"Hari keempat kan belajar bareng, hari kelima baru main sama cacing, kenapa jadi kebalik sih?"
Ah iya juga, semuanya terjadi gara-gara tanaman pesanan mereka yang datang kemarin, makanya keduanya memutuskan untuk berkebun dulu yang seharusnya jadi agenda pendekatan mereka di hari kelima.
"Gak apa-apa gak sesuai urutan juga, daripada strawberry kita ditanam sekarang, kan kasihan jadinya layu."
Vian mengangguk paham, ia kembali fokus untuk membaca buku paket super tebal milik Rizky yang sudah ditandai mana yang pentingnya. Pelajaran yang Vian pelajari juga Rizky kuasai, jadi ia akan bertanya semua hal yang tak dirinya paham.
Ah, meskipun Vian lebih suka pelajaran kehidupan, tetapi ia tidak memiliki alasan untuk meninggalkan pendidikan formalnya. Lagipula pandai di pelajaran juga merupakan sesuatu yang baik, di samping moral yang harus baik juga.
"Katanya classmeeting abis UAS ya? Emangnya kenapa sih? Kan di sekolah lain juga abis UAS tuh classmeeting. Pas Vian SMP juga classmeeting sering abis UAS kok."
Rizky melepaskan kacamata yang bertengger di hidungnya, ia menoleh pada Vian lalu merebahkan tubuhnya di atas karpet.
"Udah tradisi sekolah kita kalau classmeeting itu sebelum UAS. Ya bisa disebut classmeeting, pensi, Expo juga. Cuman tiap tahun beda nama doang, tapi kegiatannya itu-itu juga--"
Vian mendecak, "aneh banget tau Ky, jadi sebelum UAS tuh kita huru-hara happy-happy, iya? Abis itu baru deh pusing sama UAS. Idealnya kan kita pusing dulu, abis pusing baru deh ... kita refreshing otak."
Rizky terkekeh, "abis UAS biasanya study tour kalau kamu lupa."
Vian menatap Rizky aneh, "hah? Study tour? Tiap semester ada study tour? Kok gitu sih?"
Rizky duduk lagi, kemudian menyandarkan tubuhnya pada ranjang tidur mereka.
"Ya iya, kita tuh classmeeting dulu, terus UAS, abis UAS langsung study tour. Kalau classmeeting abis UAS, gak ada waktu buat study tour ... pasti mepet banget sama bagi rapot. Dan kayaknya semester sekarang gak akan ada study tour dulu deh."
"Loh? Pas kita kelas sepuluh kan gak ada study tour--"
"Masa? Kamu gak ikut? Padahal kelas 10 IPA 1 pasangannya kelas 10 IPS 1, kita waktu itu ke Bogor loh, terus pulangnya mampir dulu ke taman buah. Semester duanya naik gunung, kamu gak ikut juga?"
Vian mengernyitkan dahi kemudian menggaruk kepalanya.
"Kan classmeeting semester lalu konsepnya pensi gitu kan? Terus abis pensi kita langsung UAS. Nah, abis UAS Vian gak ke sekolah lagi, soalnya otak mumet banget anjir ngerjain soal. Bukan ngerjain soal sih itu mah, tapi Vian dikerjain soal."
Rizky terkekeh, Vian ketinggalan satu tahun.
"Eh, yang pusing isi soal ulangan tuh cuman Vian doang ya? Soalnya otak Vian isinya kan cuman seperempat doang hahaha. Eh iya juga ya, kalian gak kelihatan pusing."
Huh, Vian sadar ... di sekolah itu ia adalah satu-satunya siswa bodoh. Meskipun siswa lain ada yang masuk karena finansial dan fisik, tetapi otak mereka setidaknya tetap berjalan. Tak seperti Vian yang bodohnya sudah melampaui batas.
"Kuis yuk."
"Loh, Iky kan belum baca. Iky cuman main laptop aja gak ada sentuh buku sama sekali!"
Rizky terkekeh, "udah paham di luar kepala."
Ah iya, bisa-bisanya Vian lupa.
"Nih, mata pelajaran Sejarah."
Rizky mengambil buku itu kemudian meletakkannya di pinggir laptopnya.
"Iky jangan susah-susah, Vian cuman baca materi kerajaan doang."
