Seperti Matahari Terbit

By thia_nokoru

184 25 27

Fanfiction Naruto © Masashi Kishimoto Seperti Matahari Terbit © Thia Nokoru Uzumaki Naruto x Haruno Sakura R... More

Pertemuan
Kenangan
Peperangan Desa Padang Pasir
Kehidupan Yang Baru
Penyerangan Kembali
Keluarga Baru

Berakhir, kah?

65 6 1
By thia_nokoru


"Kau lagi, Cantik,"

"Hah! Kenapa? Tidak suka kalau aku berulah di desamu?"

"Tidak, aku malah senang kau datang ke desa ini, hehehe..."

"Kalau begitu, jangan halangi aku kali ini!"

"Tidak bisa, aku akan tetap menjaga keamanan di desa ini. Sebaiknya rubah lah kebiasaan mu untuk tidak menjadi seorang penjahat lagi."

"Apa peduli mu padaku? Kau bukan siapa-siapaku!"

"Aku memang bukan siapa-siapa mu, tapi aku perduli padamu..."

"Apaan itu? Aku tidak mengerti! Sekarang juga kau minggir!"

"Tidak!"

"Minggir!"

"Tidak!"

"Grrr... Baiklah, kalau memang itu mau mu..."

Terlihat dua orang sedang berdiri berhadapan di atas atap sebuah rumah yang sangat besar. Rumah seorang bangsawan yang sangat terkenal dari klan Hyuuga. Seorang gadis berambut warna merah muda panjang yang diikat ekor kuda tinggi, bersiap dalam kuda-kudanya. Di hadapannya adalah seorang laki-laki berambut kuning jabrik yang terlihat sangat santai sambil tersenyum lebar pada perempuan di depannya.

"Hentikan cengiran lebar mu itu! Itu sangat memuakkan!"

"Hehehe... benarkah? Kalau begitu, aku akan selalu tersenyum seperti ini hanya kepadamu... Terima kasih atas pujiannya..."

"Baka! Aku tidak memujimu, tahu!"

"Hehehehe...."

"Dasar! Lihat saja, kali ini aku tidak akan kalah darimu!"

Gadis itu mengeluarkan sebuah kunai dari tas kecil yang ada di pinggangnya. Dengan cepat ia mengarahkan kunai itu pada laki-laki di depannya. Sayangnya, gadis itu kurang cepat, tangan yang memegang kunai itu bisa ditahan oleh laki-laki itu.

"Sudah aku bilang berapa kali, kau tidak akan pernah menang melawanku, Cantik."

Laki-laki itu menyeringai, gadis itu mendengus kesal.

Mencoba melepaskan tangannya yang ditahan oleh laki-laki yang ada di depannya, gadis itu meronta-ronta agar laki-laki itu melepaskannya. Karena gadis di depannya ini terus meronta-ronta, laki-laki itu kini menahan kedua tangan gadis itu di belakang.

"Menyerah lah... Jangan berbuat hal seperti ini lagi..."

"Tidak akan! Kalau aku tidak berbuat seperti ini, aku mau makan apa? Baka!"

"Kau bisa mencari pekerjaan yang lebih baik,"

"Bicara memang gampang! Aku tidak seperti dirimu! Sebaiknya kau lepaskan aku!"

"Apa yang kalian berdua lakukan disini?"

Seorang laki-laki dewasa tiba-tiba saja muncul di atap rumah. Kedua orang yang tadi sibuk berbicara, kini mereka mengalihkan pandangannya pada seorang laki-laki berambut panjang dan menatap mereka berdua dengan tatapan mematikan.

"Kau... bukankah kau adalah Sakura Hitam itu? Jadi, apa yang kau lakukan di atap rumahku?"

"Hah! Sial! Aku jadi tertangkap seperti ini..."

"Naruto! Cepat bawa dia ke Hokage!"

"I-iya, Paman Hiashi!"

Gadis itu berpikir dia harus bebas, jangan sampai ia bertemu dengan Hokage. Habislah dia kalau sampai hidup di penjara. Sesaat gadis itu menyeringai menyeramkan, dia menatap laki-laki berambut kuning yang bernama Naruto dengan sangat tajam.

"Ughh... A-aduuhh..."

Gadis yang dipanggil Sakura Hitam itu tiba-tiba saja meringis kesakitan. Naruto yang mengunci kedua tangan Sakura di belakang, refleks bertanya kepada Sakura.

"Kau kenapa?"

Sakura merasa kalau kuncian pada kedua tangannya sedikit melonggar. Sakura menoleh pada Naruto yang ada di belakangnya.

