SULTAN | THE KING HOLKAY

By rikakusmiati

168K 3.7K 417

》S2 Rahardika family 《 Sultan Devano Rahardika Sultan itu : • Sombong tapi humoris • Irit ngomong! Sekalinya... More

1. Gadis Ceroboh
2. Keluarga Aneh
4. Pertengkaran
5. Surat Perjanjian
pengumuman
?

3. Penawaran Kepala Sekolah

5.5K 633 35
By rikakusmiati

UP LAGI NIH GUYS😇
SEBELUM BACA VOTE AND COMEN DULU YA 🌻

KALIAN BACA CERITA INI PAS TANGGAL BERAPA?

LAGI NGAPAIN?

HAPPY READING❤

Kadang pengorbanan itu perlu, demi masa depan yang lebih cerah










•Queen•

"Mommy, kaus kaki punya Kinara nggak ada."

"Ada sayang. Itu di dalem lemari barbie kamu."

Teriakan dua manusia berbeda umur itu seakan sudah biasa Sultan dengar. Lelaki itu berjalan menuju ruang makan. Dia sana sudah ada Sean, Nenek Bilqis, dan tentu saja sang Daddy. Sementara Mommy-nya tengah membuatkan kopi untuk sang tuan raja.

"Pagi semua." Sapa Sultan duduk di kursinya.

"Pagi juga."

Nayra muncul dengan tangan membawa nampan yang diatasnya terdapat kopi panas. Rutinitas yang selalu sang Daddy minum setiap pagi hari.

"Pagi, Mom." Sapa Sultan mengecup pipi sang Mommy tak menghiraukan sang Daddy yang tampak kesal.

"Pagi juga sayang."

"Mommy, Look. Aku cantik nggak?" Teriak Kinara memperlihatkan rambutnya yang di kepang.

"Wahh,,, anak Mommy cantik banget, sih."

"Iya dong. Aku, 'kan anak Mommy."

"Anak Daddy juga." Timpal Devan. Kinara menatap sang Daddy dengan sinis. Gadis itu tengah marah! Bayangkan saja, semalaman dia tak bisa tidur karena tidak dibacakan dongeng sang Mommy. Mereka berdua bahkan tidak makan malam, dan malah melakukan 'olahraga' yang tidak Kinara tau olahraga apa itu? Alhasil, dia tidur dengan kakaknya Sean. Meskipun dingin dan jarang bicara, setidaknya dia mau membacakan dongeng untuknya.

"Apaan sih!" Celetuk Kinara, duduk di samping kakaknya Sean.

Semua anggota keluarga mulai menyantap makanan mereka. Nayra menatap sang putri dengan mata melotot. Gadis itu seperti orang yang tidak makan beberapa hari.

"Kinara sayang, pelan-pelan makannya. Nanti kamu keselek."

"Kinara lapar, Mommy. Semalam nggak makan. Soalnya Mommy nggak masak." Celetuknya membuat Nayra merasa bersalah. Kinara itu orangnya pemilih. Dia tidak mau makan makanan para koki yang ada di rumah ini selain makanan buatannya.

"Maafin, Mommy, ya, sayang."

"Mommy, emangnya kemarin Mommy sama Daddy olahraga apa sih? Emang ada, ya, olahraga yang di lakuin di kamar?" Tanya Kinara polos. Dan pertanyaan itu berhasil membuat semua anggota keluarga tersedak secara berjamaah. Kecuali Sean.

"E-hemm,,, aku udah selesai sarapannya. Aku pamit Mom, Dad. Ayo My princess, kakak anterin kamu sekolah." Ucap Sultan. Ia harus segera membawa adiknya pergi ke sekolah. Atau gadis itu akan terus bertanya hal-hal yang lain dan hal yang lebih aneh.

"T-tapi,,,aku mau tau dulu olahraga apa yang Mommy dan Daddy lakukan di kamar."

"Nanti saja tanyanya. Kau harus segera pergi sekolah. Atau nanti kau terlambat?" Timpal Bilqis. Ia tak tega melihat wajah anak dan menantunya yang sudah pucat, bingung harus memberi jawaban apa pada anaknya yang cerewet itu.

"T-tapi-,"

"Sudahlah My princess, ayo kita sekolah."

"Baiklah-baiklah. Gendong!"

Setelah berpamitan kepada semua anggota keluraga, Kinara dan Sultan segera pergi dari sana. Sedangkan di tempatnya, Nayra dan Devan hanya bisa menghembuskan napasnya lega. Kali ini mereka selamat dari pertanyaan anaknya yang cerewet itu. Tapi nanti, hanya Tuhan yang tau apa yang akan terjadi.