Rizky mengangguk kemudian memikirkan pertanyaan yang akan ia berikan untuk Vian.
"Coba jelasin siapa itu Ratu Shima."
Vian melotot,
'Ratu Shima tuh siapaa, aduh lupaa' Jerit Vian dalam hati.
"Majapahit?"
Rizky terkekeh, "Majapahit tuh Hayam Wuruk, Gajah Mada, Tribhuwana Wijayatunggadewi. Ratu Shima tuh beda lagi. Dari kerajaan apa coba?"
Vian berpikir sejenak, ia benar-benar lupa.
"Emm ... Kutai Kertanegara? Sriwijaya FC?"
"Sriwijaya FC tuh klub sepak bola sayang."
Vian meringis, "apa ya? Kerajaan samudera pasai?"
"Apa banget deh Vian, samudera pasai dari mananya? Hahaha, bukan."
Vian diam sejenak, ia agak menyesali perihal dirinya yang terlampau bodoh.
"Siapa ya, emm ... Kerajaan Mataram?"
Rizky tertawa, "baca di halaman empatpuluh tujuh coba, paragraf pertama sama kedua."
Vian mengambil buku yang Rizky beri, ia mulai membaca sederet huruf yang baginya memusingkan.
".... Kerajaan Kalingga adalah salah satu kerajaan bercorak Hindu-Budha yang pernah berkembang di Nusantara sekitar abad ke 6 masehi hingga abad ke 7 masehi. Kerajaan ini diperkirakan terletak di bagian utara Jawa Tengah, yang mencakup mulai dari Pekalongan hingga ke Jepara.
Bahasa yang digunakan di Kalingga terdiri atas, sanskerta, Jawa Kuno (kawi) dan melayu kuno. Agama yang dianut masyarakat, yaitu Hindu dan Budha. Ragam bahasa dan agama yang terus berkembang dan berdampingan selanjutnya dalam Kerajaan Mataram Kuno ...."
Vian mengernyitkan dahi, "terus ratu Shima tuh siapa?"
Rizky terkekeh lalu mencubit kedua pipi Vian sampai memerah.
"Baca paragraf ketiga coba."
".... Penguasa Kalingga yang menonjol dan berhasil membawa kerajaan tersebut pada masa kejayaannya adalah Ratu Shima yang naik tahta menggantikan suaminya, Raja Kartikeyasingha. Ia digambarkan sebagai seorang pemimpin yang tegas dan tanpa kompromi dalam penegakan hukum, yang dibuktikan dengan menjatuhkan hukuman kepada anaknya yang tanpa sengaja menyentuh benda bukan miliknya ...."
Vian terperangah, "ohh, kerajaan Kalingga? Rajanya Airlangga kan?"
Rizky mengernyitkan dahi, "kok Airlangga? Raja Airlangga itu pendiri Kerajaan Kahuripan, yang memerintah sekitar tahun 1009-1042, di mana dia itu memiliki gelar Abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa---"
"Loh ... kirain sama, soalnya belakangnya ada 'ngga ngga' nya." Vian mencit, merasa sangat bodoh.
Rizky maklum, "gak apa-apa, baca lagi dan pelajari lagi. Gak masalah kalau kamu salah, soalnya kerajaan di Nusantara itu ada banyak dan kamu perlu waktu buat hafalkan itu semua."
Vian mengangguk malu, "iya pak guruuu" ia terkekeh kemudian mendusel-dusel di bahu Rizky.
"Belajarnya sambil makan aja boleh gak?"
Rizky tertawa, "boleh kok, bentar ya ...."
Rizky berdiri kemudian mengambil satu kotak pizza yang baru saja sampai di rumah mereka. Keduanya memesan pagi hari, tetapi makanan itu baru datang jam sembilan malam.
"Kata temen-temen sih lidah Vian katro soalnya gak suka makanan mahal begini. Apalagi kak Johan sama kak Rama kan tajir banget, suka aneh kalau lagi-lagi Vian maunya mie ayam, bakso, mie ayam lagi, terus bakso lagi. Lama-lama takut jadi ayam beneran yang bentuknya bulet kayak bakso. Tapi gimana ya, Vian bukannya gak suka ... tapi mahal gitu loh, sayang uangnya. Mendingan ditabung buat beli sepatu futsal."
