WISH YOU WERE GAY | NOHYUCK

Oleh ramelicano

56.7K 7.1K 1K

Kamu bilang, perasaan itu nggak ada yang salah, semuanya itu murni dari hati. Aku juga merasakan itu, perasaa... Lebih Banyak

pre
get to know them!
PROLOG
1. STATISTIKA
2. BIRTHDAY GIFT
3. HAPPY YOU, HAPPY ME
4. THE DREAM
5. I'M SICK SO YOU CAN STAY
6. HEARTBROKEN PLAYBOY
7. BIGGEST FEAR
8. FINALLY BROKE UP
9. ALMOST UNCONTROLLED
10. LITTLE SECRET
11. UNKNOWN WORDS
12. DISTANCING
13. KEEP AWAY
14. THE TRUTH IS TOLD
15. GO HOME
16. RAYA AND HER SECRET
17. DEEP FEELING
18. WE ONLY LIVE ONCE
20. THE DREAM AND HIM
21. CAR ACCIDENT
22. OFFICIAL?
23. CAMPUS SECRET DATE
24. HATE TO SEE YOU WITH SOMEONE NEW
25. JAKARTA UNTIL SUNSET
26. HER, AGAIN
27. WHAT IS ETERNITY?
28. BREAK (OUR) HEART AGAIN
29. OURS
30. AKSARA MAHAPRANA
31. VALERON ALASKA
HAI

19. IT CALLED LOVE, RIGHT?

1.4K 212 33
Oleh ramelicano

Dan untuk beberapa alasan lain yang mendasari niat Aksa untuk kembali lagi ke kos adalah hatinya, hatinya yang membawanya kesini, ke tempat mereka.

+++

Memandang Vale diam-diam saat Vale sedang tidur adalah kepuasan tersendiri bagi Aksa, wajah tegas dan tajam itu seketika berubah menjadi wajah soft yang sangat lucu. Jadi mungkin begini yang dirasakan Vale ketika memandang dirinya saat tidur, katanya sih momen paling menggemaskan Aksa itu waktu tidur. Aksa percaya-percaya saja dan sekarang ia tahu rasanya itu.

Vale menggeliat pelan, masih enggan membuka matanya.

“Morning”

Terdengar suara halus Aksa yang membuat Vale langsung membuka matanya. Ia mengingat semalam Aksa-nya sudah kembali. Bahkan mereka tidur bersama di ranjang bawah milik Aksa. Vale memeluk Aksa begitupun Aksa yang balas memeluknya, sangat nyaman dan erat sampai tak terasa hari sudah pagi. Dan seperti biasa, Aksa akan bangun lebih awal untuk menyiapkan segalanya.

“Morning..”

“Mandi sana, gue buatin sandwich” sambung Aksa, Vale tersenyum mengangguk, kemudian bangun dari tidurnya dan bergegas untuk mandi.

Selama mandi, senyum itu tak pernah hilang dari wajahnya. Vale memutar waktu semalam tentang Aksa yang akhirnya kembali lagi ke rumah mereka--kos, membuatkan nasi goreng kesukaannya, dan Aksa yang akhirnya menerima perasaannya. Perasaan bahagia itu membuncah ketika Aksa memintanya untuk ikut berjuang bersama. Meskipun antara mereka belum ada hubungan khusus, tapi begini saja sudah sangat cukup bagi Vale. Setidaknya Vale bisa leluasa terhadap perasaannya kepada Aksa dan tidak ada pikiran-pikiran negatif yang terus menghantuinya seperti hari-hari kemarin.

Selesai mandi Vale langsung dihadapkan dengan Aksa yang menatakan sarapan untuknya. Vale tersenyum lagi, merasa benar-benar bahwa Aksa sudah kembali seperti dulu lagi. Bedanya, sekarang Aksa sudah mengetahui perasaannya. Sangat melegakan.

“Makasih” ucap Vale yang dibalas senyuman serta anggukan dari Aksa. Kemudian keduanya langsung duduk berhadapan untuk menikmati sarapannya.

Vale memakan sandwich buatan Aksa dengan lahap sampai ia tersadar Aksa malah diam dan memperhatikannya makan, “Kenapa nggak dimakan?” tanya Vale

“Nanti,”

“Sekarang Aksa”

Aksa hanya mengangguk sambil tersenyum dan tidak bergerak dari posisinya.

