The Owner of The Psychopath (...

By BlackStarofIN

331K 18.5K 3.8K

[21+] "You're mine, dangerous psychopath man." "I own myself, sweet baby girl." "Is that so? Well... we'll s... More

PROLOGUE
1 Keberangkatan
2 Kasus Pembunuhan Berantai
3 Meet Him
5 Rekan Rumah Tangga
6 Puncak Duniawi (18+)
7 Panas Tubuh
8 Dekat Sekali (18+)
9 Mulai Bekerja
10 Proof
11 Pembuktian (21+)
12 Brutal (21+)
13 Pain
14 Dangerous
15 Pelaku
16 Mine
17 Tantangan (21+)
18 Pintar
19 Is That You?
20 Sakit
21 Best Gift (21+)
22 Reckless
23 Test
24 We'll See
25 Bet (21+)
26 His Past
27 Emotion
28 Name & Soul
29 Wait
30 He is Come
31 Krystal's Family
32 I'll Protect Her
33 Suap (21+)
34 The Mandate
35 Long Journey
36 New Identity
37 God
38 No Others
39 Touch (21+)
40 Safe
41 END : The Owner Of The Psychopath
Full Story

4 Dominic Griffin

8.1K 835 135
By BlackStarofIN

Hey Guyss...!!! Welcome back to my storyy..!!!

Gimana kabar kalian? semoga dalam keadaan sehat selalu ya, kali ini Author bawain kelanjutan dari Krystal nih. Siapa yang udah liat spoilernya tadi dan penasaran?.

Baiklah guys, sebelum baca jangan lupa tekan vote nya dan follow Author untuk mendapatkan informasi serta spoiler menarik dari Author yah....

langsung saja, hope you guys enjoy it, let's check this out...

Enjoy and happy reading...

*

*

*

"Engh...," suara seorang pria berhasil ditangkap telinga Krystal.

Gadis dengan rambut panjang bergelombang itu langsung mempercepat langkahnya. Ia berjalan cepat sampai pandangannya menangkap sesuatu yang mengerikan.

Sebuah genangan darah.

Krystal menelusuri genangan darah itu hingga pandangannya jatuh pada seorang pria yang sedang duduk menyandar di tembok dengan baju berlumuran darah.

Krystal langsung menjatuhkan kantung belanjaannya. Matanya melebar.

"Kau tidak apa-apa?" pekik Krystal melihat pria itu.

Pria itu yang sedang duduk menyandar dengan mata tertutup dan bibir yang terbuka itu membuka matanya. Matanya melirik dan menemukan seorang gadis cantik yang tengah menatapnya panik. Ia hanya menatap Krystal dengan tatapan datar.

Krystal yang tidak mendapat respon segera menghampiri pria itu. Ia langsung berjongkok di depan pria itu dan mengecek keadaannya.

"Hey apa yang terjadi padamu? kenapa kau bisa berdarah seperti ini?" tanya Krystal bertubi-tubi dengan tangan yang hendak memegang tubuh pria itu tapi tidak jadi karena bingung, takut mengenai lukanya.

"Apa kau terluka?" tanya Krystal lagi yang tidak kunjung mendapatkan jawaban.

Pria itu hanya menatap Krystal datar dengan mata yang setengah tertutup.

"To...long," ucapnya sebelum matanya tertutup sempurna meninggalkan Krystal yang semakin panik.

"Hey!, buka matamu!, bangunlah!" pekik Krystal yang kini menepuk-nepuk pipi pria itu. Pipinya terasa sangat dingin.

"Kalian kemarilah!" teriak Krystal lagi setelah menyadari pria di depannya ini benar-benar butuh pertolongan.

Dua orang pria berbaju hitam segera berlari ke arah Krystal.

"Kami di sini Nona," ucap pria bertubuh tinggi.

"Kalian cepat bawa pria ini, kita ke apartmentku saja, rumah sakit terlalu jauh dari sini," perintah Krystal.

"Baik Nona," jawab kedua pria itu serempak.

Dua pria pengawas Krystal langsung mengangkat pria yang sudah tak sadarkan diri itu. Membawanya ke apartment Krystal sesuai perintah sang nona yang kini terlihat panik. Krystal segera mengikuti mereka setelah mengambil kantung belanjaannya yang terjatuh.

Mereka pergi meninggalkan lokasi berdarah yang belum diketahui penyebabnya itu. Tampak benda berkilau terkena pantulan sinar bulan yang berada di bawah saluran air, tepat berada di samping tempat pria yang ditemukan Krystal tadi terduduk. Tidak ada yang tahu benda berkilau apakah itu.

