Kosan Kanjeng Mamih

By meilinddasoy

33.7K 4.2K 260

Setelah Lulus SMA dan tinggal di rumah kakek neneknya di Bekasi. Lunaya Qirla Morinta memutuskan untuk kembal... More

[1]Pulang
[2]Stalker
[3]Si Kembar
[4]Hoodie
[5]Toko Kue
[6]Menyesal
[7]Hari Minggu
[8]Ajakan
[9]Latih Tanding
[10]Gara-Gara HP
[11]Tantangan
[12]Dimulai!
[13]Rahasia
[14]Terkejut
[15]Latihan
[16]Dean
[17]Teman Dekat
[18]Pengakuan
[19]Kejadian Dimalam Sakral
[20]Tiket
[21]Festival
[22]Sisa Hari
[23]Pelatih Yang Baik
[24]Perjalanan Yang Tidak Singkat
[25]Bantuan
[26]Main
[27]Pagi Yang Damai
[28]H-1
[29]The Day
[30]Rumah Sakit
[31]Menjenguk
[32]Perhatian?
[33]Hari terakhir
[34]Falling
[35]Isi Hati
[36]Pelaku
[37]Salah Paham
[38]Crazy Couple
[39]Crazy Couple 2
[40]Salah Sasaran
[42]Sembuh
[43]In His House
[44]Sorry
[45]Sibuk
[46]Pertandingan
[47]Winner
[48]And The Winner Of My Heart
[49]New Day, New Realitionship
[50]First Date
[51]Sweet Rain
[52]Undead Couple
[53]Lil Sister
[54]Previously
[55]Pajamas Party
[56]Paket
[57]Present
[58]Reyhan Day
[59]Reyhan Day 2
[60]Mungkin
[61]Real Date
[62]About 'Her'
[63]You Are Still The Only One
[64]The Ending With You
[SS]After Her
[SS]Sweet Like A Cake
[SS]Orange Cloud
[SS]Be Your Obsession

[41]Seblak

413 64 5
By meilinddasoy

Holla!
Happy reading!!

◌●●

Eris mengedarkan pandangannya pada ruangan yang gelap, hanya ada cahaya yang tersorot padanya membuat matanya agak sakit karena cahaya itu begitu terang.

"So, lo suka sama Luna?"

Pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan seseorang untuk Eris membuatnya menaikkan alis, sudah ia duga pasti Lano yang memberitaunya. Matanya lansung melirik tajam Lano yang duduk diujung sofa dengan bersedekap dada, saat ditatap oleh Eris, walaupun gelap tapi samar-samar Eris bisa melihat Lano yang memasang senyuman manisnya membuat Eris ingin sekali mengumpat padanya.

Eris menghela nafas dan matanya kembali melihat pada seseorang dihadapannya.

"Kalo iya kenapa? Masalah?" tanyanya dengan nada menantang.

"EH?! BENERAN?! ANJIR GUE CUMAN ASAL NANYA LOH!"

Eris menaikkan alis sebelah karena orang dihadapannya berteriak tak percaya dan jingkrak-jingkrak tertawa keras.

"Heee? Beneran? Padahal asal nanya si Bakti," Eris menolehkan kepala kearah Sharga yang berjalan dan duduk disebelahnya dengan cangkir teh ditangannya.

Kini, kerutan didahi Eris tercipta. Apa maksudnya?

"Ih! Ih! Ih! Anjir muahhahahahaha jujur sendiri anaknya, cieeeeeee!" sorakan Tora terdengar sangat kencang seketika membuat pipi Eris memerah, Eris lansung melihat Lano dengan tatapan bingung.

Lano yang sadar hanya manaikkan bahu, "Bukan gue yang bilang, lo yang bilang bang." ujarnya santai.

"Hooo so-soan ngegarem ternyata." bahkan Reyhan pun tertarik untuk ikut menggoda Eris.