"Pe-penyakit ku k-kambuh lagi, sepertinya...."

"Hei, yang benar saja? Apa yang sakit?"

Sakura bisa melihat ekspresi wajah Naruto yang terlihat cemas akan dirinya. Jauh di dalam perasaan Sakura entahlah, Sakura merasa perasaannya sedikit hangat saat melihat wajah Naruto yang cemas padanya.

Naruto memang sangat cemas, melihat Sakura yang terlihat kesakitan seperti itu dia tidak tega. Dengan perlahan Naruto melepaskan kuncian kedua tangan Sakura di belakangnya dan langsung membalikkan tubuh Sakura untuk berhadapan dengannya. Dalam hati Sakura tersenyum senang.

"Kau sakit apa?"

Saat berhadapan dengan Naruto, kedua bola mata biru itu terlihat sangat cemas menatap emerald milik Sakura. Lagi-lagi Sakura dilanda rasa hangat perasaannya. Sakura menepis perasaan aneh itu dari pikirannya, sekarang Sakura tersenyum manis pada Naruto, membuat Naruto terpaku di tempat melihat senyum Sakura. Sakura tahu, kalau Naruto pasti terpana melihat senyumnya.

BUAGH

Satu tinjuan maut Sakura mendarat di wajah Naruto membuat Naruto terpental agak jauh. Melihat Naruto yang di serang, Hiashi tidak tinggal diam, dia langsung menyerang Sakura dengan jurus-jurus khas dari klan Hyuuga. Sakura tahu kalau Sakura tidak akan menang melawan pemimpin dari klan Hyuuga itu. Berkali-kali Sakura menghindar dari serangan Hiashi, tidak ada kesempatan Sakura untuk menyerang balik. Naruto yang meringis sakit, segera bangun dari jatuhnya. Naruto melihat Hiashi yang terus-terusan menyerang Sakura. Akhirnya, Sakura kini terkena jurus dari klan Hyuuga itu. Serangan-serangan yang sangat cepat mendarat di seluruh tubuhnya. Sakura berpikir, tamatlah hidupnya sekarang. Yah, mungkin mati adalah jalan terbaik bagi hidupnya yang selalu seorang diri.

Naruto tidak tega melihat Sakura yang sudah tidak dapat lagi melawan ataupun menghindar dari serangan Hiashi. Perasaannya sakit melihat Sakura yang sudah terluka sangat parah itu. Naruto mengepalkan kedua tangannya dengan keras, berusaha untuk menahan diri untuk tidak menolong gadis itu. Tapi...

Sakura terjatuh, seluruh tubuhnya sepertinya sudah lumpuh. Darah masih mengalir dari mulutnya. Sakura tidak tahan lagi, sakit sekali. Walau sakit, tapi terasa mati rasa. Sakura menatap Hiashi yang kini berjalan mendekat padanya dengan sebuah kunai yang menunjuk padanya. Tidak terasa, air mata mengalir dari kedua mata Sakura. Sakura sudah pasrah kalau dia harus mati. Pandangannya mulai mengabur, karena terhalang oleh air mata dan juga kesadarannya yang perlahan-lahan menghilang, Sakura akhirnya pingsan atau malah sudah mati?

Naruto melihat Hiashi mendekat pada Sakura yang sudah jelas sudah kalah. Naruto menatap Sakura dan walau ini adalah malam hari, Naruto bisa melihat cairan bening yang berkilau karena terkena cahaya bulan yang bersinar malam ini. Naruto melihat Sakura menangis, jantungnya seakan-akan ada yang meremasnya dengan sangat kencang. Sakit sekali.

Hiashi sudah berdiri di hadapan Sakura yang sudah tidak sadarkan diri. Hiashi tersenyum senang, kunai itu segera di lemparkannya tepat menuju jantung Sakura.

SRAAT

TRANGG

Hiashi menoleh ke belakangnya, menatap tajam Naruto yang telah menangkis kunai yang sudah akan menusuk jantung Sakura. Naruto balas menatap tajam Hiashi.

"Apa yang kau lakukan, Bocah?!"

Hiashi tampak marah pada Naruto.

"Dia sudah sekarat, jangan bunuh dia." Naruto berkata dengan sangat datar.

"Dia adalah seorang penjahat. Penjahat yang sering berkeliaran di desa ini harus mati!" tegas Hiashi.

Naruto berjalan mendekat pada Sakura. Perasaannya menjadi semakin sakit melihat Sakura dari dekat. Dengan perlahan diangkatnya tubuh Sakura dengan bridal style, direngkuhnya tubuh Sakura dengan erat.

