NAGEN : MY TOXIC BOYFRIEND

ayufaziraa által

224K 15.3K 2.1K

Awalnya, Kyomi mengira Nagen itu adalah sosok laki laki penyayang yang memiliki hati selembut mendiang Ibunya... Több

1. BERAWAL DARI SINI
2. SEMAUNYA NAGEN
3. DI PANGKUAN NAGEN
4. CARA PEMBALASAN NAGEN
5. LO MILIK GUE
6. SI BRENGSEK NAGEN
7. UNGKAPAN SAYANG
8. IBLIS BERWAJAH TAMPAN
9. BERUJUNG NARSIS
10. RASANYA BEGITU SESAK
11. MENCINTAI DENGAN KEKERASAN
13. CINTA YANG MENYAKITKAN
14. PERMINTAAN NAGEN
15. MEMINTA BANTUAN
16. TIGA PERMINTAAN KYOMI
17. KECUPAN SI IBLIS TAMPAN
18. SATU DARI BEBERAPA ATURAN
19. SEPAKET RASA SAKIT
20. UNDANGAN KHUSUS
21. NAGEN, MY TOXIC BOYFRIEND
22. SISI LAIN NAGEN
23. SEKARANG APALAGI?
24. SYARAT WAJIB
25. DICAMPAKKAN
Lanjutan Nagen in September
26. YANG PALING DIHINDARI
27. HARI PALING SAKIT
28. MENGHILANG
COMEBACK?

12. BERLEBIHAN

5.8K 443 126
ayufaziraa által

Vote dulu sebelum baca ya.
Jangan lupa tambahkan cerita Nagen ke perpustakaan biar dapet notif updatenya

😈😈😈

Para siswi kembali berteriak kegirangan saat Nagen datang ke sekolah seorang diri tanpa Kyomi di sampingnya.

Heboh sekali terdengar sampai ke koridor anak IPS yang sebagian dari mereka juga menaruh pesona pada cowok yang kini tengah melangkah santai menuju kelasnya dengan senyuman tipis di wajah tampannya.

Kedua kalinya Kyomi tidak berangkat bersamanya. Tepatnya, Nagen libur menjemput Kyomi lantaran dia masih kesal karena Kyomi sudah berani meneriakinya bahkan mengumpatinya.

Tadi malam Nagen ngamuk mengakibatkan buku-buku jarinya luka-luka di pagi harinya. Membiarkan luka tersebut mengering dengan sendirinya. Walau perihnya kian terasa ketika Nagen mengepalkan tangan, Nagen tetap tenang dan tak terlihat menahan sakit.

Tau bagaimana nasib Kyomi? Nagen sudah melepaskannya begitu dia keluar dari toilet. Lalu tanpa berpamitan, Nagen melengos pergi. Kyomi pun tidak berusaha menahannya yang membuat Nagen kesal setengah mati sepanjang perjalanan.

Naik bus hukuman yang pantas untuk Kyomi karena sudah lancang mengabaikannya.

"Lo sama Kyomi putus Gen?" tanya salah satu siswi yang kebetulan hendak masuk ke kelasnya, namun memilih memblokir jalan Nagen.

Nagen tersenyum, "Kenapa tiba-tiba nanya gitu?"

Beginilah Nagendra Mada di mata anak satu sekolahan. Cowok sempurna nyaris tidak pernah terlihat keburukannya. Nagen di depan orang lain berbeda dengan Nagen yang ada di depan Kyomi. Sifat dan tingkah lakunya sangat berbanding terbalik.

Ramah, murah senyum, baik hati, penyayang, lemah lembut, sabar itulah deskripsi mereka tentang cucu pemilik SMA Adipati.

Otoriter, gengsian, emosian, tempramen, suka mukul, pemaksa, egois dan sifat buruk lainnya hanya Kyomi lah yang tahu.

"Abisnya udah dua kali lo nggak bareng Kyomi. Asal lo tau aja sih, lo jalan sendiri tuh langka banget buat kita-kita. Ya nggak, girls?" Silpi namanya. Cewek itu meminta pendapat kedua temannya.

"Yoi!" balas keduanya serentak. Yang satunya nyeplos, "Apa lo lagi ada masalah sama Kyomi? Karena yang gue tau kalian lengket banget. Mana tinggal bareng, kan?"