Karena malu, Eris menghempaskan tangannya pada senter yang  dipegang oleh Tora dan cahayanya tersorot didepan wajahnya, "Bangs*t! Terus ngapain nanya-nanya gak jelas pake acara gelap-gelapan ha?! Nyalain lampunya!" umpatnya kesal sekaligus malu, apakah kini ia menjadi bodoh dan mudah untuk ditipu?

Ctak!

"Taraaa~" ucap Tora sambil merentangkan tangannya saat ruang tamu kossan mereka yang tadinya gelap gulita kembali cerah benderang.

"Yakan tadinya gue sama si Tora mau so-soan introgasi kek di flim-film, eh taunya sebuah kejujuran terungkap, pffttt---"

Eris mendengus kesal dan menutup kepalanya memakai sarung yang tadinya ia lingkarkan dibahu, doi baru selesai sholat isya dimasjid bareng yang lain, termasuk Lano.

"Emmm malu dia." lanjut Bakti kembali menggoda.

"Bac*t, diem deh."

"Boleh jadi inspirasi chapter selanjutnya nih." lanjutnya lansung memasang kacamatanya dan membuka laptop, author yang sangat berambisi dan semangat. Ada inspirasi lansung diketik.

"Eh, tapi gimana lo tau Lano?" celetuk Sharga tiba-tiba kepo.

Lano menoleh dan mengedipkan matanya sebelah kearah Eris yang sekarang sudah menatapnya tajam seakan-akan melarangnya untuk memberitau begaimana Lano bisa tau. Itu kejadian yang sangat memalukan untuk Eris.

Menyatakan perasaan pada orang yang salah, bukan cewek lain, bukan juga cowok lain, ini kembarannya, saudaranya, kakaknya. Sungguh, Eris tak pernah terpikirkan akan mendapatkan hal memalukan ini dalam hidupnya.

"Jadikan tadi siang tuh---AAAA! Anjir sarung siapa ini?!"

Lano mengumpat dan menarik kain sarung yang tiba-tiba terlempar kearah wajahnya, sedangkan Eris mengeratkan rahangnya menahan amarah dan rasa malu.

"Hehe, ntar gue cerita pas orangnya gaada," bisik Lano pada Sharga namun walau tak terdengar, Eris tau apa yang akan dibicarakan Lano pada Sharga.

"Serahlah, udah terlanjur pada tau juga. Gue kerumah lo, Lan," ujar Eris berdiri dari posisi duduknya dan menggenggam ponselnya.

"Mau ngapain lo?" tanya Bakti.

"Ngapel."

Sorakan kembali terdengar riuh, "Asekkk gercep bet si sayang. Goodluck!!!" sorak Tora menyemangati diangguki Eris.

"Lah ngangguk dong, hahahahahahhaha!" ucap Bakti tak percaya dan tertawa.

"Semangat calon adek ipar gue!!!" tambah Lano menyoraki Eris yang hendak membuka gerbang.

"Tuh! Lansung disemangatin sama abangnya Ris, tinggal gas doang!" seru Sharga tertawa dibalas dengan jari tengah milik Eris karena mereka semua bersorak terdengar sampe luar kosan.

Bagaimana jika Luna juga mendengarnya? Semoga saja tidak.

Eris menyebrang jalan dengan santai karena jalanan selalu lenggang membuatnya tak perlu menunggu, alisnya terangkat sebelah saat melihat siluet Luna yang terduduk dikursi depan rumah. Lantas, senyumannya terbit saat melihat itu beneran Luna yang sedang memainkan ponselnya.

Kini ia tak akan salah orang lagi, lansung ia rubah raut wajahnya menjadi datar dan membuka kunci gerbang. Mendengar kunci gerbang terbuka membuat Luna menolehkan kepala, matanya lansung tertuju pada Eris yang baru masuk.

"Ngapain lo?" tanya Eris dengan nada sinis.

Luna memutar matanya malas, "Plis deh bang jangan ngajak ribut dulu, gue lagi nungguin orang," ucapnya mengerucutkan bibirnya, membuat perutnya geli ingin sekali tersenyum.