“Sa?”

“Hm?”

“Kenapa sih kok malah senyum?”

Aksara menggeleng, ia juga tidak tau kenapa sedari tadi senyum sendiri karena melihat Vale yang sarapan dengan sangat lahap di depannya.

“It’s been a long time” ucap Aksa akhirnya, ia mulai mengambil sandwich dan memakannya

“Baru dua minggu doang rasanya udah gini Le,” sambung Aksa membuat Vale tertawa kecil. Dirinya juga merasakan hal yang sama, dua minggu berpisah dengan Aksa rasanya seperti berpisah selama dua tahun.

“Jangan ngilang lagi makanya” ujar Vale

“Nanti lo mau apa?” tanya Aksa yang tidak dimengerti Vale

“Apa?”

“Lo kan mau buat gue cinta sama lo,”

“Uhuk-uhuk”

Ucapan Aksa sedikit membuat Vale tersedak batuk, Aksa langsung sigap memberinya minum.

“Pingg-pingg”

“Sorry-sorry, kenapa juga lo keselek gitu” ujar Aksa sambil menepuk punggung lebar Vale untuk meredakan batuknya

“Jangan asal ngomong Sa,”

“Dimananya yang asal ngomong?”

“Ck.”

Aksara tertawa, “Semalam udah janji juga, masak lupa”

Vale berhenti mengunyah, menatap Aksa yang saat ini juga menatapnya, “Tapi lo harus tau dulu,”

“Apa?”

Pandangan Vale berubah menjadi tegas dan tajam sebagai pertanda bahwa Vale dalam mode sangat serius.

“Gue nggak pernah main-main sama perasaan gue Sa, jadi.. lo siap-siap aja kedepannya” ujar Vale tenang namun pasti

Dengan mulut penuh roti sandwich, Aksa berhenti mengunyah dan balik menatap Vale, “Oke, do whatever you want” ucap Aksa yang dibalas smirk tipis oleh Vale.

Gue bakal bikin lo merasa dicintai seutuhnya, Sa. Gue bakal bikin lo merasa dicintai yang nggak pernah sebelumnya lo rasain. Gue janji, gue berusaha buat kita.

Keputusan Aksa tidak salah kan? Kemarin malam peperangan antara logika dan perasaannya kembali terjadi dan berakhir dengan dirinya yang kembali overthinking. Aksa sangat menyadari bahwa Vale-lah yang selama ini ada untuknya, semua hal dari yang kecil sampai besar mereka lakukan bersama, ibaratnya mereka ini simbiosis mutualisme. Saling membutuhkan satu sama lain. Aksa sayang sama Vale sudah jelas. Tapi akibat perkataan Raya waktu itu, Aksa jadi berpikir lagi, tentang bagaimana perasaan aslinya yang
dimanipulasi oleh rasa sayang itu sendiri.

Aksa sempat berpikir, ia juga cinta sama Vale, dalam artian sebagai teman, sahabat, brother dan berbagai istilah lainnya. Tapi apakah itu hanya perasaan cinta saja, apa ada perasaan ‘cinta’ lain yang dalam artian sebagai seorang kekasih.

Otaknya terus memutar rangkaian kejadian dari dulu sampai akhir-akhir ini, dimana saat Aksa akhirnya sadar dan merasakan tatapan berbeda saat Vale menatapnya, saat gelenyar aneh itu muncul tanpa aba-aba saat Vale menindihnya dulu. Saat Aksa merasa sangat kesepian satu bulan ini karena rindu yang sangat dalam kepada Vale. Tentang rasa tidak sukanya terhadap Nadin yang Raya bilang itu adalah rasa cemburu, iya, Aksa kira juga begitu, ia memang cemburu kepada Nadin dan perempuan manapun yang berada di sekitar Vale. Bundanya yang menyadarkannya bahwa Vale juga sangat merindukan dan membutuhkan Aksa. Untuk beberapa hal itu, perasaannya sedikit berdebar, menghangat, dan merasa bersalah dalam waktu bersamaan.

