When The Sun Goes Down [๐˜ค๐˜ฐ๏ฟฝ...

By Ren_lena

11.7K 3.2K 3.2K

Sejalan, tak searah. Nachandra Renjana dan Naraya Hysteria adalah dua remaja yang terbelenggu dalam trauma m... More

Prolog.
.
1. Hujan dan Duka
3. Nachandra Renjana
4. Naraya Hysteria
5. Pesan dari Chandra
6. Si Anak Penurut
7. Thanks, Ra
8. Kecewa.
9. someone to stay
10. Lo cantik, Nara
11. Dilema
12. betrayed
13. ;
14. Yang Terlupakan
15. Capek
16. Perkara Rokok
17. Dewasa Lewat Luka
18. Makasih, Maaf.
19. Taruhan
20. "Tuhan kita beda."
21. Belajar Menerima Diri
22. Apa Kabar?
23. Menyerah?
24. CINTA CINTA TAI MONYET
25. Kilas Balik
26. CHANARA๐Ÿ˜๐Ÿ˜˜
27. Ruang Hampa
28. Monokrom
29. Pasrah.
30. Serpihan Hati
31. Belenggu
32. Penawar Luka
33. ecstasy.
34. Keputusan
35. an angel
36. sun and moon
37. party's over
38. Perkara Kucing
39. affection โš ๏ธ
40. kinda jealous?
41. took a chance
42. Luka dan Deritanya
43. Lika-liku Keadaan
44. Buyar
45. no options
46. Pacaran Jangan di Sekolah
47. Panggung Sandiwara
48. dive ends bleed
49. Pelipur Lara
50. Tentang Rasa
51. Hilang Arah
52. fall apart
53. Kota Mati
54. Pendatang Baru
55. Petunjuk
56. Hampir
57. Satu Padu
58. Kelinci Manis
59. scanzo
60. murder
61. some people go
62. attractionโš ๏ธ
63. tragedy, comedy
64. crave
65. no time to count
Epilog.

2. Satu Atap

517 128 72
By Ren_lena

Tok tok tok. 

Hening.

Tiba-tiba muncul sosok familiar bertubuh tinggi dari balik pintu masuk tanpa permisi, kepalanya menggeleng heran sekali melihat kekacauan yang terjadi di depannya, pantas saja pemilik rumah ini tak mendengar ketukan pintu barusan.

Ternyata dia tidak sedang sendirian, melainkan di belakangnya telah berdiri sosok asing, adalah seorang anak laki-laki berpenampilan rapih, dengan ripped jeans biru muda, enggan mendekat jika saat itu Farhan tak mendesak masuk.

Dia berkulit tan, tidak terlalu coklat juga tidak terlalu putih, bentuk badannya yang tegap dan sedikit berisi untuk ukuran seorang laki-laki seumuran dengan Naraya. Singkatnya, postur badannya tergolong ideal.

"Masuk, Chandra. Gak usah sungkan, kan saya udah bilang...." Selebihnya tak bisa didengar jelas apa yang mereka bicarakan.

Farhan merangkul anak yang diketahui bernama Chandra tersebut, kemudian mendekat tanpa ragu. Setau Naraya pria ini adalah Adik kandung Dirman Ayahnya yang paling dekat dengan almarhum semasa hidup. Hubungan antara Farhan dengan keluarga ini juga terjalin cukup baik termasuk hubungannya dengan gadis itu. 

"Naraya udah makan??" Tatapan mata Farhan sangat tenang seolah memberi kehangatan tersirat.  Beliau pun masih ingat bagaimana hubungan kekerabatan keluarga ini seperti saat terakhir bertemu.

"Hm b-belum Om. Tenang aja nanti aku makan."

Jujur saja, sebenarnya Farhan tidak menyangka di saat begini Naraya masih bisa terlihat begitu tegar, bahkan ia tidak memperlihatkan sisi lemahnya pada siapapun selama ini?

Duda berusia muda itu tersenyum teduh sesekali dia akan tersenyum ke arah anak laki-laki di samping kirinya, anak itu tampak kurang nyaman dengan suasana canggung di sini sebab ternyata tidak ada satupun yang menyapanya sejak pertama menapakkan kaki di rumah ini.

"Eh Pak, ini loh anak yang saya bilang ... Si Chandra anaknya Pak Alta. Dulu kan lumayan dekat sama almarhum." Farhan terkekeh memecah kecanggungan.

"Oh temennya, Dirman?" Naraya melirik jengah ke arah Anwar mendengar nama ayahnya disebut-sebut.

