Hope & Dream Project

By KiHoop_

1.1K 256 28

Hope..... Sebuah kata yang selalu diucapkan manusia. Sebuah kata dengan makna yang dalam. Sebuah kata yang ma... More

Hope & Dream Project
He chap.1
He chap.2
He chap.3
Fixing This Broken (D)ream prologue
Fixing This Broken (D)ream chap. 1
Fixing This Broken (D)ream chap. 2
Fixing This Broken (D)ream chap. 3
Fixing This Broken (D)ream Epilogue
Same Frame chap.1
Same Frame chap.2
Same Frame chap.3
Reach The Sun
Don't cry, brother! chap. 1
Don't cry, Brother! chap.2
Don't cry, Brother! chap. 3
I wish I Could Hug You One Last Time chap.1
I wish I Could Hug You One Last Time chap.2
I Wish I Could Hug You One Last Time chap.3
I Wish I Could Hug You One Last Time epilog
Hope : Hug prolog
Hope : Hug chap.1
Hope : Hug chap.2
Hope : Hug chap.3
Egoisme chap.1
Egoisme chap.2
Egoisme chap.3
Scenario chap.2
Scenario chap. 3
I Hope You Never Leave Chap. 1
I Hope You Never Leave Chap. 2
I Hope You Never Leave Chap. 3
Memorimasu chap.1
Memorimasu chap.2
Memorimasu chap.3
One Point chap.1
One Point chap.2
One Point chap.3
~ END ~

Scenario chap. 1

25 8 0
By KiHoop_

*╔══════❖•ೋ° °ೋ•❖══════╗*

[Bakugou Katsuki X Reader]

Scenario




by:

ryuko132

*╚══════❖•ೋ° °ೋ═══•❖═══╝*

"Hey, Katsuki. Apa kau ingat waktu itu?"

Aku menggenggam tangannya lembut.

"Waktu itu, aku mati-matian bertahan. Dan tentu saja kau meledak seperti biasa."

Aku melepaskan genggaman tanganku lalu beralih ke pisau, mengupas apel merah ranum pemberian tetangga sebelah.

"Hm?" Sahutku sembari mengupas kulit apel. "Maa.... Mungkin kau benar. Tapi, waktu itu kau sangat menyeramkan, Katsuki."

Aku membuang kulit apel ke tempat sampah, "Hey bodoh, kau mengaca dulu. Lihat sendiri tampang menyeramkanmu, itu!"

Aku memotong apel itu menjadi beberapa bagian kecil, "Maa, aku ceritakan saja. Toh, kau mungkin berpikir kalau kaulah yang paling tampan sedunia ini."

⏳ ⌛ ⏳

[ 12 tahun lalu ]

Kalau tak salah, kejadian mengerikan itu terjadi di musim gugur 12 tahun lalu.

Seorang villain membunuh kedua keluargaku tepat di depan mataku.

Setelah itu?

Haha, aku tak begitu ingat. Yang aku ingat cuma berada di rumah sakit untuk waktu yang cukup lama kemudian dilempar kesana kesini oleh kerabat yang tak mau repot mengurus anak ataupun menambah beban keuangan.

Maa, sejak insiden itu aku tak begitu peduli dengan lingkunganku. Mau dilempar ke Osaka, ke Tokyo, ataupun ke panti asuhan pun aku tak peduli. Toh, semuanya tak bisa kembali.

Keluargaku tak bisa kembali lagi.

Ah satu hal lagi yang direbut dariku.

Suaraku.

Kata dokter, aku syok karena insiden villain yang menerobos rumah. Kata dokter juga, aku terkena selective mutism atau apapun itu.

Intinya, aku tak bisa bicara.

Namun, pasangan itu mengadopsiku yang bukan siapa-siapa ini.

Dan begitulah, aku bertemu dengannya, si sialan yang mengacaukan hidupku.

Bakugou Katsuki namanya. Seorang anak berambut blonde ash dan bertempramental buruk yang bakal menjadi kakak ku.

Awalnya aku mengira dia iri karena kedua orang tuanya lebih memperhatikan diriku. Dia mulai menyuruhku melakukan ini itu ketika hanya ada kami berdua.

"Oi! Ambilkan air minum!!"

Aku mengangguk.

"Oi jelek, belikan aku es!"

Aku mengangguk.

"Kuso yarou, bersihkan lantai!"

Aku mengangguk.