***

Krystal menjahit luka di perut bawah bagian kanan pria itu. Perut atletis itu terlihat begitu terlatih, hanya saja memiliki banyak bekas luka di sana. Salah satunya luka jahitan yang bahkan belum kering di perut bawah pria itu. Entah apa yang telah terjadi pada pria malang ini.

Wajah seperti pahatan patung itu terlihat begitu kaku dalam tidurnya. Wajahnya menampilkan gurat kesakitan namun juga kepuasan, dan pria ini begitu tenang saat Krystal menemukannya dalam kondisi mengenaskan.

Gadis berambut panjang itu membersihkan area luka yang telah ia obati, lalu memasang perban di sana dengan teliti. Setelahnya ia memandangi visual pria ini yang benar-benar jauh di atas rata-rata. Apa yang telah dialami pria setampan ini di lorong gang yang gelap dan sempit itu?.

Bola mata beriris cokelatnya meneliti setiap jengkal dari tubuh pria yang terbaring tanpa daya di depannya. Tubuhnya benar-benar memiliki otot yang sangat liat, tingginya mungkin sekitar 6 kaki, atau bahkan lebih?, disertai dengan otot biceps bracii yang besar disepanjang lengan atasnya, lalu lengan bawah yang tampak kuat disertai urat-urat yang menonjol. Otot dadanya terlihat begitu kuat dipermanis dengan tulang selangka di dekat leher yang tampak menggiurkan, belum lagi otot perut yang tampak sangat terlatih itu. Bagian kaki ke bawah masih ditutupi celana sehingga Krystal tidak bisa melihatnya. Pria ini adalah jenis pria yang memiliki massa otot lebih tinggi dibandingkan lemaknya. Pria yang merawat tubuhnya sendiri dengan baik, salah satu kriteria pria idaman Krystal. Belum lagi wajahnya yang sanggup membuat orang menoleh dua kali ketika bertemu dengannya.

Menggelengkan kepalanya yang mulai berkhayal tidak karuan, Krystal memilih meninggalkan pria itu sendirian di kamar ini. Gadis itu keluar dari kamar, meninggalkan pria ini yang perlahan membuka kedua matanya begitu Krystal menutup pintu dari luar.

Pria yang sedari tadi hanya menutup mata layaknya orang pingsan itu membuka matanya dan menatap ruangan tempat ia berada saat ini. Tatapannya hanya terarah pada langit-langit kamar sembari tangannya menyentuh perban yang sudah dipasang Krystal tadi.

***

Krystal mengaduk-aduk bubur yang ia masak di panci. Pria itu baru saja mengalami hal yang mengerikan, pasti dia syok berat. Atau paling tidak tubuhnya yang akan syok, jadi sebaiknya memakan makanan lunak seperti bubur terlebih dahulu. Ia mencicipi buburnya dan mengangguk senang begitu merasakan rasanya.

Gadis dengan rambut panjang bergelombang itu berjalan ke sana kemari sebelum suara dering ponselnya membuatnya meraih ponsel yang ia letakkan di sofa dekat TV.

"Halo?" sapanya pada sang penelepon.

"...,"

"Dia terluka Dad, aku menemukannya di gang sempit sendirian," jawab Krystal sambil mematikan kompornya.

"...,"

"Aku tau Dad, tapi pria itu benar-benar terluka, aku sendiri yang menjahit lukanya, dan juga pengawal Daddy yang mengangkatnya sampai ke sini," ucap Krystal lagi.

"...,"

"Dia hanya seorang pria yang terluka saat ini, kita akan tau saat dia sadar nanti," Krystal mengatakannya sambil mencari mangkuk untuk ia gunakan.

"...,"

"Iya Dad, aku sangat paham dengan itu," jawab gadis itu lagi.

"...,"

"Baiklah Dad, lagipula pengawal-pengawal itu pasti akan datang saat aku panggil," ujar Krystal sambil menghela nafasnya.

"...,"

"Yes, I love you too," ucap Krystal sebelum mematikan sambungan teleponnya.

Krystal meletakkan ponselnya dengan pikiran yang berkecamuk. Memang ia baru pertama kali bertemu dengan pria itu, tapi dilihat dari kondisi pria itu saat ini terlihat tidak mungkin untuk menyerangnya kan?, dan lagi bukankah pria itu yang tampak terluka?, seharusnya ini akan baik-baik saja kan?.

