[FF] BE MINE •Markhyuck ^END

By eroz_theo

433K 48.5K 16.6K

Markhyuck ff Rate 18++ Dua anak rp gabut yang menuangkan ide dalam cerita Dua Author : Eroz dan Theo [Bagian... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
liat dulu
27
28
Numpang nanya
29
30
31 end
32
baca dlu bentar
34
35 [End]
Bonchap
Bonchap again
mau gak ?
Be mine part 2 publish !!!

33

4.9K 474 47
By eroz_theo

Happy reading. Jngn slh lapak ya neng. Skian.

Plis. Ga bisa ngetik NC gmn ini :/

Gw skip aj ya..

LuMi Lapak
(bxg)
Ga suka skip aja.
.
.
.
.
.

"LAMI !"

.

Jika saja itu bukan Lucas, Lami mungkin sudah menusuk orang yang menekan bel pintu kamar hotelnya seperti kesetanan itu.

"Wanita gila !!" Kalimat  dari Lucas setelah pintu kamar dibuka oleh lami menjadi penyapa pagi ini.

Senyum Lami mengembang melihat muka bantal Lucas yang bahkan tidak srmpat mencuci muka ataupun menggosok giginya.

"1 : 0"

"Ha ?"

Lucas berkacak pinggang dengan masih menetralkan nafasnya yang memburu. Setidaknya itu adalah akibat dari dia tidak menggunakan lift dari lantai satu hingga ke lantai 5 karna penuh sesak.

Lami tidak menjawab. Ia hanya berjalan masuk ke dalam kamarnya tanpa mempersilakam Lucas masuk. Tapi ya Lucas tau kebiasaan Lami yang buruk. Ia tau hampir keseluruhan kebiasaan tidak sopan gadis itu. Jadi dia merasa harus mengimbanginya juga. Sehingga ia masuk ke dalam dan menutup pintu terlebih dahulu sebelum duduk di sofa ruang tamunya seperti ini adalah kamar inapnya sendiri.

"Mendadak ?" Tanya Lucas yang melihat Lami berjalan ke arah pantry dapur yang ada di dekat ruang tamu tersebut.

"Siapa bilang ?"
Lami malah balik bertanya.

Lucas beradu tatap dengan lami yang kemudian dibuahi sebuah tawa kecil dari gadis yang kini tidak menggunakan satupun riasan di wajahnya.

Jujur, Lucas lebih menyukai sosok yang sekarang dari pada Lami yang biasanya. Meskipun bengkak dan merah dimatanya tidak dapat memungkiri apapun jika Lami menderita dalam sendirinya.

Ia tidak memiliki tempat untuk berkeluh kesah. Tidak ada orang yang menjadi penyemangatnya. Tapi ia tetap bertahan. Sanggup hidup dengan makian dan gunjingan sana-sini hanya untuk rasa sakit hatinya. Ya, luka dihati Lami lah yang menjadi penguat dan penyemangatnya sekaligus. Menjadi daya extra yang dimilikinya.

Meskipun sekarang dapat Lucas lihat dengan jelas jika daya itu sudah habis.

"3 jam katamu. Jam 7." Lucas memperhatikan jam dinding di ruangan tersebut dan mengingat pembicaraan mereka yang singkat di telepon.

Untungnya jalanan masih belum terlalu macet pagi buta ini. jadi Lucas yang tiba-tiba menjadi ghost rider tidak terlalu kedulitan mencapai hotel dalam waktu 30 menit.

"Ouh. Salah hari. Ternyata besok."

Walaupun kesal, Lucas menghela nafas lega.

"Dasar gadis gila."

Lami berjalan mendekat kepada Lucas, melemparkan sebuah kaleng minuman soda dingin yang diambilnya dari kulkas.

Lucas mengamati minuman itu ditangannya.

"Soda ?" Tanyanya heran.