"Mahal harganya soalnya kamu nongkrong sama mereka yang kata kamu tajir itu. Iya lah, mereka gak akan kasih makanan murah, pasti caper dengan cara kasih makanan sama minuman paling mahal, soalnya tahu kalau kamu banyak makan. Pizza banyak yang gak mahal kok, di kantin sekolah juga banyak yang harganya lima ribu sampai lima belas ribu, harganya sama kayak Mie Ayam atau Bakso kan? Udah ... makan cepetan, kita kuis lagi."
Vian mengangguk, apapun yang Rizky beri untuknya akan selalu ia makan dan nikmati.
Karena ia tahu, Rizky tidak akan mungkin memberikan racun di dalam makanannya.
Salah satu sikap buruk Vian adalah, ia terlalu percaya pada orang lain dan jarang menaruh kecurigaan. Mengapa? Vian hanya menganggap bila hidup adalah sebuah timbal balik. Ia hanya menganggap bila apa yang ia tanam maka itulah yang akan ia petik. Tanpa sadar bila di dunia ini banyak sekali manusia yang hidupnya sudah jauh dari norma.
Ya, apa yang kamu tanam ... tak akan selalu kamu petik. Mengapa? Ibarat kamu menanam jagung, apakah akan selalu kamu yang memanen jagung itu? Tidak juga, kan? Mungkin jagung kamu akan dimakan burung ... atau malah, dicuri oleh orang lain.
Tetapi, bila kamu menanam, kamu memiliki opsi memetik atau tidak. Tak seperti kamu yang tak menanam, tak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk memetik.
Maka, jangan harap bila kamu tak menanam, kamu akan memetik sesuatu.
"Ini pizza yang mahal loh Vi."
"Mahal atau murah ujung-ujungnya bakalan jadi eek juga."
Vian terlalu percaya pada teman-temannya, ia tidak curiga sekalipun mereka pernah memiliki niat buruk kepadanya. Vian juga nyaman saja dengan Rizky, tanpa tahu bila kakak tirinya itu pernah menidurinya.
"Di Nusantara itu ada satu kerajaan yang pembahasannya menarik banget, kerajaan apa coba? Sama alasannya"
Rizky bertanya, Vian yang mulutnya masih penuh dengan makanan akhirnya menatap Rizky dengan tatapan bingung. Ia segera menelan sisa pizza di mulutnya, lalu mulai menjawab pertanyaan dari Rizky.
"Majapahit? Karena tidak manis? Tidak pedas? Tidak asam? Tapi pahit."
Rizky mengernyitkan dahi, "aneh banget jawabannya."
Vian hendak protes, "loh bener kan? Majapahit itu asal usul namanya dari buah Maja yang rasanya pahit. Makanya namanya Majapahit, kalau buah Maja rasanya manis, asam atau pedas, nanti namanya Majamanis, Majaasam atau Majapedas."
Iya deh suka-suka Vian. Tetapi Rizky mulai senang karena Vian ada progres. Ya mungkin caranya menghafalkan sesuatu memang sambil memikirkan hal-hal yang tak berkaitan sama sekali. Lagipula cara orang untuk menghafal memang berbeda-beda, kan?
"Yang paling menarik tuh cerita kerajaan Singasari--"
"Ken Arok sama Ken Dedes? Vian ingetnya itu, sama keris empu Gandring? Iya kan?"
"Seratus buat Vian!! Nah iya, jadi semuanya tuh berawal dari Ken Arok yang suka sama Ken Dedes, tapi sayangnya Ken Dedes tuh sudah punya suami, yaitu Tunggul Ametung. Jadi, menurut pendeta Lohgawe, barang siapa yang bisa memperistri Ken Dedes, maka dia akan menjadi seorang raja besar. Wah, dari sana tuh akhirnya Ken Arok punya tekad buat membunuh Tunggul Ametung."
"Zaman dulu tuh gak bisa satu istri dua suami ya Ky? Beda kayak zaman sekarang?"
Rizky mengangkat bahu, "wah kalau sampai sana Iky juga kurang paham deh Vi. Tapi istri tuh idealnya punya satu suami doang kan? Tapi suami boleh punya istri maksimal empat, hahaha. Gak tahu deh, mungkin bisa tanya guru Sejarah, kalau besok Vian ada jadwal sejarah."
