucap Vallen begitu pedas. Namun, hal itu tidak membuat Raymond tersinggung.

"Kakek datang kesini dan menyuruhku untuk memanggilmu."

Mata Vallen membulat, ia cukup terkejut mendengar pernyataan Raymond. "Kakek?! Kenapa tidak bilang daritadi?!"

Dengan wajah yang masih kusam serta rambut yang berantakan Vallen pun langsung berlari keluar kamar.

"Anak itu ada tempat tidur kenapa harus tidur di lantai?" gumam Raymond sembari menatap kepergian Vallen yang secepat kilat.

Kini Vallen dengan tergesa-gesa memencet tombol lift. Sudah berapa kali ia mengumpat karena pintu lift tak kunjung terbuka juga. Sampai kemudian Raymond datang dan berjalan ke arahnya.

"Tahu kan alasanku tidak memakai lift kesini?" tanya Raymond yang membuat Vallen langsung menatapnya. "Lift nya rusak, Val! Astaga kau ini!" ucap Raymond yang sudah kehilangan kesabaran.

"Makanya bilang daritadi!" balas Vallen kemudian ia langsung saja berlari menuruni tangga yang cukup panjang untuk ukuran mansionnya yang besar ini.

"Salah lagi," ucap Raymond sembari menghela nafas lelah. Kemudian ia langsung saja menyusul Vallen. Ia sekarang berjalan santai, tidak seperti tadi yang berlari-larian hanya untuk mencari gadis itu.





Ⓢ︎Ⓔ︎Ⓒ︎Ⓡ︎Ⓔ︎Ⓣ︎ Ⓜ︎Ⓤ︎Ⓡ︎Ⓓ︎Ⓔ︎Ⓡ︎Ⓔ︎Ⓡ︎


RAYMOND RODRIGUEZ




"Tenang dan damai. Siapa sangka ada maksud dibalik itu semua. Hanya mereka yang teliti dapat menyadarinya."


Jum'at 13 Januari 2023

Continue Reading

You'll Also Like

610K 61.5K 47
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
833K 36.1K 65
Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba - tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi...
2.3M 203K 32
Mati dalam penyesalan mendalam membuat Eva seorang Istri dan juga Ibu yang sudah memiliki 3 orang anak yang sudah beranjak dewasa mendapatkan kesempa...
593K 25.4K 40
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...