Ia mencoba menahan senyumannya, "Nunggu apa?"

"Nunggu yang ngapel."

Seketika Eris yang daritadi memasang wajah datar kini semakin datar dan dingin, "Siapa?"

"Ha? Kepo." jawab Luna kembali memainkan ponselnya.

Eris menghela nafas berat menahan amarahnya, siapa yang Luna maksud? Dengan langkah amarah dia lansung duduk disebelah Luna kencang membuat Luna terlonjak kaget karena Eris duduk menimbulkan suara.

"Biasa aja dong bang, kalo kursinya roboh kan gak lucu."

Luna kembali memusatkan kembali pandangannya pada ponsel didepannya, Eris semakin menahan nafasnya yang berburu. Perlahan, ia sengaja melirik siapa yang membuat Luna jadi diam seperti sedang kasmaran ini.

Luna sadar jika Eris diam-diam melirik lansung menjauhkan layar ponselnya membuat Eris mendengus kesal, "Apasih bang? Kepo dehhh!" sewotnya menyimpan ponselnya di saku piyama bergambar buah lemon berwarna kuning cerah.

Keduanya menjadi terdiam dengan angin malam yang berhembus kencang, Luna dengan senandungnya dan Eris yang menutup mata ketika angin malam berhembus menyentuh kulitnya.

Sungguh menenangkan.

Drrrtttt--- drrrtttt

Mereka berdua tersentak kaget karena ponsel Luna bergetar keras, Luna kembali mengeluarkan ponselnya lalu menempelkannya ketelinga membuat Eris kembali mengerutkan dahi karena tak mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Halo?"

"..."

"Oh iya, itu gerbang yang warna putih banyak tanaman,"

"..."

"Iya."

"..."

"Oke sip!"

Luna mematikan telponnya keluar dari panggilan dan beralih memencet fitur kamera untuk membenarkan poni yang tak terlalu panjangnya dan membenarkan gelungan rambutnya yang agak berantakan karena terkena hembusan angin. Pikiran yang sejak tadi Eris hindari kembali berdatangan lagi.

'Masa sih beneran ada yang ngapel? Jangan-jangan si kampret Dean? Tuh bocah gak ada habisnya.'

Ucap batinnya kesal saat lansung terbayang muka Dean yang memasang tampang jahil, wajahnya yang menyebalkan itu selalu ingin Eris injak saja rasanya.

"Bang!"

Eris merasa lengannya digoyangkan tapi tak kunjung sadar dari lamunannya.

"Bang! Ihh!" Eris menoleh kaget dan menaikkan alisnya kembali dari lamunannya, Luna memasang senyuman manis lalu menyodorkan uang lima puluh ribu satu lembar.

Eris menerimanya, "Apa?"

"Abang ganteng banget deh," Luna memegang kedua pipi Eris lembut membuatnya membulatkan mata, apa ini? Kenapa Luna tiba-tiba begini? Eris menaikkan alisnya bingung.

"Bayarin donggggg!" serunya lansung mengalihkan wajah Eris dengan kedua tangannya yang menangkup pipinya kearah gerbang rumah Luna.

"Punten gopud!" seru mang gopud didepan gerbang.

Eris kembali menoleh kedepan wajah Luna dengan pandangan bingung dan berubah malas, Luna mendengus, "Cepet ih kasian mang gopudnya nungguin."

Eris lansung didorong Luna kencang membuatnya berdiri dan mau tidak mau berjalan dengan pikirannya yang masih nge lag, namun entah mengapa rasanya seperti baru terbang lansung dibanting kembali ke tanah. Eris menerima makanannya, membayarnya, lalu kembali masuk dan menyodorkan makanan dengan kantong plastik putih kepada Luna yang bersorak riang.

"Jadi maksud lo nungguin yang ngapel tuh... Mang gopud?" tanyanya pelan.