💰💰💰

Queen turun dari bus dengan wajah lega. Gadis itu pikir, dia akan terlambat sekolah. Tapi untungnya, dia sampai di sekolah 5 menit sebelum bel masuk dan gerbang di tutup. Jarinya memilin tali dari tasnya, saat melihat segerombolan Geng Ambyar yang berkumpul di parkiran. Di sana juga ada Sultan. Dia mulai mempercepat langkahnya, kala matanya beritatap dengan si ketua geng Ambyar.

"Whohoo,,,neng cantik mau abang anterin nggak sampe kelas." Goda Abimanyu mengikuti Queen dari belakang.

"N-nggak usah."

"Udah di tolak duluan sebelum start di mulai. Kasian banget sih. Mana masih muda." Celetuk Viki, tertawa terbahak-bahak melihat wajah Abimanyu yang masam.

"Diem lo, Viki. Masih untung gue ditolak sebelum start di mulai. Daripada elo, udah di tolak terus-terusan sama si Manda, masih terus aja berharap." Semprot Abimanyu.

Miris

Lebih miris dari nasibnya! Pikir Abimanyu.

"Heh,, gue, 'kan cowok sejati. Makanya gue terus ngejar Manda. Gue mau buktiin sama dia, kalo gue beneran serius. No main-main."

"Ck! Bulshit."

Queen tak mengidahkan percekcokan antara Abimanyu dan Viki. Gadis itu lebih memilih pergi dari sana. Lama-lama diam di sana, bisa-bisa dia mati berdiri. Apalagi saat melihat tatapan intens Sultan yang di layangkan padanya.

Menyeramkan, batin Queen.

💰💰💰

Queen menggigit jarinya cemas. Saat pelajaran di mulai, tiba-tiba pak Bambang menyuruhnya untuk keruangan kepala sekolah. Entah apa yang akan kepala sekolah bicarakan dengannya. Yang pasti dia sangat takut dan cemas. Ia takut kalau ini semua ada sangkut pautnya dengan beasiswa yang di terimanya.

Apa kepala sekolah akan mencabut beasiswanya?

Pertanyaan itu terus saja terngiang-ngiang di dalam otaknya.

"Positif thinking aja, Queen." Ucap Lolita. Dia tau pikiran Queen menjurus kemana.

"Aku takut, Lita. Aku takut kepala sekolah cabut beasiswanya."

"Ya nggak mungkin lah, Queen. Mana mungkin mereka cabut beasiswa lo. Sementara lo sendiri murid berprestasi dan pantes dapet itu semua. " Timpal Manda.

Queen menarik napasnya, lalu menghembuskannya secara perlahan. "Bismillah, semoga yang aku pikirin nggak bener. Aku ke ruangan kepala sekolah dulu, ya."

"Iya. Semangat."

Selama perjalanan menuju ruangan kepala sekolah, tak henti-hentinya dia berdoa dalam hati semoga yang ia pikirkan tidak benar. Saking sibuknya dengan pemikiran itu, ia tanpa sengaja menabrak seseorang membuat kedua terjatuh kelantai.

"Aww,,,," Pekik Queen. Matanya melirik kearah orang yang ia tabrak.

"Maaf, ya. Aku nggak sengaja." Pinta Queen. Gadis itu mencoba melihat siapa orang yang ia tabrak. Dilihat dari pakaiannya, dia adalah anak basket.

"Kalo jalan liat-liat dong." Sentak orang tersebut. Dia menatap Queen dengan marah.

Gadis ceroboh ini lagi, pikirnya.

"E-eh,,maaf, kak. Aku nggak sengaja." Sesal Queen.

Kenapa harus dia lagi sih, yang aku tabrak, Batin Queen merutuki kecerobohanannya.

"Maaf-maaf. Maaf lo nggak guna tahu, kalau lo terus lakuin kesalahan ini mulu." Teriak Sultan. Setiap bertemu dengan gadis bernama Queen itu, selalu saja dia kena sial. Seperti saat ini.

Banyak pasang mata yang menatap kearah mereka dengan penasaran. Ada yang menatap Sultan dengan penuh kagum dan ada juga yang menatap Queen dengan sinis.

"Aku beneran nggak sengaja, kak."

"Kak? Lo pikir gue kakak lo." Sinis Sultan. Pandangannya beralih menatap setiap siswa yang mengerubuninya. "Ngapain lo semua ada di sini. Sana pergi. Ini bukan sinetron yang suka lo pada tonton." Usir Sultan. Dia benar-benar tak suka menjadi bahan tontonan.

Tak butuh waktu lama, semua murid itu mulai bubar dari sana. Mereka tak mau kena amukan anak pemilik sekolah itu. Bisa berabe, pikir mereka.