"Iya, Pak. Dulu keluarga mereka yang sering ngasi pinjeman uang dan peluang kerja juga dulu. Sampai Farhan dan Dirman bisa berkerja dan hidup sukses seperti sekarang." 

Senyum Anwar mengembang  ke arah anak lelaki itu yang mana hal tersebut bahkan sesuatu yang tak pernah diterima Naraya selama beberapa tahun belakangan ini, senyuman hangat pria tua itu justru menyesakkan hatinya.

"Oalahh! Yang pinter itu?"

"Ohiya dong! Pinter anaknya hehehe," hebohnya membanggakan.

"Nachandra, sapa Kakek." Farhan menyenggol lengan Chandra pelan.

"Eh iya, iya. Kek hehe." Nada suaranya menurun makin tak nyaman, akan terdengar sangat sopan bagi siapapun yang mendengar.

Tanpa sadar Naraya mulai menggerakan netranya memperhatikan bocah itu dari ujung kepala hingga kaki, ah, kebiasaan lama, lalu smirk meremehkan, namun sepertinya dia tidak sadar sama sekali sedang diperhatikan seintens itu.

Bertingkah seperti orang bodoh Chandra malah menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kakinya seperti terjaga agar tidak kelepasan jingkrak-jingkrak terlalu lama berdiam diri dalam suasana canggung seperti ini. Sesekali mendeham serat di tenggorokan usaha agar terlihat tenang, padahal yang Naraya liat justru sebaliknya. 

"Yaampun udah lama kamu nggak ke sini ya, silahkan duduk." Tiara tersenyum menyambut Chandra dengan baik. 

Hah, bagaimana mereka tau? Memang benar sih sudah cukup lama sejak ia dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke Bandung beberapa tahun yang lalu. Mereka tidak berniat kembali ke Jakarta pada awalnya, entah apa yang mengubah pemikiran sekeluarga. 

Dan lelaki bernama lengkap Nachandra Renjana ini adalah seorang anak dari seorang pengacara wanita yang namanya lumayan dikenal luas di kalangan petinggi negara.

Sedangkan Farhan adalah seorang direktur utama dalam sebuah perusahaan milik ayah dari anak asuhannya ini, setidaknya bukan seperti di cerita fiksi kebanyakan yang akan menampilkan peran utama sebagai CEO muda.

Dan lihatlah, benar dia hanya seorang pemuda biasa yang sedang sibuk dalam masa pemulihan serta menemukan jati diri.

"Gimana? Sehat?" Itu Dean, terlihat jelas senyumnya tampak sangat dipaksakan.

"Tengah-tengah, alhamdulillah nggak sampe gila hehe." Semuanya tertawa sedikit dibuat-buat kecuali, Farhan, sedangkan Naraya melirik jijik ke arah mereka. Tenangnya orang diam memang memperhatikan sedetail itu 

"Enakan di sini apa di sana?" tanya Farhan basa-basi. 

"Hmm di sini nggak ada monyet ya?"

"Dih, lagi serius juga, random amat lo!" protes Dean serius. 

Kali ini gelak tawa para orang dewasa itu sungguhan meledak dibuatnya oleh jawaban tidak masuk akal bocah SMA ini sampai-sampai Naraya yang tadinya santai menyeruput teh gelas hampir saja tersedak. 

Lumayan lah, tidak buruk juga.

"Ya bukannya kamu monyetnya, Chan. Hehehe, " canda Farhan menaik-turunkan alisnya, kalau dilihat-lihat mereka sangat akrab Naraya menggigit bibir bawahnya merasa iri.

"Bakat ngelawakmu lucu, tapi lebih bagus dipendem si," gumam Chandra pada Farhan.

Mereka kembali melepas tawa, jelas berbeda dari sebelumnya. Lelaki itu terlalu sering memerhatikan kebiasaan manusia saat tengah berinteraksi dengan sesama seperti halnya sekarang tawaan palsu sebagai topeng untuk menutupi sifat asli mereka.

Tidak bisakah orang-orang di sini berhenti memalsukan sesuatu? Dia benci mendapatkan atensi palsu dari orang asing.

Setelah berhasil berbincang-bincang sedikit memperlihatkan kemampuan berbicaranya bocah ini jadi lebih memilih banyak diam. Seseorang di ujung sana tengah memikirkan apa yang membuatnya tiba-tiba saja bersikap seperti orang linglung.

Aneh.