Luna mengangguk kencang, "Iya! Gue gak ngasih tau soalnya ntar lo mau hehe tapi gue lupa kalo kaki gue belum sembuh,"

"Makasih bang Eris ganteng! Makin sayang deh!" ucapnya riang dan mencubit pipi Eris gemas, sedangkan Eris kembali memutar otaknya berfikir lagi dengan ucapan yang baru dilontarkan oleh gadis didepannya itu.

Apa sekarang ia ketularan lemot seperti Luna?

Luna melepaskan cubitannya dan hendak berbalik, "Gue kedalem, makasih lagi bang!"

Eris yang baru sadar ternyata bukan 'ngapel' yang sesungguhnya lansung menarik tangan Luna, Luna berbalik saat tangannya yang memegang kresek ditarik Eris pelan. Ia merasa ini waktu yang tepat.

Ya! Untuk menyatakan perasaannya.

"Apa bang?"

"Gue mau ngomong sesuatu," Luna tersentak kaget dan diam-diam mengulum senyumnya dan berdehem pelan menetralkan ekspresinya.

"Ngomong a-apa?" tanyanya menahan senyumannya.

"Gue---"













"Eh? Itu si Eris! ERIS! Yang sabar ya Ris, maklum didunia itu banyak banget yang namanya kesalah pahaman, lo pasti bisa Eris!"

Sahutan terdengar keras, membuat Luna dan Eris menolehkan kepala berbarengan pada Bakti yang melambai-lambaikan tangannya memberikan semangat untuk temannya.

Bakti berhenti melambaikan tangannya, "Loh? Kenapa dia diem?" tanya menolehkan kepala kebelakang bertanya pada yang lain.

Mereka semua lansung menepuk jidatnya, "Dasar baktolol." gumam Reyhan sambil memasukan potongan buah jeruk kedalam mulutnya.

"Hadeh..." helaan nafas terdengar dari mulut Lano.

Bukannya peka dengan situasi, Bakti kembali berceloteh, "Kek dejavu ga sih liat si Luna sama si Eris disitu? Yekan Tor?"

Tora menaikkan alis, "Apa?"

"Eh bukan si Tora, si Sharga. Yekan Ga?" tanyanya menyenggol-nyenggol lengan Sharga, Sharga menggelengkan kepalanya pelan.

"Gu-gue kedalem duluan bang, makasih." gumam Luna melepaskan genggaman dari lengannya dan berlalu kedalam rumah terburu-buru.

Menyisakan Eris yang kini hanya memegang angin kosong.

"Lah? ADA SI LUNA?!" ucap Bakti melotot karena baru sadar ada Luna yang baru saja menutup pintu rumah kencang.

Bakti hati-hati melirik kearah Eris yang sedang menatapnya tajam dan dingin membuat tengkuk pria itu merinding, "Ehehehe, maaf gue gak tau ada Luna hehe. Tenang, gak akan ketau---."

"Makan nih gak ketauan!" Eris mengangkat dan melayangkan sandal capitnya kearah Bakti, menyentuh wajah tampannya keras.

"Aw! Sakit woy!" serunya kesal mengusap wajahnya yang memerah karena lemparan itu. Sedangkan yang lainnya hanya menatap Bakti kasian tanpa mau membantunya.

Eris tak memperdulikan ringisan Bakti dan lansung berjalan memasuki rumah Luna, tadi hampir saja ia menyatakan perasaannya. Mengapa selalu ada saja gangguannya, apa ini pertanda buruk?

Eris lansung mengedarkan pandangannya dan mendapati Luna yang menghidangkan makanan yang awalnya terbungkus kedalam mangkok, membelakanginya. Tanpa ragu ia menghampiri Luna ke dapur. Luna tersentak saat tiba-tiba Eris duduk di kursi meja makan tepat disebelahnya yang masih membelakanginya.

Eris memandangi Luna dalam, melihat sisi kiri dari wajah gadis itu yang bagaikan candu untuknya.

Lebay? Tidak, karena bukan bucin namanya kalo tidak lebay.