"Eh, seriusan?" Tahu-tahu gerombolan adik tingkat kelas dua mengerubungi Nagen. Jadilah Nagen terkurung dengan perasaan luar biasa jengkel. Kalau saja mereka orang asing, Nagen akan mengusirnya sekarang juga. Tapi mengingat ini berada di lingkungan sekolah, Nagen menahan dirinya sekuat mungkin untuk jangan kelepasan.

"Kalo pun gue putus dari Kyomi terus kalian semua mau ngapain?"

"Langsung tancap gas lah. Mana tau lo buka pendaftaran nyari calon pacar," kata salah satu dari mereka yang memang kalau bicara asal ceplos saja.

Nagen tertawa yang mana membuat ketampanannya semakin bertambah tiga kali lipat, "Bisa aja lo. Terus ini sampe kapan kalian ngelilingin gue? Bentar lagi bel bunyi."

"Nanti dulu dong. Jawab pertanyaan kita-kita baru lo boleh lewat."

"Oke, kalian mau nanya apalagi?"

Temannya Silpi menyahut, "Gosip soal Kyomi tinggal di apartemen lo bener, Gen?"

Alis Nagen mengerut, itu yang sejak tadi bikin dia penasaran dan bertanya-tanya dalam hati.

"Lo dapat informasi dari mana?"

"Udah nyebar kali di grup kelas. Nggak cuma seangkatan kita, mereka yang adik kelas aja tau."

Pernyataan itu mengejutkan Nagen. Nagen lagi-lagi hanya bisa mengumpat dalam hati untuk seseorang yang sudah membangunkan sisi singanya yang tertidur pulas dan ingin segera mendapatkan tempat pelampiasannya.

"Gosip itu nggak bener. Gila aja gue nyuruh Kyomi pindah ke apartemen gue sedang kita berdua aja belum mukhrim."

"Kalian... belum anuan, kan?" Pertanyaan frontal Silpi menghantarkan tawa Nagen.

"Gue menghargai semua perempuan termasuk Kyomi yang gue perlakukan layaknya ratu. Semesra apapun gue sama Kyomi, gue nggak pernah yang namanya nyium dia apalagi lebih dari itu."

"Wah, idaman gue banget sih lo! Hayu lah kapan nih jomlonya? Gue pingin deh punya pacar kayak lo gini. Bibir lo masih suci." Cewek-cewek itu mulai berisik mendengar jawaban Silpi. Mereka ikut-ikutan ingin mendaftarkan diri menjadi calon pacar Nagen.

Sifat lain Nagen yaitu bermuka dua. Kyomi saja sebagai pacarnya akhir-akhir ini muak.

"Cowok lain banyak kok, nggak gue doang." Asli, wajahnya mendadak kram sebab tidak berhenti memamerkan senyum.

"Tapi cuma lo yang kita-kita idamkan. Gapapa kalo harus melalui persaingan ketat asal bisa dapetin lo sih suatu keajaiban."

Cukup. Nagen benar-benar sudah tidak tahan meladeni para siswi sialan ini. Nagen memberikan senyum terbaiknya sebelum merespon perkataan terakhir itu.

"Maaf, gue tipikal cowok setia. Gue nggak bakalan lirik sana-sini lagi karena bagi gue Kyomi sangat-sangat berharga dan beda dari yang lain." Setelahnya Nagen meminta mereka untuk menyingkir. Lelah sekali rasanya berdiri dengan dijatuhi pertanyaan-pertanyaan tak berbobot itu. Buang-buang waktunya saja.

😈😈😈

Istirahat pertama tiba. Nagen, Yuwa serta Varen sudah duduk di salah satu kursi kantin sambil menikmati bakso kosong dan segelas teh manis dingin.

Berhubung semakin ramai, maka penuh lah puluhan kursi di sana. Sebagian siswa yang tidak kedapetan memilih membungkus makanan lalu menyantapnya di taman belakang atau di kelas masing-masing.

Meskipun dua kursi di samping Nagen tidak ada yang menempati, Nagen tidak akan membiarkan siapapun mengambilnya. Berjaga-jaga jika Kyomi muncul dan kurang beruntung tidak mendapatkan tempat duduk.