"Naya, ganti baju sana ke kamar udah sore," titah Tiara sedikit membuyarkan lamunan Nachandra hingga melirik ke arah anak gadis di di ujung sana, penampilannya tampak menyedihkan dengan seragam sekolah basah kuyup begitu.

"Naya? Apa itu Naraya?"

Rasanya tidak ada yang suka bangun pagi, mungkin hal ini tidak berlalu bagi mereka yang punya kehidupan serba senang, bahagia di mana-mana. Coba tebak bagaimana dengan dirinya?

Hidup saja tak mau, kenapa harus produktif?

Kadang terpikir sesekali sebenarnya dia ini memang malas atau memang dasarnya tidak punya gairah hidup?

Pagi sekali Naraya harus menyiapkan sarapan untuk Bunda Tiara, Kakak tirinya dan Dewa bocah kecil satu itu. Meskipun agak tidak ikhlas, dan terkesan terpaksa tetap dikerjakan juga.

Caci makian sering melontarkan bahkan pada bagian terburuk mengatakan gadis itu tidak bisa memasak walaupun dia adalah orang yang selalu menyiapkan sarapan di pagi hari.

Ya kasarnya mereka itu memang tidak tau diri. Tak peduli lah, Naraya hanya tak mau ambil pusing yang terpenting hari ini hari harus terus berjalan seperti hari-hari biasa.

"Naya harus kuat, di luar sana banyak orang-orang jahat. Naya gak boleh sakit, naya gak boleh sedih."

Disekanya cairan bening terjatuh di pelupuk matanya. Mengingat almarhum Ayah dia jadi merasa bersalah.

Bersalah karena dirinya menangis, bersalah ternyata tak sekuat yang dibayangkan, bersalah mengingat fakta bahwa Ayah meninggal oleh sebab ulahnya. 

"Gue satu ya."

Kaget bukan main refleks menoleh ke arah sumber suara Naraya tersentak melihat siapa yang telah berada di sampingnya.

Apa-apaan?

Heh, layaknya genre drama mendadak berubah komedi.

Tepatnya ia tak menyangka anak lelaki ini masih ada di rumahnya, tidur di rumah gue dia?

"Hah?!" Gadis itu menoleh."Apaan si?"

Alih-alih mengambil roti di piring Nachandra justru merampas roti milik si gadis menaikkan lengannya ke atas agar gadis bertubuh pendek ini semakin kesulitan meraih rotinya. Maka. terjadilah tarik-menarik di antara mereka.

Naraya berteriak frustrasi sangat kesal benar-benar tak rela hak kepemilikannya dirampas oleh anak asing tidak ia kenali.

Dilihat dari kejauhan seperti mereka sedang bermain kejar-kerjaran biasa bak anak remaja masa kecil kurang bahagia. Tak peduli sampai mana yang jelas salah satu di antara mereka tidak ada yang mau mengalah.

"Dikit."

"Enggak! Ambil yang lain kan bisa!"

"Dikit."

"Dih, maksa ya! Anjiii" 

"Dikit, please."

"KOK LO MAUNYA PUNYA GUA SIH?!"

"Gue nggak mood mesti balik ke sana buat ngambil." Chandra menatap ke arah meja makan, telah berjarak jauh di depan mata.

Memang dasar pemalas?

Rupanya dua anak adam dan hawa ini tengah bermain kucing-kucingan dari dapur hingga menuju ke ruang tamu tanpa disadari.

"Huftt."

Helaan napas kelelahan. "Memperibet hidup sendiri sih." Lalu menyilangkan kedua tangan ke depan. 

"Ya lo juga ribet amat mesti banget ya ngejar gua sampe sini?" balas Nachandra sinis.

Tunggu dulu, dia baru sadar anak ini mengenakan seragam sekolah yang persis dengannya. Alih-alih bertanya, ia justru mengunyah roti miliknya sambil melamun.

"Punya gua ... akhirnya lo yang makan juga kan? Percuma gua lari sampe sini," gerutunya sembari.menarik tasnya yang mulai merosot ke bawah.

Sementara lawan bicaranya masih tak menjawab.

Dia anak SMA?

"Fyi, gak usah heran gue tinggal di sini."

"Hah?! Eh anjing?

.

.

.

.

.
Jangan lupa vote, dan komen yaa makasihh

Continue Reading

You'll Also Like

422K 46.4K 21
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
2.5M 122K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET ๐Ÿšซ "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
6.6M 278K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
179K 17.1K 25
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...