Vian mengangguk paham, matanya masih fokus menatap Rizky, meminta untuk dijelaskan kisah kerajaan Singasari yang belum tuntas ia jelaskan.
"Udah mau jam sebelas, besok kita sekolah. Buat materi sejarah kamu baca-baca lagi deh, baca juga kisah kerajaan Singasari ... dan cari tahu alasannya kenapa Iky sampai bilang kalau kisah di kerajaan itu menarik banget. Itu tugas Vian, oke!"
Vian mengangkat jempol, kemudian menuliskan tugas tersebut di buku catatannya.
"Kenapa ya, IPS itu selalu diremehkan?"
Rizky menoleh, "gak juga kok, di sekolah kita mau IPA atau IPS sama aja pinternya, iya kan?"
"Kalau gak ada IPS, IPA gak akan jadi IPA. Kalau gak ada IPA, IPS gak akan jadi IPS juga. Ah iya Vian paham, kenapa IPS dianggap sebelah mata, ya karena siswanya pada nakal, beda sama IPA yang pada kalem itu."
"IPA gak semua kalem, yang bangsat juga banyak. Yang kemudian bikin IPA lebih tinggi itu karena perspektif dan prospek kerja yang mereka dapat ketika lulus dari IPA. Terus, di Perkuliahan, IPA mudah buat ambil lahan anak IPS, sementara IPS susah, bahkan gak bisa ambil lahan anak IPA."
"Iya deh Ky, itu kan kejadian karena Ilmu yang anak IPS pelajari tuh simpel alias to the point. Kalau IPA kan harus melalui rumus-rumus. Jadi anak IPA tuh mudah kalau mau belajar pelajaran anak IPS, tapi anak IPS susah kalau mau belajar pelajaran anak IPA."
"Tapi IPS tuh ilmu yang berubah-ubah kan Vi, manusia di zaman sekarang berbeda dengan manusia di zaman dulu. Jadinya kalau mau pake teori yang sama tuh takutnya kurang tepat. Dan Iky rasa tuh IPS lebih susah, meskipun kata Vian to the point, tapi banyak banget hal-hal yang harus diselaraskan sama perkembangan zaman. Gak kayak Ilmu IPA, dari awal sampai akhir ya rumusnya kayak gitu terus, gak akan berubah, jadinya lebih enak meskipun di beberapa tahap emang pengerjaannya bikin kepala mendidih. Dan secara garis besar, menurut Iky IPS terlalu istimewa buat dianggap sebelah mata. Udah-udah ... Iky ngantuk banget."
Keduanya sama-sama terkekeh, tapi sepertinya yang lebih tinggi sudah ngantuk duluan.
Rizky memilih untuk menyandarkan kepalanya pada bahu Vian, lalu memeluk adik manisnya dari samping. Ia memejamkan mata sebentar, tak mengucapkan kalimat apapun, membuat Vian merasa panas di wajahnya.
'Aduh, kenapa peluk-peluk gini sih? Gak sopan banget buat kesehatan jantung.'
Vian menoleh ke arah Rizky, ia hendak terperanjat, tetapi tidak bisa. Oh ayolah, kenapa ada lelaki setampan Rizky? Mata Vian tak lepas menatap wajah kakaknya yang terlampau tampan itu, Rizky benar-benar pangeran, bukan manusia biasa seperti dirinya.
Vian tersenyum, sepertinya ia benar-benar jatuh cinta.
Tetapi, saat Vian asyik menatap wajah tampan Rizky, lelaki itu malah membuka matanya, melihat wajah Vian yang kini sangat memerah sekali.
Vian spontan salah tingkah.
Rizky terkekeh, "kenapa? Liatnya kayak nafsu banget, hahaha."
Vian tidak bisa mengatakan apapun, ia masih blank dan salah tingkah karena Rizky. Ia hanya terkekeh garing untuk menutupi debaran di jantungnya.
Rizky tiba-tiba memeluk Vian kemudian memberikan kecupan-kecupan di pipi yang lebih muda.
"Jangan malu-malu begitu, kamu kelihatan lebih manis, kan jadi mau nerkam--"
Vian terkekeh,
"mau cium, di bibir."
***
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
.
Adehh anak muda
Selamat Hari Jumat 🍀🍀🍀
***
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jumat
23/07/2021
Rinka 🐾🐾
13.20