***

"Bagaimana?" tanya Annelish begitu Zac selesai menelepon putrinya.

"Semuanya akan baik-baik saja, pria itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerang, atau mungkin belum, kita hanya akan memantaunya untuk sementara," jawab Zac sambil meletakkan ponselnya di atas meja nakas.

"Tapi kau sudah benar-benar memastikannya kan?" Annelish begitu terlihat khawatir.

"Sudah, semua pergerakan Krystal sudah dalam pantauan, tapi yang jadi permasalahan kenapa dia harus membawa pria itu ke apartment-nya?" jawab Zac tak habis pikir.

"Kita tidak pernah tau apa dan bagaimana karakter seseorang jika hanya sekali bertemu, tapi putri kita sudah membawa orang asing tidur satu atap dengannya," tambah Zac dengan pikiran was-was.

Annelish yang mendengarnya pun merasa tak asing dengan situasi ini. Wanita itu mengambil tangan Zac yang sedang meremas-remas selimut dalam genggamannya.

"Tidakkah situasi ini familiar untuk kita?" tanya Annelish dengan senyuman kecil di bibirnya.

Zac yang mendapat pertanyaan itu pun tampak berpikir sebelum menjawabnya. Tak lama pandangannya terpaku pada wajah tersenyum Annelish yang masih sanggup mengguncang dunianya itu.

"Tidakkah dia terlalu mirip denganku?" tambah Annelish kali ini dengan senyuman mengembang.

Wajah bingung Zac sedikit demi sedikit mulai memerah. Rasanya terlalu memalukan jika harus mengingat masa lalunya dengan Annelish. Mengingat bagaimana ia bisa dengan mudahnya lepas kontrol hanya dengan godaan kecil yang diberikan wanita yang sekarang berstatus sebagai istrinya ini.

"Kenapa dia harus mewarisi sifat yang itu?" keluh Zac sambil menundukkan kepalanya.

"Kenapa ya?, atau mungkin karena genku terlalu dominan dalam tubuhnya?, seingatku saat pembuatannya dulu akulah yang memegang kendali, bukankah kita melakukannya di kantormu? dengan kedua tanganmu yang diikat dengan dasi?, saat itu dalam pikiranku hanya satu, yaitu kau dibawah kontrolku," ujar Annelish sambil mengingat-ingat masa lalunya.

Zac yang mendengarnya sontak merasakan seluruh tubuhnya panas. Rasanya begitu malu mengingat hal itu. Kenapa istrinya ini harus mengingatkan hal seperti itu pada saat seperti ini sih?.

"Tak kusangka itu berpengaruh pada sifatnya yang sedikit menurun dariku, haha," kekeh Annelish memikirkan putrinya.

"Mommy terlalu bersemangat saat itu," lirih Zac mengingat hal itu.

"Hahaha, tentu saja, apalagi melihatmu yang hanya pasrah kutunggangi, rasanya semakin luar biasa saat kau mulai menangis ingin keluar," balas Annelish dengan wajah nakalnya.

Blush.

Wajah Zac sudah benar-benar panas sekarang. Ia memilih masuk ke dalam selimut dan menghindari istri mesumnya yang senang sekali menggodanya.

"Hahaha, kenapa Baby? kenapa sembunyi?" goda Annelish.

"Berhentilah," rengek Zac yang suaranya teredam oleh selimut.

Annelish terbahak melihat reaksi suaminya ini yang semakin lama semakin menggemaskan. Ia semakin bersemangat untuk menggoda suami imutnya ini.

***

Krystal memasuki kamar tempat pria asing tadi diletakkan oleh para pengawalnya. Gadis itu menemukan pria yang ditolongnya sudah duduk bersandar di kepala ranjang. Tangannya tampak memegangi perban di perutnya.

"Hey hey kenapa kau bangun?, jangan dipegangi seperti itu!" panik Krystal begitu melihat pria itu yang sudah duduk.

Pria yang dipanggil Krystal pun menoleh pada sang gadis. Ia membiarkan Krystal menghampirinya dan membenarkan posisi duduknya, lalu memeriksa perban di perutnya.

"Lukamu ini baru saja kujahit, sebaiknya jangan bergerak terlalu banyak," ucap Krystal yang tengah memeriksa kondisi perban di perut pria itu.

Pria itu sama sekali tak mengeluarkan suaranya.

"Lagipula kenapa kau malah bangun? seharusnya tetap berbaring saja," omel Krystal.