"Biar aku yang urus dia. Lagipula, gadis ini bukan penjahat kelas berat. Ia hanya sering mencuri harta milik orang-orang desa saja."

Setelah mengatakan itu, Naruto langsung pergi meninggalkan Hiashi yang terlihat masih kesal.

Naruto melompat dari satu atap ke atap lainnya. Dengan cepat Naruto sampai di sebuah ruangan yang bertuliskan 'Hokage' dan segera menendang kasar pintu ruangan itu hingga rusak.

"APA YANG KAU LAKUKAN, NARUTO BAKA!!"

Seorang wanita cantik berambut pirang di kuncir dua, terlihat marah besar kepada Naruto yang mendobrak pintu ruangannya. Dia adalah sang Hokage, Tsunade Senju. Pemimpin dari desa ini.

"Nenek Tsunade! Tolong dia!"

Naruto segera membaringkan Sakura di lantai di ruangan itu. Tsunade melihat Naruto yang tampak cemas melihat seseorang yang dibawanya. Tsunade dengan segera menghampiri Naruto.

"Dia bukankah penjahat yang dijuluki Sakura Hitam?"

"Iya! Kumohon... selamatkan lah dia," pinta Naruto cemas.

Tsunade memeriksa keadaan Sakura yang sudah sangat sekarat. Naruto melihat Tsunade yang memeriksa keadaan Sakura, lalu Tsunade menggeleng-geleng kan kepalanya dengan perlahan.

"Tidak bisa.... Dia sudah tidak bisa lagi ditolong. Jantungnya sudah sangat lemah, detak nya sangat perlahan. Maafkan aku...." Tsunade menyesal.

"Tidak! Kau pasti bisa menolongnya, Nenek!"

Naruto tidak terima dengan kata-kata Tsunade. Tsunade bingung dengan Naruto, sampai begitu inginnya Naruto menyembuhkan gadis ini. Apa hubungan Naruto dengan gadis ini?

"Biar kucoba...."

Langkah pertama Tsunade adalah mengalirkan cakra penyembuhan pada Sakura. Tsunade merasa ini butuh waktu yang sangat lama. Sedangkan jantung Sakura sudah sangat lemah.

"Siapa yang membuatnya seperti ini?"

"Hyuuga Hiashi."

"Apakah dia ingin mencuri di kediaman Hyuuga? Wah, gadis yang sangat berani...."

"Aku sudah mencegahnya dan menangkapnya, tapi Hiashi tiba-tiba saja muncul. Melihat ku yang diserang oleh gadis ini, Hiashi pun menyerang gadis ini.... Aku menyesal tidak menghentikan serangan Hiashi, membiarkan Hiashi melukai gadis ini...."

"Naruto... dia sudah sangat lemah. Aku takut dia tidak bisa bertahan...."

Naruto terlihat sangat sedih, wajah Sakura sudah sangat pucat. Napasnya saja sudah hampir tidak terasa. Naruto mengepalkan kedua tangannya dengan erat.

"BODOH!!"

Naruto meninju-ninju lantai dengan sangat keras. Tsunade yakin kalau Naruto sepertinya ada rasa dengan gadis ini.

"Saat ini, cakra ku tidak bisa bekerja dengan baik dalam tubuh gadis ini. Seluruh titik dimatikan oleh Hiashi."

"...."

"Naruto, bawa dia ke rumah sakit. Kalau dia bisa bertahan sampai pagi hari, mungkin aku bisa menyelamatkannya."

Tsunade berjalan keluar dari ruangannya. Memasuki sebuah ruangan yang hanya untuk seorang Hokage, Tsunade mengambil sebuah buku dan membacanya dengan sangat serius.

Naruto segera menggendong Sakura lagi, dengan cepat Naruto membawa Sakura menuju rumah sakit. Sakura merasakan tubuhnya terasa sangat hangat, dengan perlahan Sakura membuka kedua matanya dan melihat wajah seseorang yang selama ini selalu mengganggunya. Raut sedih dan cemas tergambar di wajah laki-laki itu. Kenapa? Pikir Sakura.

"Uhukk... uhukk..."

Naruto terkejut mendengar suara yang terbatuk-batuk. Naruto berhenti dari larinya dan menatap Sakura yang kini mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Hei, kau tidak apa-apa?"

Naruto membaringkan Sakura di bangku panjang yang ada di pinggir jalan. Sakura terus terbatuk-batuk dan mengeluarkan darah banyak dari mulutnya. Naruto melihat Sakura yang sangat lemah, untuk bernapas saja sepertinya sulit sekali.