Sultan menarik pundak Queen dengan kasar. Matanya yang tajam, menatap setiap lekuk wajah gadis itu dengan intens. "Lo punya masalah apa sama gue, hmm? Kenapa lo selalu bikin gue kesel?!"

"A-aku minta maaf. Aku bener-bener nggak sengaja." Ringis Queen. Gadis itu mencoba melepaskan tangan Sultan yang memegang erat pundaknya.

"Lo bikin gue kesel! Sialan!"

Queen menatap kearah Sultan dengan mata tajam. "Nggak usah marah-marah dong. Aku, 'kan udah minta maaf. Lagian aku juga nggak sengaja." Gadis itu menyentak dengan kasar tangan Sultan yang ada di pundaknya, membuat Sultan terbelalak.

Berani banget ini cewek! Harus di kasih paham kayanya, batin Sultan menatap Queen dengan sinis.

Hendak saja Sultan akan mengeluarkan segala macam jurus hujatan legendnya, entah datang dari mana teman nggak ada ahlaknya tiba-tiba datang.

"Eh,,,ada neng Queen. Lagi ngapain duduk di lantai sama si Sultan? Lagi main monopoli kah? Atau lagi main ciwit-ciwitan." Celetuk Abimanyu.

Queen dan Sultan menatap satu sama lain dengan mata permusuhan. Dengan bebarengan, keduanya beranjak dari duduknya. Alhasil kepala mereka terbentur satu sama lain.

"Aww,,,,"

"Anjir." Sultan memegang kepalanya yang terasa nyeri. Mulutnya sudah komat-kamit siap mengeluarkan hujatan legendnya.

"Lo bener-bener cari masalah, ya, sama gue! Kalau bukan cewek, udah gue hempas lo ke amazon."

"Kamu kenapa jadi marah sama aku?! Coba aja kalau kamu nggak berdiri barengan sama aku. Mungkin kita nggak akan kejedot satu sama lain."

"Oh, jadi ini semua salah gue, gitu?!" Desak Sultan sewot.

"Aku nggak ngomong ini salah kamu kok."

"Tapi omongan lo barusan, seolah-olah gue yang salah di sini."

Abimanyu menatap kedua sejoli yang ada di hadapannya dengan jengah. Jika tidak segera di lerai, bisa-bisa ada aksi jambak-jambakan di sini.

"STOPPPP! STOPP! STOPP!" Abimanyu hanya tersenyum kaku, kala mendapat tatapan tajam dari Sultan dan Queen.

"Lo berdua bisa nggak jangan pada adu mulut di sini. Para murid gedeg dengernya! Ayo Tan, kita harus buru-buru ke lapangan. Pak Banu udah nunggu dari tadi."

"Awass, ya, lo. Nggak akan gue lepasin, elo gitu aja." Ketus Sultan sebelum pergi dari sana, diikuti oleh Abimanyu di belakangnya.

Queen menatap Sultan dengan sinis. Dasar cowok aneh, pemarah, sombong!, Batinnya.

Queen menepuk jidatnya pelan. Gara-gara berdebat dengan cowok pemarah itu, dia jadi melupakan tujuannya yang akan pergi ke ruang kepala sekolah.

Hendak saja Queen membuka ruangan kepala sekolah, tiba-tiba pintu itu terbuka dari dalam membuatnya mundur beberapa langkah. Seorang lelaki paruh baya tampak menatapnya dengan dingin dan intens. Tatapannya tampak familiar. Tapi,,,,siapa?

Dia menundukan kepalanya pelan. Matanya masih mencuri-curi pandang pada punggung lelaki paruh baya itu yang semakin menjauh.

"Permisi, pak."

"Ohh, Queen. Silahkan duduk." Queen duduk di sofa yang ada di sana. Tangannya meremas rok sekolahnya dengan gugup.

Bagaimana ini? Apa kepala sekolah benar-benar akan mencabut beasiswaku?, batinnya

"Emm,,,ada apa bapak memanggil saya kemari?" Gugup Queen berusaha tenang.

"Ehem,, saya kesini ingin membicarakan soal beasiswa kamu, Queen."

"Beasiswa saya? Kenapa, pak? Apa ada masalah?" Khawatir Queen. Gadis itu mempunyai firasat buruk.

"Sebenernya, sponsor yang memberikan kamu beasiswa, mau membiayai kamu sampai jenjang kuliah, Queen."

"Sampai kuliah?" Cicit Queen tak percaya. Ada perasaan senang dan haru dalam hatinya. Tapi,,,kenapa tiba-tiba?