"Apa kau merasa kesakitan?, kurasa kau kehilangan banyak darah, bagaimana perasaanmu?" tambah Krystal setelah mengomel, ia menatap pria itu seksama.

Pria itu masih belum mengatakan apapun. Ia hanya menatap Krystal dengan tatapan menilai, wajahnya masih belum mengeluarkan ekspresi apapun.

"Hey, kau baik-baik saja?" tanya Krystal lagi.

Pria itu menatap Krystal lekat. Krystal mencoba mengartikan arti tatapan itu, tapi kedua mata yang menatapnya itu seakan tak memiliki emosi.

"Kau melihatku?, apa kau bisa berbicara?" dengan ragu Krystal bertanya seperti itu.

"Ya," satu kata pertama yang dikeluarkan pria itu membuat Krystal tertegun.

"Lalu, apa yang kau rasakan? apakah lukamu terasa sakit sekarang?" tanya Krystal untuk yang ke sekian kalinya.

"Aku baik-baik saja," jawab pria itu dengan tenang.

Mendengarnya membuat Krystal menghela nafas lega. Tadinya ia sudah curiga pasiennya ini akan mengalami syok berlebihan pasca terluka. Tapi mendengar suara pria ini membuat Krystal merasa tertarik. Pria ini memiliki suara dengan tone rendah dan berat, tapi tidak menakutkan.

Krystal kembali menatap wajah pria itu yang masih menatapnya lekat sejak tadi. Ia juga tidak tahu mengapa pria ini harus menatapnya seperti pertama kali berjumpa dengan manusia.

"Hm, aku menemukanmu di gang yang sempit, aku tidak tau apa yang terjadi padamu, tapi kuharap kau tidak mengalami trauma berat apapun," ujar Krystal serius.

Pria itu hanya mengangguk mendengarkan ucapan Krystal.

"Siapa namamu?, apakah kau punya keluarga?, dimana alamatmu?" Krystal mulai bertanya bertubi-tubi karena pria di depannya ini begitu minim suara.

Pria itu tak menunjukkan adanya tanda-tanda akan menjawab. Ia hanya sibuk memandangi Krystal seperti melihat sesuatu yang baru pertama kali ia jumpai.

Krystal yang tidak mendapatkan jawaban pun menghela nafas pasrah. Sepertinya pria ini memang mengalami sedikit trauma, ia akan menanganinya besok saja kalau begitu.

"Baiklah kalau tidak bisa menjawab, aku akan mengambilkan makanan dulu untukmu," ujar Krystal lalu berdiri dan segera beranjak dari sana.

"Dom," sebuah suara berat menghentikan langkah Krystal yang sudah hampir mencapai pintu.

Krystal berhenti melangkah dengan tangan melayang di udara yang hampir meraih kenop pintu. Gadis itu menoleh ke belakang, dilihatnya pria itu sedang menatapnya dengan ekspresi yang cukup normal.

"Dominic Griffin," ucap laki-laki itu.

Krystal awalnya bingung, tapi kemudian ia memahami kalau maksud pria itu adalah namanya.

"Ah jadi namamu adalah Dominic Griffin?" ulang Krystal memastikan.

Pria itu tampak mengangguk.

Krystal pun tersenyum. "Baiklah Dom, tunggu sebentar, aku akan mengambilkanmu makanan," ucapnya.

Pria bernama Dom itu pun mengangguk sebagai jawabannya. Membiarkan Krystal kembali meninggalkan kamar itu.

***

"Aku akan menyuapimu dulu, sudah kubilang kau ini belum boleh banyak bergerak," ucap Krystal sambil mengaduk bubur di mangkuknya.

Dom hanya menatap Krystal datar. Ia rasa tangannya tidak memiliki masalah apapun jika hanya sekedar digunakan untuk makan.

Krystal menyuapi bubur itu persis di depan mulut Dom, membuat pria itu menerima buburnya. Mereka melakukan kegiatan itu tanpa ada percakapan sepatah katapun selain ucapan Krystal yang pertama tadi.

"Baiklah, kau sudah makan dan minum obat, sekarang tunggu duduk sebentar baru boleh berbaring lagi," ucap Krystal setelah menyelesaikan kegiatannya.

Dom hanya mengangguk sebagai jawabannya. Ia tidak melakukan apapun ketika Krystal mulai memasangkan baju untuknya. Ia tidak tahu darimana gadis ini memiliki baju laki-laki, tapi sikap gadis ini benar-benar berbeda dengan gadis kebanyakan. Gadis ini begitu pemberani dan pandai mengatur orang lain.