Hm? Tidak tidak... Aku tak melakukan semua perintahnya karena berharap aku bakal menjadi seperti Cinderella yang disiksa oleh ibu dan kakak tirinya. Aku juga tak berharap ada ibu peri tau pangeran yang menyelamatkanku.

Logika ku jauh realistis dan simpel.

Aku ini seorang anak yatim piatu yang tak memiliki apapun. Sedangkan Katsuki adalah anak dari pasangan baik hati yang mengadopsi aku. Oleh karena itu, aku harus membalas budi agar tak dicampakkan.

Sudah itu saja.

Simpel bukan?

Tapi yah, sepertinya acara balas budi ini beralih ke sesuatu yang di luar kendali ketika Katsuki bertemu teman-teman barunya.

"Hoi, Bakugou!!"

Aku menengok kumpulan anak laki-laki yang memanggil Katsuki.

"Ayo main ke hutan!" ajak salah seorang temannya.

"Yosh! Hoi kuso, bawa belanjaan sampai ke rumah. Aku mau main."

Aku mengangguk meskipun belanjaan itu terlalu banyak untuk aku bawa sendirian. Dengan susah payah, aku menyeret belanjaan itu.

Dan sialnya, Mitsuki-san sudah pulang.

Haha, tentu saja Katsuki kena marah karena membiarkan diriku membawa belanjaan sendirian.

Bagaimana kalau [Y/N] diculik, bagaimana kalau [Y/N] pingsan di jalan, bagaimana kalau terjadi ini itu.

Katsuki menatapku seolah-olah aku lah yang salah, seolah akulah si pengadu.

Tapi hey, aku menutup mulutku rapat-rapat sejak ada di panti. Aku tak mungkin memberitahu Mitsuki-san.

Sejak itu, Katsuki seperti menaruh dendam padaku. Ia sering mengajak diriku keluar, bertemu teman-temannya, lalu membully aku dan seorang anak berambut hijau, Midoriya.

[Musim semi, tahun pertama SMP]

"Selamat karena sudah masuk SMP!!" kata Mitsuki-san ceria.

Aku menulis di kertas lalu menunjukkannya ke Mitsuki.

{ Arigatou, Okaa-san. Aku akan berjuang! }

Ha, jangan pedulikan kata-kata itu. Itu semua cuma omong kosong. Mana berani aku menyebut Mitsuki dengan Okaa-san?

"Oi, ayo berangkat."

Aku mengangguk lalu mengikuti Katsuki dari belakang.

Singkat cerita, aku, Katsuki, dan Midoriya sekelas. Ditambah, sifat Katsuki semakin menjadi-jadi.

Ia menghajarku di luar dan baik padaku di rumah.

Seperti hari ini.

DUAAKK!!

Aku dihujani bola basket di lapangan.

Siswa lain? Pfft, jangan tanya! Mereka mendukung Katsuki karena aku tak pernah bicara di kelas. Meski disuruh guru, aku menolak bicara sampai Mitsuki-san dipanggil kepala sekolah.

Tapi ya.... sekolah tak bisa melepaskan aku yang merupakan si pemenang lomba.

"Hoi! Kau mengganggu tahu!" seru seorang anak.

DUAKK!

Sekali lagi aku dilempari bola.

"Wajah jelek! Bisu!! Kau pakai cara curang apa sampai nilaimu bagus, hah?!!"

Aku mengambil bola yang menggelinding di dekatku.

"Bakugou, aku kasihan padamu."

"Hah? Pengemis sialan itu bukan keluargaku. Dia cuma parasit." Bakugou melempar bola basket ke arahku dan pas sekali mengenai wajahku. "Aku harap kau hilang saja dari dunia ini."

Nyuut....

Aku memegang pipiku yang terkena bola tadi.

Sakit.

"Oi kuso, bereskan tempat ini."

Sungguh, aku ingin kembali ke masa-masa itu. Aku ingin kembali ke masa dimana keluargaku masih hidup dan masa dimana aku tak perlu bertemu denganmu.

"[Y/N]-san!!" Midoriya berlari menghampiriku. "[Y/N]-san, daijoubu? Gomen ne aku seharusnya tak meninggalkanmu."

Aku mengangguk paham.

Midoriya tak salah apa-apa. Dia cuma pergi dipanggil ke ruang guru. Itu saja.

"UKS! [Y/N]-san, kita harus ke UKS!"

Aku menggeleng lalu menunjuk bola basket yang berserakan.