"Iya, Queen. Tapi si sponsor itu mau meminta bantuan sesuatu sama kamu."

"Bantuan apa, Pak?" Tanya Queen semakin penasaran.

"Kamu tahu, 'kan murid bar-bar yang namanya Sultan?"

"Sultan?"

Jangan bilang kalo Sultan yang èntu lagi, batin Queen.

"Sultan Devano Rahardika, anak Ips 2, ketua geng bar-bar apa sih namanya. Emm,,,Ambyar! Iya geng Ambyar. Kamu hanya perlu menjadi guru pembimbing untuk dia, sampe nilainya mencapai rata-rata saja. Kalau kamu berhasil membuat dia mencapai nilai rata-rata atau lebih, sponsor itu berjanji akan membiayai semua keperluan sekolah kamu. Bahkan sampai kuliah. Bagaimana, apa kamu setuju?" Tawar pak kepala sekolah.

"Emm,,,pak apa saya boleh bertanya sesuatu."

"Iya. Silahkan Queen, kamu mau tanya apa?"

"Apa sponsor yang memberi saya beasiswa itu keluarga Rahardika? Pemilik sekolah ini sekaligus keluarga Sultan sendiri?" Tanya Queen hati-hati, takut pertanyaan sangat lancang, karena menanyakan hal yang privasi.

"Sebenarnya saya tidak seharusnya memberitahu kamu siapa sponsor yang memberi kamu beasiswa. Tapi, karena ini ada sangkut pautnya dengan Sultan, jadi saya akan mengatakan semuanya. Iya, keluarga Rahardika lah yang menjadi sponsor untuk kamu. Mereka berharap, kamu bisa membuat nilai Sultan menjadi lebih baik, dengan menjadi guru pembimbingnya."

Queen menghela napasnya pelan. Ternyata dugaannya benar. Kenapa hidup harus serumit ini, setelah ia bertemu dengan Sultan?! Padahal, dulu ia merasa hidupnya aman-aman saja sebelum bertemu dan bermasalah dengan si cowok pemarah itu, batin Queen mendramatis.

"Apa Sultan sudah mengetahui kalau saya akan menjadi guru pembimbing untuk dia?"

"Sebenarnya Sultan belum mengetahuinya. Kamu tahu sendiri, 'kan kalau Sultan itu keras kepala. Saya yakin dia tidak akan mendengar ucapan saya. Jadi, saya minta kamu sendiri yang bicara pada dia."

Queen bergumam tak suka mendengar ucapan kepala sekolah. Bagaimana mungkin dia bisa berpikir demikian. Kalau Sultan tidak mendengarkan beliau yang notabenya kepala sekolah, lalu apa si pemarah itu akan mendengarkannya yang bukan siapa-siapa ini?

Tentu saja tidak!

Kemungkinan gagal saja sudah 99%. Apalagi, tadi saja dia baru berdebat dengan lelaki itu. Huhh,,,benar-benar rumit!

"Bagaimana Queen, apa kamu menerima tawaran ini?"

Queen memilin jarinya bingung. Apa dia harus menerima atau menolaknya? Jika menerimanya, otomatis dia tidak perlu lagi memikirkan biaya kuliah. Tapi hal yang lebih buruknya, dia malah harus mengajari si cowok pemarah itu.

Tapi, jika dia menolaknya, ada kemungkinan besar sponsor itu bisa saja mencabut beasiswanya sekarang juga. Dan Queen tak mau itu semua terjadi.

"Baik, Pak. Saya menerima tawaran bapak." Tegas Queen.

Setidaknya, dia melakukan semua ini demi mempertahankan beasiswa ini dan untuk membanggakan ibunya. Huhh,,,semoga saja keputusannya untuk menjadi guru pembimbing untuk si cowok pemarah itu tidak salah.

Semoga saja!

Tbc....

GIMANA-GIMANA SUKA SAMA PART INI??

SATU KATA BUAT PART INI?

ADA YANG NUNGGUIN CERITA INI NGGAK?

MENURUT KALIAN, CAST SIAPA SIH YANG COCOK BUAT JADI SULTAN SAMA QUEEN?

KOMEN DI SINI YA🌻

SPAM KOMEN UNTUK PART SELANJUTNYA 🥳

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INSTAGRAM AKU :
• rikakusmiati_
• RikaStory11

JANGAN LUPA JUGA FOLLOW AKUN TIK TOK AKU DI :

•Rikakusmiati2908

❣Rika
    Garut, 12 Agustus 2k21♡

•See you•

Continue Reading

You'll Also Like

12.2M 753K 56
Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan se...
246K 18.4K 19
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
4.8M 205K 50
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
2.2M 118K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...