Dunia Davin

By jiaathe

8.3M 516K 128K

"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya p... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
INFO PENTING
Lanjutan Lengkap DUNIA DAVIN

Part 23

155K 13.4K 4K
By jiaathe

ps: setiap foto yang di gunakan di awal bab bukanlah visual tokoh dalam cerita ini melainkan hanya untuk memudahkan penghaluan dalam menggambarkan tokoh di imajinasi saja, semua pemain di cerita ini tidak memiliki cast khusus, sekian terimakasih.

Bye the way, happy 200k pembaca, semoga bisa sampe ke 300k terus 1juta terus nambah lagi awww aminn kali lah(╥﹏╥)

***

+621298******
Cewe lo di tangan gue, anggap ini seimbang. Lo lukain cewek gue dan cewek lo mati

Davin meremas ponselnya, membaca berulang kali pesan yang baru saja masuk ke ponselnya. Sadar jika pengirim pesan itu adalah pria itu membuatnya seketika mengumpat dan membanting ponselnya ke tembok dengan kuat hingga hancur berkeping-keping.

Kaki panjangnya melangkah lebar menuruni tangga, sorot tajamnya memandang geram sekumpulan pria yang kini menunduk di depannya. Terlihat sekali jika mereka menahan rasa takut berhadapan dengan pria bertato itu.

"Lo semua kerjanya apa sih? Nyari cewek satu aja gak becus!" sentak pria itu menunjuk satu-persatu pria di depannya dengan amarah menggebu.

"Maaf bos," salah satu dari mereka memberanikan diri menjawab.

Davin menahan dirinya untuk tidak menghajar mereka. Tenaganya akan terbuang sia-sia dan lebih baik dia bersiap untuk menghadapi pria sialan yang menemukan gadisnya lebih dulu. Laki-laki itu berusaha mengatur nafasnya kemudian mengambil sebuah pistol dari saku salah satu anak buahnya.

"B-bos—" mereka ketakutan menatap Davin memohon, sedangkan Davin hanya memandang mereka sebentar sebelum melangkah pergi dengan langkah lebar.

Merasa tidak ada pergerakan di belakang membuat Davin menoleh geram. "Ikutin gue bodoh! Ngapain lo semua diem di situ?!"

"I-iya Bos," dengan patuh mereka mengikuti Davin dan memasuki mobil masing-masing, mengawal mobil Davin dari belakang. Seberusaha mungkin tidak kehilangan jejak Davin agar Bos mereka itu tidak semakin mengamuk.

Davin mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh membuat mereka kelimpungan mengejar, justru pengandara lain mengira mereka sedang balapan atau sedang kejar-kejaran.

Sedangkan Davin mengetatkan rahangnya, membayangkan apa yang akan di lakukan pria itu pada gadisnya membuat dia menginjak gas lebih dalam dan tidak sabaran. Untungnya Davin tau tempat pria itu saat ini.

"Sampe dia lukain Jeyra, gue pastiin neraka nyambut dia besok pagi," geram pria itu serius seraya mencengkram stir kuat-kuat.

****

Kelopak mata Jeyra bergerak pelan, matanya menyipit menerima cahaya yang masuk ke netranya. Gadis itu menggumam kecil merasa pusing dan sedikit sakit di tengkuknya. Berusaha mengingat, matanya langsung terbuka lebar.

Dari posisi tiduran, dia berusaha berdiri dan bersandar di kepala ranjang. Baru saja berniat berdiri dia tersadar jika tangannya terikat kebelakang hingga tidak bisa berbuat apapun.

Jeyra memandang sekeliling, bibirnya meringis saat kepalanya kembali terasa pusing. Rupanya suara itu terdengar hingga ke luar sampai seseorang masuk ke dalam ruangan itu. Dengan tenaga tersisa Jeyra perlahan mendongak menatap pria berberawakan tinggi di depannya

Kening gadis itu mengernyit, berusaha mengenali wajah itu. Kepalanya yang berdengung membuat otaknya belum berfungsi sepenuhnya. Memiringkan kepala, kemudiam Jeyra bersuara pelan. "Lo?"

"Ngenalin gue, hm?" laki-laki itu berjongkok, menyamai tinggi dengan Jeyra lalu memandang wajah gadis itu lekat. Sudut bibirnya terangkat. "Ternyata lo cantik juga."

Jeyra beringsut mundur, badannya mulai gemetaran. Tidak menyangka jika pria berhoodie hitam dan juga pria yang beberapa kali di jumpai tengah memegang pisau adalah orang ini. Pelupuk matanya mulai berair, gadis itu terlihat sangat ketakutan.

"L-lo ... jadi lo yang bunuh Melisa sama Fia?" gadis itu tidak bisa menahan mulutnya untuk mengungkapkan pertanyaan yang selalu mengganggu kepalanya tentang siapa pembunuh dua teman sekelasnya.

Laki-laki itu tertawa samar, namun sorot matanya dingin dan menusuk. Menyadari eskpresi ketakutan Jeyra membuat pria itu menjawab. "Ya, gue gak bisa ngelak karna lo udah sering mergokin gue."