"Bertahanlah... Aku akan membawamu ke rumah sakit!"

"Ti-tidak perlu...."

"Ayo cepat! Kau harus sembuh!"

Berbicara saja Sakura susah sekali. Napasnya sudah sangat lemah.

"Aku... sebentar lagi akan m-mati...."

"Jangan ucapkan itu!"

"Sudahlah... Apa peduli mu padaku? Aku ini seorang pencuri, penjahat di desa ini. Jadi pantas mati. Kenapa kau mau menyelamatkanku?"

"...."

"Aku tahu, selama ini kau selalu mengalah kepadaku. Kau itu jauh lebih hebat dariku. Tapi kau selalu melepaskan aku. Aku tidak mengerti kenapa kau lakukan itu padaku?"

"Jangan bicara lagi, ayo cepat ke rumah sakit!"

"Uhuk... uhukk.... Aku tidak mau.... Percuma saja...."

"Tidak percuma! Nenek Tsunade akan menyembuhkan mu asal kau bisa bertahan sampai pagi hari!"

"Haahh... Pagi hari, ya...."

Naruto melihat Sakura menghelakan napasnya dan tersenyum saat mengucapkan pagi hari.

"Aku lebih baik melihat matahari terbit sebelum aku mati, daripada menunggu di rumah sakit sampai pagi lalu mati."

"Jangan bicara seperti itu...." Nada suara Naruto terdengar bergetar.

Sakura menatap Naruto yang sangat sedih. "Kenapa? Kenapa kau sangat sedih melihat keadaanku? Kenapa kau sangat perduli kepadaku? Aku bukan keluargamu, lho...."

"K-kau... a-aku... aku juga tidak mengerti. Yang kurasakan saat ini, aku hanya ingin kau selalu bersamaku...."

Seandainya jantung Sakura saat ini berdetak normal, Sakura akan merasakan debaran jantung yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Lagi-lagi perasaan hangat hadir di dalam dadanya. Baru kali ini ada orang yang ingin bersama dengannya.

Sakura tersenyum manis pada Naruto. Naruto balas tersenyum pada Sakura.

"Boleh aku memanggilmu, Naruto?" Naruto mengangguk pelan.

"Boleh aku meminta sesuatu padamu, Naruto?" Naruto dengan sedih kembali mengangguk.

"A-aku..." Sakura mengambil napas dengan perlahan. "Aku ingin kembali ke rumah...."

"Hm,"

"Rumahku berada di atas gunung. Di luar desa ini...."

"Kau ingin ke sana?"

"Hn, bisa kau antarkan aku?"

"Kau yakin tidak mau ke rumah sakit?"

"Aku akan sangat bahagia bila kau mau membawaku ke rumahku...."

Sakura tersenyum tulus pada Naruto. Naruto tidak bisa melawan keinginan Sakura. Sakura sangat ingin pulang. Naruto ingin Sakura sembuh. Kalau Sakura sembuh, Naruto janji akan selalu menjaga dan menemani Sakura. Naruto pun akhirnya pasrah akan keputusan Sakura yang ingin pulang.

"Baiklah... Aku akan mengantarmu pulang. Bertahanlah, jangan mati dulu di tengah jalan."

Sakura tersenyum. Naruto segera menggendong tubuh Sakura dan kembali melompati atap–atap rumah, lalu keluar dari desa dan menuju sebuah gunung yang lumayan agak jauh dari desa.

Dalam perjalanan, Sakura kembali tidak sadarkan diri. Naruto panik, diceknya napas Sakura, masih ada walau sangat pelan. Tidak terasa air mata mengalir dari kedua mata Naruto. Menghalangi penglihatannya yang saat ini menerobos hutan yang menuju ke gunung. Naruto melompat ke atas dan berlari melompati puncak pepohonan.

ಥ╭╮ಥ

Sebentar lagi matahari akan segera terbit. Naruto duduk di batang cabang pohon cemara yang sangat tinggi yang berada di puncak gunung. Pandangan mata Naruto terlihat kosong. Di sebelahnya bersender Sakura yang masih tidak sadarkan diri. Naruto sudah berkali-kali membangunkan Sakura dari ketidaksadarannya, tapi Sakura tidak bangun-bangun. Naruto memeluk Sakura dengan erat dari samping. Naruto tahu, Sakura masih hidup.

"Bangunlah... lihatlah... Matahari akan segera terbit. Kau bilang ingin melihat matahari terbit, kan?"