"Besok anak IPS ke puncak. Cewek lo ikutan nggak, nyet?" Yuwa melayangkan pertanyaan yang membuat Nagen menghentikan aktivitas makannya. Tidak ada ekspresi sama sekali di wajahnya. Sementara Varen yang mengenali watak Nagen pun mendengus.

"Ada apa sih sama hari ini? Cewek gue dibahas mulu. Heran."

"Wajar lah gue nanya lo. Lupa emang kalo kemarin Uriga ngajak cewek lo ke puncak?" Yuwa meloloskan helaan napasnya, "Untung aja lo nggak kalap terus mukulin Uriga. Eh, ternyata perginya nggak berdua aja, tapi rame-rame."

"Rame-rame pun kalo Uriga sengebet itu sama Kyomi pasti dia curi-curi kesempatan buat deketin Kyomi lah." Varen jujur akan apa yang terlintas di kepalanya. Kalimat yang langsung bikin Nagen tidak berselera makan lagi.

"Jam berapa berangkatnya?"

"Setengah delapan setau gue," jawab Varen seraya menegak es tehnya.

Nagen manggut-manggut saja.

"Lo nggak cemburu, Gen?"

Ya cemburu lah, bangsat! "Nggak lah."

"Temen gue pembohong ulung." Yuwa tertawa disusul Varen. Tidak mungkin seorang Nagen diam saja melihat pacarnya satu bus dengan Uriga. Ini Uriga lho. Cowok yang demen banget sama Kyomi dari zaman SMP.

"Yauda kalo lo pada nggak percaya. Lagian cewek gue nggak bakal macem-macem juga."

"Uriganya yang macem-macem, Bro." Varen tertawa lagi. Nagen yang kesal lantas melemparnya dengan sendok yang secepat kilat Varen menghindar.

"Nagen gila! Hampir aja muka ganteng gue lecet!"

"Jaga bacot lo kalo gitu."

"Idih, baperan si monyet." Varen geleng-geleng kepala lalu mencomot satu bakso kepunyaan Yuwa.

Yuwa melotot refleks menabok tangan Varen, "Bakso gue ngapa lo embat, setan?! Lo kan udah ada!"

"Bakso gue rasa jeruk, Wa. Enakan punya lo rasa anggur."

"Bangsat lo, Ren! Lo kata kita lagi makan permen pake segala ada rasa buah-buahannya!"

Varen terkekeh, "Gue membayangkan doang. Sebenernya mah gue masih laper."

"Ya pesen lagi lah oneng!"

"Utangin dulu sono. Dompet gue ketinggalan di rumah." Varen tidak tahu diri sekali.

"Lah terus ini makanan lo ntar siapa yang bayar?"

Varen mengacungkan garpunya tepat di depan wajah Yuwa, "Lo lah."

"Kampret! Enteng amat tuh rahang ye! Ogah lah anjir! Jajan gue untuk dua hari kedepan ini! Enak aja main lo utangin!"

"Parah lo, Wa. Pulang kan langsung gue transferin ke lo."

Yuwa mendengus, "Nyusahin mulu hidup lo, Ren. Pantes nggak ada yang mau sama modelan kang ngutang gini."

"Ngaca, anjing. Yang nggak lebih cakep dari gue dilarang ngatain."

"Sialan!"

Nagen yang sejak perdebatan itu diam buru-buru bangkit saat tak sengaja melihat Uriga membuntuti Kyomi keluar area kantin. Nagen meletakkan dua lembar uang merah di atas meja yang mana Yuwa dan Varen saling pandang sebelum memekik kencang. Rezeki anak sholeh ini mah!

"Alhamdulillah duit kita utuh," kompak keduanya.

Dadanya bergemuruh, mengusiknya. Nagen memantau dari kejauhan, tidak akan membiarkan dirinya kehilangan jejak keduanya. Kyomi tampak tenang dalam langkahnya sembari menjilat lolipop dan tepukan pelan di bahunya mengejutkannya hingga Kyomi berbalik dengan tatapan kesalnya tertuju pada Uriga. Uriga tertawa, Kyomi memanyunkan bibirnya.

Pemandangan buruk yang akan berakhir buruk bagi Kyomi.

Nagen menimang-nimang, apakah dia harus menarik Kyomi dari sana atau mengintainya secara sembunyi seperti ini. Sekilas menganggap dirinya bodoh bisa-bisanya melakukan tindakan pengecut padahal Kyomi pacarnya. Nagen berhak melarang Kyomi untuk tidak berdekatan dengan cowok manapun.