Ia beranjak berdiri dari tempat duduknya dan kembali membuka kulkas 4 pintu milik lami. Benar saja. Semua hal di dalam kulkas besar tersebut hanya berisi bir, soda, dan beberapa jenis minuman keras.

Lucas berbalik dan menatap datar pada Lami.

"Dari pada kuberi wine kan ?"

Lami seolah membela diri tapi tidak benar-benar melakukannya.

Lucas menghela nafas berat. Lagi.

Setidaknya ia masih memiliki pola hidup yang sehat dengan mengonsumsi air mineral dan jus buah pir atau apel di pagi hari. Bukan menawari cola yang bisa merusak lambung karna asamnya.

Lucas mengamati Lami. Ia melihat sosok mengerikan itu sedang terlihat lelah di dalam diri gadis itu. Memperlihatkan tubuh letih pula dari pemilik raga tersebut. Mata bengkaknya mempertegas banyak hal, jika ia lelah. Sangat.

Lucas mengagumi sosok yang sekarang berdiri di depannya itu. Rapuhnya adalah wujud terkuat dari dirinya yang selama ini dia lakoni. Semua peran antagonis dan rasa sakitnya menjadi jawaban yang berkesinambungan.

Lucas tidak membenarkan pola pikir gadis itu tentang dendam dan sisi penghancurnya, tapi Lucas jika berada di posisi Lami, ia akan melakukan hal yang sama.

Sekarang dendamnya sudah tidak berarti apa-apa. Johnny sudah hancur karna ulahnya sendiri pula. Memanfaatkan Haechan dan bersembunyi di balik nama laki-laki itu juga bukan hal yang rasional lagi untuk dipikirkan.

Apa yang tersisa ? Sosok yang kini berdiri tanpa riasan apapun di depan Lucas. Memperlihatkan cekungan mata dan hitam di kelopak bawahnya dengan sangat ketara. Bekas garis yang aneh di sekitar wajah dan lengan tangannya yang tidak tertutup kaos. Atau bahkan kuku palsu yang berusaha menyamarkan ketidak adaan tulang tipis di ujung jarinya.

Hanya satu kata yang bisa Lucas gunakan untuk menggambarkan gadis remaja yang berjarak 4 bulan darinya itu.

Hebat

Terlepas dari salah benarnya apapun yang dia lakukan, Lucas mengagumi sosok yang berdiri seolah menantang takdir dan tuhan di depannya dengan begitu kokoh meskipun menyisakan dirinya yang hampir setengah mati. Tapi ia tetap bertahan. Walaupun kini berniat melarikan diri.

Lucas mendekat. Tangannya tiba-tiba terangkat. Lalu mengelus kecil kepalanya.

"Hiduplah dengan baik setelah ini, gadis gila." Ucapnya berhias senyuman terbaik yang bisa berikan disela-sela kekaguman dan rasa sedihnya.

Tangannya terbuka ke sisi tubuh Lami. Mempersilakan gadis itu untuk merengkuhnya. memberikan servis terbaik dari rasa hancur dengan pelukan hangat dipagi hari.

Lucas mendekap tubuh rapuh yang sangat pas di dalam pelukannya itu. Membiarkan Lami yang tiba-tiba mulai membasahi baju tidurnya, mengelus kepala dan punggungnya seolah memberi waktu ekstra agar gadis itu bertahan.

"Paris kota yang indah. Berbahagialah disana. Aku akan berkunjung sesekali. Jadi tetaplah hidup." Entah kenapa kalimat itu yang difikirkan oleh Lucas saat ini.

Disatu sisi, ia memiliki ketakutan. Sosok kuat yang kini direngkuhnya dalam rapuh itu hanya mencari 'tempat' lain untuk mengakhiri hidupnya. Jauh dari orang-orang untuk menyudahi drama Tuhan yang melelahkannya.  Hingga tidak ada yang menyadari jika ia lebih dulu menyudahi rasa sakitnya.