"Nah sekarang kau tidak akan kedinginan lagi," ucap Krystal setelah selesai memasangkan baju untuk Dom.

Kini gadis itu duduk di ranjang yang sama dengan Dom. Ia menatap pria itu dengan raut tenang dan bersahabat.

"Namaku Krystal, aku yang menolongmu, jadi kau harus menuruti apa kataku, kau mengerti?" ujar Krystal dengan lembut.

Dom tampak menaikkan sebelah alisnya, namun tak ada satupun kata yang keluar dari sana.

"Um maksudku untuk kepulihanmu, ah bagaimana dengan alamatmu? lalu keluargamu?" Krystal kembali menambahkan ketika menangkap ekspresi Dom.

Dom hanya menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada?" tebak Krystal, yang dibalas anggukan oleh Dom.

"Saudara?" selidik Krystal lagi, dan lagi-lagi dibalas gelengan kepala oleh Dom.

"Kerabat jauh?, bos? temanmu?, seseorang yang bisa dihubungi?" Krystal bertanya dengan keheranan yang tinggi.

Dom masih menjawabnya dengan gelengan lagi.

"Benar-benar tidak ada siapapun?" frustasi Krystal menanyakannya.

"Tidak ada," jawab Dom tenang.

"Bagaimana bisa? lalu selama ini kau tinggal dimana?, dari bentuk tubuhmu seharusnya kau bukan orang yang tidak punya tempat tinggal," heran Krystal.

Dom hanya mengedikkan bahunya saja tidak berniat menjawab. Pria itu tetap menatap Krystal dengan tenang.

"Tidak mau menjawab?" kesal Krystal.

"Tidak ada," jawab Dom lagi.

Krystal benar-benar kesal mendengar jawaban yang diberikan Dom barusan ini. Kenapa ada manusia seperti ini di Inggris?. Bagaimana mungkin dia hidup di jalanan tapi memiliki bentuk tubuh yang begitu terlatih, belum lagi wajah rupawan yang tidak terlihat seperti wajah homeless pada umumnya, dan jangan lupakan pakaian pria ini yang terbilang cukup bermerk. Apa semua itu didapatnya dari hasil mencuri?

Baiklah sepertinya pria ini memang tidak ingin mengatakannya pada Krystal. Ia tidak akan memaksanya untuk saat ini. Sebaiknya ia tidak memancing keributan apapun karena ayahnya sudah pasti akan muncul entah dari mana kalau hal itu sampai terjadi.

"Baiklah kalau kau memang tidak mau mengatakannya, atau kau memang tidak punya, aku tidak tau, tapi sekarang kemana aku harus mengirimmu? ke pusat rehabilitasi? kau tidak terlihat seperti pecandu, tapi aku tetap akan mengetesnya besok, lalu bagaimana jika memang tidak? aku harus mengirimmu ke panti sosial?, dilihat dari segi fisikmu, kau sangat tidak layak untuk dikirim ke sana karena kau ini lebih dari mampu untuk hidup mandiri," ujar Krystal panjang lebar.

"Aku tidak akan kemana-mana," ucap Dom setelah mendengar rentetan kalimat yang dilontarkan Krystal.

"Apa maksudmu?" bingung Krystal.

"Seperti yang kau bilang, karena kau telah menolongku, maka aku akan tinggal di sini," jawab Dom dengan tenang.

Krystal melebarkan matanya. Apa-apaan pria ini? ia sudah akan melontarkan protesnya kalau saja suara Dom tidak kembali terdengar.

"Dengan menuruti perkataanmu," tambah Dom.

TBC

Gimana part ini?, gimana perasaan kalian setelah baca part ini?, jangan lupa tulis komen di bawah ya, Author bakal tunggu di kolom komentar.

Dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian di sini berupa vomment karena vomment kalian adalah sumber inspirasi bagi Author. Jangan lupa untuk follow Author juga.

Oke, see you in the next chapter...

Continue Reading

You'll Also Like

679 113 12
[Dalam proses revisi] Ini tentang Dishana Revintika Albarack yang mencintai seorang Ravif. Namun, Ravif dijodohkan dan harus menikah dengan Regina Al...
17M 754K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
767K 24.2K 41
Semua orang selalu menganggapnya pria gila. Julian Giedon, pria yang pandai menghasilkan uang dengan kegilaannya yang menjadikannya salah satu pria...
3.5M 52.3K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...