Midoriya mengangguk paham, "Wakatta, aku akan bantu agar [Y/N]-san bisa ke UKS!"

Ya, Midoriya Izuku adalah satu-satunya orang yang peduli padaku di sekolah.

[ Musim dingin, tahun ketiga SMP ]

Aku mengunci pintu kamar lalu mengoleskan salep pada luka lebam di sekujur tubuh.

Ah, parah.

Padahal aku ada janji dengan Midoriya sore ini. Bagaimana kalau ia mengetahui luka lebamku? Bagaimana kalau ia mengadukannya pada Mitsuki-san?

Bisa mati aku dihajar Katsuki.

Tapi.... Midoriya bakal lebih curiga kalau aku tak datang.

Aku memakai pakaian paling tebal dan paling tertutup yang aku miliki, mengambil tas beserta keperluanku lainnya, lalu pergi keluar setelah mendapat persetujuan dari orang tua angkatku.

PatrikBucks, sebuah kafe di salah satu pusat perbelanjaan, menjadi tempat janjian.

"[Y/N]-san!" Midoriya melambai-lambaikan tangannya. "[Y/N]-san!"

Aku mempercepat langkah.

Sekali lagi, Midoriya tersenyum senang begitu aku sampai di depannya, "[Y/N]-san, ayo masuk dulu."

Aku mengangguk lagi. Kami memesan makanan yang bakal menemani pertemuan kecil ini.

"Kau mau apa, [Y/N]-san?"

Seperti biasa, aku menunjukkan tulisanku di catatan.

[ lava cake, toppoki, dan nilo float ]

"Um, [Y/N]-san duduk dulu saja."

Aku mengangguk. Toh, lebih baik mengamankan tempat daripada berdiri tak melakukan apa-apa.

Tempat yang aku pilih ada di pojok yang sepi. Alasan? Aku tak ingin terlihat mencolok nantinya.

"Omatase, [Y/N]-san!" kata Midoriya yang membawa nampan berisi pesanan. "Jaa, bagaimana kalau kita mulai?"

Aku mengangguk, menarik napas lalu membuka mulut,

"N-n-a....  Nam-a k-ku... [Y-y-N]."

"Sugoi [Y/N]-san!"

Yap, aku berlatih mengembalikan suaraku. Dan Midoriya dengan sangat senang hati bersedia menemaniku. Well, sebenarnya Midoriya yang mencetuskan ide ini. Kami berlatih diam-diam. Midoriya akan membantuku berlatih bicara.

"[Y/N]-san, ini bagaimana caranya?" tanya Midoriya yang menunjukkan satu soal matematika.

Aku menulis cara beserta penjelasannya di catatan lalu menunjukkannya ke Midoriya.

Yap, Midoriya membantuku bicara. Sebagai gantinya, aku mengajari dia tentang pelajaran yang tak ia pahami.

Yah, sesama bahan bully, kami semakin dekat. Midoriya juga anak yang baik jadi aku merasa nyaman dengannya.

Namun, belakangan ini, Midoriya terlihat berbeda. Em... dia terlihat lebih berotot?  Seperti dia tiba-tiba ingin membentuk badannya.

[ Kau menyembunyikan sesuatu dariku? ]

"E eh?"

[ Belakangan ini kau terlihat berbeda ]

"I iie! Aku tak menyembunyikan apapun."

Bohong.

Tapi ya sudahlah. Toh, semua orang punya rahasianya masing-masing.

Sekitar 2 jam lamanya aku dan Midoriya berbincang ria (meski aku pakai tulisan). Kami pun memutuskan untuk pulang.

"Jaa, aku lewat sini, [Y/N]-san."

"I-Izu."

"He? [Y/N]-san tadi baru menyebut namaku??"

Aku tersenyum lebar, "Ma-mata-ne Izu."

Continue Reading

You'll Also Like

98.4K 17.7K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
1.5K 146 13
Lu x part 3 dah intinya. So ini cerita xReader pertama gw, maapin dah klo emang kurang seru ato kurang memuaskan. Kalau ada inspirasi lagi, gw bener...
11.8K 1.6K 29
┏━━━━°⌜ Sena Izumi x Reader ⌟°━━━━┓ -ˋˏ [ AU Nobleman ] ˎˊ- Langkah yang ia ambil demi sebuah pengampunan nyawa. Meski ia tahu itu adalah sesuatu yan...
454K 4.8K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...