"J-jadi mereka beneran di bunuh bukannya bunuh diri?"

Tangan besar berlapis sarung tangan hitam itu terangkat mengelus lembut rambut Jeyra. Namun hal itu malah membuat Jeyra semakin ketakutan alih-alih merasa tenang. Pria itu tersenyum sebelum berkata. "Udah jelas banget kan? Gue tau lo pinter, gak mungkin mereka tiba-tiba bunuh diri, bener?"

Atmosfer di sekeliling terasa berat membuat Jeyra kesulitan bernafas. Jantungnya berdetak keras karna otaknya tengah mencerna situasi jika sekarang, detik ini, dia berada di dekat seorang pembunuh keji.

Jeyra berusaha menghindari tangan itu lalu bercicit pelan. "Lo pembunuh, lo bunuh mereka, lo psikopat."

Bukannya merasa tersinggung, pria itu malah tertawa bangga. "Lo harus tau, liat wajah memohon mereka dan jeritan kesakitan mereka bener-bener candu. Tapi lo tenang aja, gue bukan psikopat gila yang membunuh tanpa alasan, gue cuman bunuh orang-orang gak guna yang ngerusak ekosistem," katanya dengan nada bergurau.

Jeyra semakin merinding, jelas orang di sampingnya ini bukan orang waras. Tidak mungkin ada seorang yang tertawa bahkan tak merasa bersalah sedikitpun setelah tau jika dirinya ketauan menjadi pembunuh.

"Lo mau tau gimana cara gue bunuh dua temen sekelas lo itu?" pria itu menahan kepala Jeyra yang tidak mau diam dan terus menghindari elusannya. Tatapan tajamnya menghunus mata gadis itu, kemudian tangannya kembali mengelus-elus rambut Jeyra namun dengan tangan lain yang menahan kuat leher gadis itu agar tetap diam.

"Pertama, gue ajak mereka pacaran," pria itu merubah posisi menjadi duduk di ranjang samping Jeyra. "Cewek bego kayak mereka dengan mudahnya luluh cuman karna liat rupa wajah gue. Setelah itu mereka nurutin semua ucapan gue termasuk saat gue suruh datang ke sekolah tengah malem."

Menatap sesaat mata pria itu membuat Jeyra segera mengalihkan pandangan. Dia tidak bisa membaca sorot kosong itu, hanya terlihat sesuatu yang menggebu tanpa gairah. Gadis itu mulai kesakitan saat tangan pria itu menekan lehernya lebih kuat hingga ia tercekik. Bahkan tangan satunya yang berada di rambut berpindah ikut mencekik lehernya.

"Lo gak mau denger lanjutannya?" pria itu menatap Jeyra sedih, walaupun dua detik setelahnya ia tertawa kejam. "Setelah mereka dateng ke sekolah, gue langsung tusuk pipinya berkali-kali tanpa ngomong apapun, gue cekik mereka kayak gini sampe nafas mereka lemah, terus langsung gue dorong ke bawah dan boom! Nyawa mereka terbang!"

Jeyra mulai kehabisan nafas tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Tangannya terikat dan dia tidak bisa melakukan perlawanan sekecil apapun hingga terdiam merasakan sesak dan desakan paru-parunya yang mulai kosong.

"Ah, lo gak boleh mati sekarang," pria itu menarik tangannya hingga Jeyra langsung terbatuk-batuk dan meraup udara dengan rakus.

Merasa kasihan melihat Jeyra yang kehabisan nafas dengan wajah memerah membuat pria itu mendekatkan wajahnya lalu menempelkan bibir mereka begitu saja hingga Jeyra terbelakak, kemudian dia merasakan lumatan-lumatan kecil di sertai tiupan-tiupan pelan di mulutnya seolah memberikan nafas buatan.

Setalah puas, pria itu baru menjauhkan wajahnya. Bibirnya tersenyum melihat wajah syok dan marah dari gadis di depannya. "Gue tau kenapa Davin jadiin lo tawanannya. Bibir lo manis."

Jeyra menangis, tidak bisa lagi menahan desakan air di matanya. Dia merasa di lecehkan oleh pria di depannya namun tidak berani melawan atau nyawanya yang menjadi taruhan.

"Nangis aja, gue suka liat orang nangis," pria itu menyeringai. "Ternyata orang gak di kenal kaya lo punya muka secantik ini, gue nyesel gak merhatiin lo di sekolah."

"Jangan-jangan yang bunuh Melisa dan Fia itu penggemar rahasia lo lagi? Mereka juga meninggal setelah ngelakuin bullying ke lo, dengan nampar pipi lo."

Tiba-tiba ucapan Sarah beberapa waktu lalu memasuki kepala Jeyra hingga gadis itu berusaha menghentikan tangisannya. Sekarang pembunuh itu ada di depannya, dan dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk mencegah pembunuh ini membunuh Sarah, bahkan sudah merencanakan untuk mencarinya sebelum kejadian Mamanya dan Davin mengalihkan perhatiannya.

"K-kenapa lo bunuh mereka?"