Air mata sudah mengalir kembali di kedua mata Naruto. Mungkin Naruto cengeng, Naruto tidak dapat menahan kesedihannya melihat orang yang sangat disukainya akan meninggalkannya.

"Engghh..."

Mendengar erangan pelan Sakura, Naruto segera menghapus air matanya.

"Hei, kau sudah bangun?" Naruto berusaha untuk tegar.

"Ah... kita sudah sampai, ya...."

"Kau bilang rumahmu ada di atas gunung, aku tidak melihat ada satu rumah pun di gunung ini. Kau berbohong...."

Sakura tersenyum lemah, wajah Sakura semakin pucat dari semalam.

"Ah... Matahari terbit.... Cantiknya...."

Sakura sangat senang dapat melihat matahari terbit sebelum ia mati. Melihatnya membuat Sakura semangat untuk dapat memulai kehidupan barunya.

"Terima kasih, Naruto.... Aku sangat senang...."

Naruto semakin mengeratkan pelukannya. Sakura merasa hangat dan sangat nyaman dipeluk seperti ini oleh Naruto.

"Seandainya... aku bertemu denganmu bukan sebagai seorang pencuri, aku ingin sekali berteman deng... a ...n... m...."

Naruto melepaskan pelukannya pada Sakura dan menatap wajah Sakura. Sakura sudah memejamkan kedua matanya. Naruto melihat wajah damai dan bahagia Sakura dalam tidur panjangnya itu.

"Tidak! Hei, bangunlah!" Naruto mengguncang-guncangkan tubuh Sakura.

"Hiks... bangunlah.... Jangan tinggalkan aku!" Naruto terisak, kali ini air matanya mengalir deras dari kedua matanya.

"SAKURAAA...!!!" Naruto meneriakkan nama Sakura.

Naruto berjalan sambil menggendong tubuh Sakura. Tidak ada niat untuk menguburkan Sakura. Masih berada di wilayah pegunungan, Naruto menuju sebuah air terjun dan ada mata air di sana. Naruto membaringkan tubuh Sakura di atas batu besar. Naruto mengeluarkan saputangannya dari saku celananya dan mencelupkannya ke dalam air. Diperasnya saputangan itu, dengan perlahan Naruto membersihkan wajah Sakura yang kotor dengan noda darah.

Naruto mengelus wajah Sakura yang sudah terlihat bersih. Naruto tersenyum pada Sakura.

"Kau terlihat cantik kalau bersih seperti ini..."

Srakk... srakkk...

Naruto mendengar ada yang sedang berjalan mendekat kepadanya, dengan siaga Naruto meraih kunai yang disimpannya di tas kecil yang ada di kakinya. Suara itu semakin mendekat, dan keluarlah seorang manusia dari balik semak-semak. Naruto hampir saja melempar kunai itu pada seorang nenek-nenek yang baru saja keluar dari balik semak.

"Ah, Nenek, kupikir siapa...." Naruto sangat lega bukan orang jahat yang datang.

Nenek tua itu berjalan mendekat ke arah Naruto. Sampai di hadapan Naruto, Nenek itu melihat Sakura yang terbaring di atas batu besar.

"Dia kenapa?"

"Ah, dia... dia... sudah tiada...." lirih Naruto kembali sedih.

Naruto melihat nenek tua itu mendekat pada Sakura. Nenek tua itu menatap Sakura dengan teliti. Dengan sekali gerakan yang membuat Naruto terkejut, nenek itu mengeluarkan cakra penyembuhan yang sangat besar kepada Sakura. Cakranya sangat berbeda dengan milik Tsunade.

"A-apa yang Nenek lakukan?"

"Diamlah... Dia masih hidup, kalau tidak segera ditolong, dia sebentar lagi akan mati."

Naruto terkejut mendengar Sakura masih hidup. Jelas-jelas tidak ada napas lagi yang keluar dari hidung Sakura. Bagaimana bisa?

Naruto memperhatikan Sakura, Sakura masih tetap tertidur, tapi ada yang berubah, Sakura bernapas. Naruto sangat senang.

"Kumohon, Nenek, tolonglah dia...."

Bersambung...

Continue Reading

You'll Also Like

117K 13.2K 24
SASUFEM!NARU FANFICTION Naruto tidak mengerti kenapa para senior wanita di hotel tempatnya bekerja tidak meyukainya? Dia juga tidak mengerti kenapa G...
3.7K 443 23
"Wajah itu adalah miliku"ucapnya
1M 86.2K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
92.2K 9K 25
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...