"Gimana, Mi? Lo bisa ikut besok?" tanya Uriga yang samar-samar terdengar sampai ke telinga Nagen. Tajam sekali indera pendengarannya memang.

"Bisa. Gue juga udah minta izin sama abang gue."

"Jangan lupa bawa selimut atau jaket untuk hangatin tubuh lo. Tau kan daerah puncak dinginnya nggak ngotak menjelang pagi. Ntar lo bisa sakit." Perhatiannya Uriga melemparkan Kyomi ke realita menyedihkan bahwa Nagen jarang memberinya perhatian yang benar-benar tulus dari hati.

"Thanks, ya, Ga, udah ingetin gue."

"Udah kewajiban gue, Mi." Uriga tersenyum. Cowok itu lalu merogoh saku celananya kemudian memberikan apa yang dia ambil pada Kyomi.

"Susu vanila?"

Uriga mengangguk, "Nih, ambil. Gue beliin khusus buat lo. Suka rasa vanila, kan?"

"Kok lo bisa tau kesukaan gue?"

"Gue kenal lo udah lama kali, Mi. Nggak mungkin gue nggak tau apa yang nggak lo suka dan sukai." Jujur saja, Uriga sering memperhatikan Kyomi. Sebutannya menyukai diam-diam mana bertahun-tahun.

"Oh, ya? Masa?" Kyomi agaknya kaget.

"Lo nantangin gue nih ceritanya?" Uriga menaikkan sebelah alisnya.

Kyomi tertawa kecil, "Bukan gitu, Ga."

"Yauda, coba lo tes gue deh."

"Hm, apa makanan kesukaan gue?"

"Sushi."

"Wah, bener."

Uriga menunjuk-nunjuk hidung Kyomi dengan raut senang, "Tuh, kan, apa kata gue."

"Warna kesukaan gue?"

"Merah maroon."

"Anjir, bener lagi," ujar Kyomi dengan mata berbinar.

Uriga menepuk bangga dadanya, "Uriga gitu lho."

"Udah ah, gue mau ke perpus dulu mau ambil buku. Bye, Uriga!" Kyomi melambaikan tangan. Cewek itu berbelok ke lorong kiri yang mana Nagen mengikuti dengan amarah membumbung tinggi.

Lebih cemburu kali ini. Tawa Kyomi memghantarkan emosinya naik ke ubun-ubun. Gigi-giginya saling berhantaman, menghasikan bunyi gemeletuk nyaring sangking tak kuasa menahan gejolak dalam dirinya. Membara, merah dan sesaat lagi akan memuncratkan darah. Nagen seolah ingin membunuh siapa saja yang terlintas di sekitarnya.

Sesudah mengambil bukunya, Kyomi bergegas ke kelas. Namun Nagen dengan cepat menggapai pergelangan tangan kirinya dan mendorong kasar tubuhnya ke dinding tepat dibalik pilar besar dekat kamar mandi yang jarang dipakai para siswa.

"Aduh! Sakit!"

Kyomi merinding ketika tatapan Nagen turun ke bawah, ke sesuatu yang dia genggam. Susu pemberian Uriga.

"Kapan lo belinya?" To the point sekali Nagen ini.

"Di-dikasih Uriga."

"Lo terima ya, bagus-bagus. Kekurangan uang sampe lo harus minum hasil pemberian cowok itu?!" ujar Nagen lantang.

Kyomi mencoba menyentuh lengan Nagen yang cowok itu hempas kuat.

"Nggak usah pegang-pegang gue, sialan!"

"Maafin gue, Gen. Gue cuma nggak enak nolak kebaikan Uriga."

Nagen tertawa sarkas, "Apa kabar lo yang sering banget nolak niat baik gue yang pingin beliin lo barang ini-itu?"

"Tapi, kan...."

"Nggak usah beralasan! Gue jadi mikir, yang pacar lo di sini siapa sih sekarang? Gue atau Uriga?!"

"Lo, Nagen."

Nagen menghimpitnya dengan satu lengannya tepat menekan lehernya, membuat Kyomi sulit bernapas. "Lo kira gue nggak bisa overthinking? Lo kira gue nggak bisa kecewa?" tanyanya pelan, "Bisa, Mi! Bisa! Gue bisa ngerasain dua hal itu!"