Mendengar suara serak itu membuat pria itu tersenyum. "Menurut lo?

"Karna mereka bully gue?" ucap Jeyra tidak yakin.

Pria itu menggeleng. "Gue bahkan gak kenal lo, buat apa gue bunuh mereka karna lo?"

Jeyra mengernyit kemudian gadis itu berbicara dengan nada memohon. "Tolong, jangan bunuh Sarah. Lo boleh bunuh gue, tapi tolong jangan Sarah. Lagipula hidup gue udah terlanjur hancur."

"Eh?" pria itu tergelak. "Justru gue bunuh dua temen sekelas lo itu karna Sarah, gue gak mungkin bunuh Sarah."

"Sarah?"

"Ah, lo pasti mikir tusukan di pipi mereka karna mereka nampar lo ya?" pria itu menggeleng. "Lo salah, itu karna setelah kejadian pembullian lo, mereka nampar pipi Sarah di gudang waktu mereka di hukum. Gue gak sengaja lewat dan denger mereka rencanain mau nindas lo lagi tapi Sarah nolak sampe akhirnya Sarah di tampar."

Rahang pria itu mengeras. "Gue udah nahan diri untuk gak sentuh mereka selama mereka perlakuin Sarah dengan baik, tapi setalah hari itu gue mutusin bunuh mereka."

"Sean, lo suka Sarah?"

Sean, benar. Ketua kelasnya adalah si pembunuh itu. Jeyra benar-benar tidak menyangka jika pria yang selalu menghujam Sarah tajam ternyata diam-diam memiliki sisi menakutkan seperti ini.

"Hm, gua suka dia. Kenapa?"

Jeyra menunduk, tatapan Sean mendingin membuat sekujur tubuhnya kaku. Perasaannya tiba-tiba tidak enak, dan benar saja kejadian selanjutnya membuat gadis itu memekik kaget. Sean mencengkram rahangnya kuat.

"Gue berusaha mati-matian jaga dia, gue selalu singkirin orang-orang yang berusaha nyakitin dia. Selama sepuluh tahun gue pastiin Sarah gak pernah terluka. Dan lo tau apa? Cowok lo buat Sarah gue berdarah!"

"S-sakit," gadis itu meringis lantaran cengkraman itu semakin menguat.

"Dahi Sarah berdarah gara-gara cowok sialan itu! Padahal dia udah janji untuk gak sentuh Sarah selama gue juga gak ganggu lo. Tapi ini apa? Dia berani dorong Sarah sampe berdarah!"

Sean menggeletukan giginya dengan tatapan benci pada Jeyra. "Maka dari itu, lo yang harus bayar perbuatan cowok lo."

Tangan Sean mengambil pisau kesayangannya di atas meja kemudian menekankannya pada leher Jeyra, sensasi dingin langsung terasa membuat Jeyra menangis histeris dan menggeleng-geleng.

Sean menarik sudut bibirnya kemudian menggores pisau itu hingga leher Jeyra berdarah. "Tenang aja lo gak bakal mati, gue berniat bunuh lo di depan cowok itu supaya lebih seru."

Jeyra menunduk, rasa takut berlebihan membuat kesadarannya menipis. Melihat darah mengalir dari lehernya hingga membasahi sweeter putih yang di kenakan membuat gadis itu benar-benar tidak sadarkan diri.

Sean tersenyum, mengelus lembut permukaan leher Jeyra. Kemudian matanya memandang lekat wajah cantik itu. Hampir tiga tahun mereka sekelas tanpa interaksi karna dirinya yang terlalu fokus pada Sarah. Dan Sean benar-benar merasa menyesal baru menyadari seberapa menariknya murid pendiam dan tertutup ini.

Pria itu mengelus lembut pipi berisi Jeyra sebelum melepaskan ikatan tangannya dan menidurkan gadis itu di bantal. Sean mati-matian menolak namun otaknya tidak bisa di ajak kompromi.

Sean kemudian tertawa renyah. "Sorry Sarah, posisi lo harus tergeser."

-Dunia Davin-

Dear pembaca! Tolong tembus targetnya jangan cepet-cepet (╥_╥)
Saya ingin maraton drakorr oiii😭



Btw, selamat buat yang nebak Sean di part sebelumnya. Kalian bener!
Mudah kan nebaknya?

Continue Reading

You'll Also Like

44.1M 2.3M 96
SERIES SUDAH TAYANG DI VIDIO! COMPLETED! Alexandra Heaton adalah salah satu pewaris Heaton Airlines, tetapi tanpa sepengetahuan keluarganya , dia men...
1K 347 13
cowo dingin bertemu dengan wanita ceria? "Gua gk suka lu deket dia!" "Lo pikir gue suka?" ... "Lo sayang sama gue atau sama dia?" "Sayang sama duit...
2.2M 242K 44
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
311K 24.7K 80
Cinta hanya untuk manusia lemah, dan aku tidak butuh cinta ~ Ellian Cinta itu sebuah perasaan yang ikhlas dari hati, kita tidak bisa menyangkalnya a...