Sebuah tawa kecil dan pukulan di dada Lucas menjadi jawaban. Bukannya Lucas lemah atau sejenisnya. Tapi pukulan tangan itu terasa tidak main-main. Jadi dia mengaduh kesakitan.

"Hari ini, kita akan menghabiskan waktu bersama. Kita sudah lama tidaj berjalan-jalan kan.. Ayo kuta lakukan lagi seperti dulu. Dan ayo lakukan juga di Paris nanti. Berdua. Okey ?" Ucap Lucas setelah menangkup kepala Lami dan mengamati lamat-lamat bagaimana linangan air mata itu lolos dari tempatnya dengan begitu berani.

Lucas entah kenapa selalu bersyukur atas segala hal yang dilakukan Lami. Setidaknya, ia menjadi satu-satunya orang yang tau segala kondisi Lami. Termasuk sisi rapuhnya ini.

Lucas harap hanya dirinya yang mengetahui hal tersebut.

.
.
.
.
.

Sesuai janji.

Tidak. Sesuai permintaan Lucas, mereka kini tengah berjalan-jalan santai di tepian taman sungai Han yang luas. Hari masih sangat siang. Setidaknya Lucas bersyukur jika sekarang adalah satu dari sekian hari libur yang dia miliki di hari-harinya hang padat.

Lami, sosok itu tidak menutupi wajahnya lagi dengan topeng riasan. Dia berlaku dengan sangat manusiawi sekarang. Terlihat seperti gadis belasan tahun pada umumnya. Walaupun ia sempat mrmbuat beberapa pasang mata menatapnya terkejut dan ketakutan.

Lucas hanya mempererat genggaman tangannya. Seolah memberitahukan bahwa hal itu tidak masalah karna Lami terlihat tidak percaya diri dengan penampilannya sejak mulai ada orang yang menyadari sosok dirinya yang seperti orang depresi.

"Sarapan." Ucap Lami.

Setidaknya itu menjadi pelarian terbaik sekarang dari tatapan menyelidik dan kadian yang didapat Lami.

Mereka memutuskan pergi. Mencari rumah makan terdekat dan memesan semangkuk sarapan hangat untuk mengganjal perut.

"Kong, Ice Cream." Ucap Lami disela-sela makan mereka dengan menunjuk ke gerai mobil ice cream yang ada di jembatan atas sungai dan Lucas hanya mengangguk mengiyakan.

"Kau tetap saja anak kecil."

.
.

Lucas berbalik setelah mendengar suara teriakan-teriakan kecil dari arah belakangnya. Mengabaikan suara kerukan ice cream box di depannya.

Seseorang terlihat berdiri menjulang ditengah kerumunan yang tiba-tiba di tempat terakhir ia meninggalkan Lami. Kini mereka berada di tepi sungai Han lagi. Hanya saja mereka mencari spot yang lebih tinggi. Mereka berada diatas jembatan layang besar saat ini.

Mata Lucas membulat sempurna melihat sosok yang berdiri di tepi pembatas jembatan tersebut. Itu Lami. Gadis itu terlihat santai di posisinya yang sudah mencuri perhatian banyak orang.

Tanpa aba-aba dan menghiraukan teriakan penjual ice cream yang memanggil namanya karna meninggalkan pesanan icr cream coklat begitu saja, Lucas berlari ke arah Lami.

"Lami, turun !!"

Paniknya tepat berdiri di belakang gadis itu. Berjaga-jaga, takut salah jika ia mendekat dan meraih Lami, malah membuat gadis itu kehilangan keseimbangannya dan terjatuh ke sungai.

"Lucas." Lami berbalik dan bercicit kecil dengan senyuman mengembang di bibirnya.

"Turun. Kumohon."

"Kau ingat saat aku belajar tari balet Luc ? Aku ingin mencobanya. Liatlah." Lami mulai menapakkan kakinya dengan mantap. Memulai posisi awal dalam larian balet. Ia melakukan Plié dengan sangat baik. Tapi hal itu memicu kepanikan lebih besar. Sebab Plié merupakan gerakan untuk mengawali dan mengakhiri gerakan melompat saat menari balet.