"Punya otak nggak sih lo?! Dipake buat mikir!"

"Maaf. Gue salah."

"Lo memang salah anjing! Lo akan selalu salah di mata gue!" teriak Nagen tak terkontrol lagi.

"Terus ngapain lo ketawa-ketawa nggak jelas di depan cowok sialan itu?! Caper lo?"

Kyomi menghela napas, "Cemburu lo terlalu berlebihan, Gen. Timbang ketawa doang lo permasalahin? Lo waras?"

Pertanyaan terakhir Kyomi menghantam tepat di ulu hati Nagen. Nagen menggeram marah. Tangan lebar nan kekarnya menjenggut kuat rambut Kyomi, membuatnya mendongak dengan nyeri di seluruh kulit kepalanya.

"Gue nggak waras! Puas lo?!"

"Cowok lo ini udah sakit jiwa!" tambahnya.

"Aw, sakit!" ringis Kyomi tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima kekasaran Nagen. "Plis, Gen, jangan siksa gue lagi."

"Ini hukuman buat lo karena lo melakukan kesalahan yang sama! Belum cukup gue cambuk punggung lo? Apa mau gantian di perut lo?" tanya Nagen skeptis, "Ayo jawab!" sentaknya saat tak mendapat balasan.

"Atau mau di bibir?" Nagen melepas genggamannya, sengaja sedikit dia hempas agar kepala Kyomi menubruk dinding. Kyomi seketika pusing sembari memegangi kepalanya.

"Lo keterlaluan."

"Baru sadar?"

Kyomi menatap Nagen, perasaannya acak-acakan tak karuan sakitnya, "Gue capek Gen dikasarin. Fisik gue lemah. Gue udah nggak kuat. Harus ya main kasar kayak gini?"

"Lo yang mancing gue!"

"Nagendra Mada yang gue tau dia orangnya baik, lemah lembut. Dan di hadapan gue saat ini bukan Nagen. Lo bukan Nagen."

"Mau gue Nagen yang lo tau mau nggak gue nggak peduli! Intinya kalo sampe kejadian yang ketiga kalinya, gue nggak segan ngerusak tubuh lo! Ingat baik-baik peringatan dari gue, Kyomi! Sekali lagi keulang, lo nggak akan selamat!" Ancaman Nagen serius. Nagen benci candaan terlebih pada orang yang menentang kehendaknya.

"Bunuh aja gue sekalian. Gapapa, gue ikhlas. Gue pingin mati di tangan lo," ujarnya melemah. Tangisnya pun pecah. Kyomi menangis terisak. Lututnya meluruh, dia berjongkok dengan Nagen berdiri di hadapannya.

"Dasar cewek dramaqueen!" Nagen menepak pelan kaki Kyomi. Sudah tidak mempunyai kekuatan menopang, akhirnya Kyomi oleng. Telapak tangannya lebih awal merangsek di lantai.

Suara dering ponsel Nagen merenggut atensinya. Nagen memencet tombol hijau di layar tanpa berniat membantu Kyomi.

"Siapa nih?"

"Ini aku, Yona."

"Ah, Yona. Kenapa, Na?"

"Nanti malem ketemuan di Bar, yuk. Aku kangen, pingin meluk kamu."

Nagen menemukan pereda amarahnya.

"Boleh deh. Tapi nggak usah di Bar. Gimana kalo di apartemen gue aja?"

Jantung Yona nyaris merosot ke lambung. Arghh, Yona sudah lama menunggu-nunggu momen berduaan dengan Nagen.

"Ide bagus! Kita mabok-mabokkan, oke?!"

"Nginep juga nggak masalah."

"Aaaaa, ya ampun!!! Aku seneng banget dengernya! Makasih Nagen sayang! Bye!"

"See you, cantik." Nagen mematikan sambungan telepon. Cowok itu melirik singkat Kyomi sebelum melangkah menjauh dengan dada yang kian sesak.

😈😈😈

Hope u guys like it.

Olvasás folytatása

You'll Also Like

ALZELVIN Diazepam által

Ifjúsági irodalom

3.8M 226K 28
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
581K 61.9K 38
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
3.7M 294K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
863K 38.4K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...