Bagaimana akhirnya Aksa sadar bahwa Vale sangat menyimpan rapih perasaannya dan mengorbankannya juga memilih sakit hati dari pada berpisah dengannya, dan bodohnya ia malah pulang ke rumah, sangat egois sekali. Kalau mungkin Aksa berpikir ia yang paling terpuruk dan tidak bisa apa-apa, sekarang ia sadar betapa terpuruknya Vale. Mengingat kejadian tempo lalu ia menyaksikan Vale mabuk berat. Mungkin jika persahabatan ini terjalin antara perempuan dan laki-laki, sudah ketemu jawabannya, bahwa mereka menyimpan perasaan antara satu sama lain. Dan untuk beberapa alasan lain yang mendasari niatnya untuk kembali lagi ke kos adalah hatinya, hatinya yang membawanya kesini, ke tempat mereka.

Sekarang saatnya Aksa membayar semuanya. Ia juga ingin merasakan ‘cinta’ itu yang sebenarnya, ingin merasa di cintai selayaknya seorang kekasih, bukan hanya pajangan yang selalu dipamerkan. Aksa ingin merasakan itu semua setidaknya sekali dalam hidupnya. Dan pria di depannya kini adalah orangnya.

.

“Minggir lo, ini tempat duduk gue” ucap Vale kepada Daniel, cowok yang saat ini duduk di kursi keramatnya.

Daniel memandang dua orang yang saat ini tengah berdiri di sampingnya, “Udah baikan neh?” tanya Daniel

Aksa tertawa menanggapi, “Emang gue sama Vale berantem apa?”

“Dih.”

“Mana ada kita berantem ya Sa?”

“Dih.”

“Ck, dah sana lo pindahh”

Daniel terpaksa pindah tempat duduk ke depan lagi, padahal sudah pewe. Memang desas desus dua minggu ini tentang Aksa dan Vale yang katanya bertengkar karena salah paham masalah perempuan sudah tersebar ke seluruh anak kelas, termasuk Daniel.

Vale tidak terlalu berlebih menanggapi begitu juga dengan Aksa. Malah lebih baik seperti itu kan, dari pada mereka tau keadaan yang sebenarnya. Tolong, hubungan mereka baru di restui semesta satu hari. Yakali..

Selepas Daniel pindah, Vale akhirnya bisa duduk bersebelahan lagi dengan Aksa. Sayangnya Bu Bety sudah keburu masuk jadi mereka langsung memposisikan diri. Maklum, Bu Bety killer lur.

Sepanjang mata kuliah, Vale tidak pernah melepaskan senyumnya. Hal itu membuat Aksa bergidik ngeri, bahkan serangan pertanyaan tiba-tiba dari Bu Bety yang membuat nyali mahasiswa langsung ciut, Vale malah menjawabnya dengan senyuman dan jawaban yang ngasal tidak tau darimana sumbernya. Hal itu membuat suasana kelas berubah horor namun tidak untuk Vale.

Dan sampai sekarang sudah ganti mata kuliah, Vale masih tersenyum sambil mencatat penjelasan Pak Aji,

“Le,” panggil Aksa

Vale menoleh, tetap dengan senyumnya

“Lo nggak pegel senyum terus?” tanya Aksa

“HAHAHAHAHA”

“HEH!”

Vale akhirnya kelepasan tertawa yang membuat dirinya diinterupsi Pak Aji, bukannya takut dimarahi Vale malah mengangguk tersenyum seakan tidak terjadi apa-apa. Aneh. Aksa menyerah melihat tingkah Vale.

“Gue seneng banget karena kita duduk sebelahan lagi kayak dulu,” bisik Vale rendah tepat di telinga Aksa

Aksa menahan napas dan tidak dapat menahan senyumannya, ia juga senang bisa duduk seperti ini lagi, bersebelahan dengan—ehm, Vale.

“Jangan pindah-pindah lagi ya” sambung Vale

Aksa? menelungkupkan kepalanya di meja, modar sama bisikan rendah Vale dan terpaan napas hangat Vale yang mengenai telinga serta tengkuknya.

Aksa malu.

Telinganya merah.

Vale tertawa kecil lalu mengelus belakang rambut Aksa dengan lembut.

Bucin.


tbc..

/salto.

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

439K 6.5K 19
Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak me...
243K 26.6K 90
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...
4.9M 420K 49
-jangan lupa follow sebelum membaca- Aster tidak menyangka bahwa pacar yang dulu hanya memanfaatkannya, kini berubah obsesif padanya. Jika resikonya...
970K 96K 49
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...