"LAMI !! Aku akan melihatnya. Menarilah dibawah !!"

Lami terlihat mengurungkan niatnya menunjukkan gerakan sauté arabesque yang dia kuasai dengan sangat baik dulu. Ia memilih beralih dengan gerakan lain yang lebih sederhana.

Memposisikan tubuh dengan mantap dan melakukan Port de bras sebelum mulai mengangkat kakinya kebelakang. Membiarkan tubuhnya bersatu dengan angin dan membelai pelan tangannya yang terlihat lentik dan lihat dalam melakukan gerakan.

Ia melakuan gerakan sederhana arabesque croisé yang dikuasai semua penari balet.


Setidaknya kepanikan semakin menjadi ketika Lami ingin memutar tubuhnya.

"LAMI ! TURUN !!" Bentakan Lucas berhasil menghentikan aksinya. Ia berdiri dengan normal sekarang. Mengamati Lucas dengan mata berkaca.

"Apa gerakannya salah ? Aku sudah lama tidak melakukannya."

"Turun Lami ! Kumohon." Nada memelas dan penuh permohonan diberikan Lucas. Seseorang tengah berusaha menghubungi polisi setempat dan Lucas jadi semakin panik.

"Kesini ?" tanya lami dengan menunjuk ke arah sungai yang ada di sisi kirinya dan mendapat gelengan mantao dari lucas.

"Bukan ! Kesini. Peluk aku ! Sini ! Kau bilang suka tubuh kingkongku kan ? Sini !! Panggil kingkong sepuasmu !" Lucas kehilangan akal sehatnya. Ia tidak bisa memikirkan hal lain. Ia hanya ingin Lami turun dan memeluknya.

"Tawaran yang bagus. Tapi aku sedang ingin bertemu Tuhan. Aku ingin membuat perhitungan dengannya."

"Lami, please. Kumohon." Air mata entah kenapa keluar begitu saja dari sudut mata Lucas. Bersamaan dengan tawa kecil Lami.

"Heh kingkong. Kenapa menangis ? Jelek."

"Jelek kan ? Turun kesini. Hapus air mataku. Aku malu. Cepat." Ucap Lucas.

Ya, ia kalap.

"Apa yang kudapat ?" Tanya Lami setelah menelengkan kepalanya.

"Aku. Kau mendapatkanku kan ?"

Senyum mengembang di bibir Lami. Ia memejamkan mata. Merasakan hembusan angin yang menerpanya di pagi hari berhias cahaya matahari yang hangat.

"Aku tidak bisa memilikimu selamanya Lucas. Aku menyukaimu. Kau tau itu."

"Ya, aku tau. Aku juga menyukaimu. Sangat menyukaimu. Jadi turunlah." Lucas mendekat selangkah lebih dekat dan masih detia mengulurkan tangannya pada Lami.

"Suka tidak bisa membuat kita bersama kan ?Aku tidak ingin kau dengan gadis cacat sepertiku. Kau bisa bersama gadis lain yang cantik dan baik hati."

"Tidak. Aku ingin dirimu bersamaku. Aku tidak butuh gadis lain. Aku hanya butuh dirimu. Ayo turun."

"Ayo menikah Lucas. Mulutmu manis sekali." Lami tertawa kecil.

"Ayo ! Kapan ? Sekarang ?"

Senyum dan tawa lebar Lami menghilang. Ia menatap sosok yang kini berada di bawahnya itu.

"Aku hanya bercanda." ucap Lami sedikit gelagapan.

"Tapi aku serius. Mari menikah. Turunlah." Lucas berjalan semakin dekat. Dan berhasil meraih tangan Lami dan menariknya dengan paksa sebelum gadis itu menolak dan memberontak banyak.

Membuat tubuhnya menjadi alas setelah Lami jatuh diatas badannya. Ia memeluk lami erat. Mrnangis terisak kemudian. Membuat Lami diam tertegun.

Lucas, sosok itu penuh kejutan untuk Lami. Ia bahkan baru kali ini melihat air matanya setelah berteman selama bertahun-tahun.

"Jangan...me..lakukan hal bo..doh seperti itu lagi. Hikd.. Aku.. Takut... Jangan pergi..."

Senyum Lami mengembang. Ia balas memeluk Lucas. Kemudian berusaha menyingkirkan kepala laki-laki itu yang mendalami perpotongan lehernya dan pangkal dada.

Melihat bagaimana wajah memerah Lucas antara malu takut dan tangisnya yang terlihat sangat lucu dan menggemaskan.

"Love you Kingkong."

"Me to. I ... L..ove you so muchh... Gadis gila." Ucap Lucas ditengah sesenggukannya.

Lalu tawa Lami menjadi pemecah semua ketegangan. Ia tidak peduli lagi dengan tatapan orang-orang.

Masih dengan posisi tengkurap diatas tubuh Lucas, memperhatikan Lucas yang menangis sesenggukan seperti anak kecil, Lami mengecup bibir lelaki tiang itu dalam.

Mempertegas sedikit lumatan gemas dan di balas sama pula oleh sang dominan dengan sesapan pelan. menekan tengkuk Lami ke bawah agar memperdalam tautan mereka.

Tidak mengindahkan suara sirine mobil polisi yang perlahan mulai mendekat. Mereka hanya saling mengecup. Melumat dalam diam. Dengan penuh kasih tanpa paksaan.

.
.
.
.
.
.
.

Lami membuka matanya. Pukul 9 malam. Ia merasa sangat lapar. Ia hanya menyentuh makan dan minum ketika tadi pagi di resto sungai Han dengan bayi besarnya yang menangis seperti anak kecil beberapa jam yang lalu.

Lucas.

Lami melihat pada sisi ranjang disebelahnya. Laki-laki itu terlihat dalam dalam tidurnya. Terlelap tanpa busana sama sekali. Sama seperti dirinya. Ia tidak membayangkan melakukan semua ini dengan Lucas. Sejauh ini.

Lami mengamati sosok Lucas yang tertidur telentang dari samping. Selimut menutupi tubuhnya hingga batas perut. Bagian dada keatas menjadi pemandangan memabukkan untuk Lami.

Rona merah kembali hadir di pipi gadis itu. Ia tidak membayangkan bagaimana ia berakhir dalam kungkungannya setelah memantapkan diri untuk mengakhiri hidup.

Tawaran bersama, hingga menikah yang diucapkan Lucas cukup menggiurkan untuknya.

Lami mendekat. Mengecup pipi Lucas sebelum membenamkan diri di pelukan sepihak itu. Membiarkan tubuhnya tanpa baju kembali menyentuh tubuh lucas. Membiarkan kepalanya beralaskan lengan pemuda tinggi itu.

Lucas ternyata terjaga. Walaupun matanya tertutup, ia tersenyum dan membiarkan Lami terselip ditubuhnya. Ia mengelus punggung lami pelan. Merasakan tubuh hangat yang halus bersentuhan langsung dengan kulitnya.

"Lapar." Ucap Lami dan Lucas hampir bersamaan dan membuat mereka berdua tertawa.

Mereka kemudian bangun dan memutuskan membersihkan diri bergantian di dalam kamar inap Lami, sebab gadis itu sudah bersiap dengan bogem mentahnya ketika Lucas tersenyum jahil ingin menyusup ke dalam kamar mandinya.

Ingat, Lami bahkan berjalan sedikit tertatih ketika hendak ke kamar mandi.

.
.
.
.
.

Tbc



Continue Reading

You'll Also Like

55K 5.1K 31
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
83.5K 7.3K 79
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
247K 26K 28
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
300K 32.6K 34
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...