Benar begitu bukan para buciners?

Luna memasukan sampahnya kedalam tempat sampah dan berbalik ke meja makan dengan mangkok ditangannya lalu tiba-tiba menyodorkannya kehadapan Eris yang masih memandanginya. Kini pandangannya bertambah kerutan dahi melihat apa yang tersaji didepannya. Seblak.

"Makan sesuap sebagai tanda terimakasih mau ngambilin," ujar Luna memberikan sebuah sendok pada Eris dengan cepat.

Eris menampilkan smirknya saat ide jahil muncul pada otaknya, Eris mendorong sendok yang Luna pegang pelan dan mendongkak.

"Suapin dong,"

Luna melotot terkejut dan mukanya memanas, "Ha? Lo-lo kan bisa sendiri bang,"

"Gue lagi males,"

"Gak, ini sendiri aja. Jangan manja deh, geli." ujar Luna menatapnya malas dan kembali menyodorkan sendok itu padanya.

Eris menggelengkan kepalanya, "Ayolah suapin, hm?" ucapnya menatap Luna memelas.

Membuat Luna gemas sendiri, namun ia segera tepis pikiran modusnya itu. "Sendiri." tekannya.

Eris menggelengkan kepala, "Gak mau, suapin donggg!" ucapnya memaksa dan dimata Luna itu sangat sangat menggemaskan. Rasanya ia ingin memasukkan Eris kedalam karung untuk ia culik.

Tak mampu menahan akhirnya ia menghembuskan nafas kasar, "Buka mulut lo."

Luna lemah iman sedangkan Eris iblis yang sedang bersorak senang didalam hatinya dan segera membuka mulutnya saat Luna menyendokkan satu suap seblak di mangkok itu pelan.

"Tangan lo tremor," ujar Eris menatap sendok yang Luna pegang bergetar. Luna berdecak, "Diem, cepet buka mulut."

"Iya, bawel."

Luna menyuapkannya pada Eris dan Eris menyambutmya senang, lalu Luna menarik kembali sendok dari mulut Eris dan Eris mengunyahnya pelan.

"Enak?" tannya Luna, Eris hanya mengangguk.

Luna tak sadar, ia memasukkan satu suap kuah seblak menggunakan sendok yang sebelumya dipakai Eris itu kedalam mulutnya sendiri.

"Anjir satu sendok berdua gak tuh?"

Celetukan Lano yang tiba-tiba masuk kerumah diikuti yang lain membuat Luna tersedak.

"UHUK! UHUK! AKHHH PEDES! SAKIT TENGGOROKAN GUE!" pekiknya heboh, Eris terkejut lansung mengambil segelas air minum dan memberikannya pada Luna.

Luna meneguknya kasar dan meringis kesakitan karena tenggorokannya terasa perih dan panas hingga air matanya keluar, ia tutup telinganya yang ikut berdengung merasakan sakit. Sungguh menyiksa bukan?

"Lo mau bunuh gue ya?!" tanya Luna ngegas yang bercucuran air mata kearah Lano yang memasang wajah kaget.

"Yakan gue gak tau." gumamnya menyesal.

Luna kembali mengambil gelas berukuran besar yang baru saja Eris isi ulang kembali dan kini meneguknya pelan mencoba menghilangkan rasa sakitnya yang masih terasa ditenggorokannya.

Setelah rasa sakitnya mereda, Luna berjalan dengan tongkat alat bantu ditangan kiri dan mangkok berisi seblak di tangan kanan, Eris berdecak melihat gadis itu yang bukannya meminta bantuan malah bergerak sendiri kesusahan.

Eris lansung mengambil paksa mangkok seblak itu dari tangan Luna cepat lalu berjalan terlebih dahulu meninggalkan Luna yang berteriak bingung memanggilnya.

Eris mendengar samar-samar semua orang yang duduk didepan TV bersorak pelan padanya membuat ia malu tapi ia tak memperdulikannya. Ia berjalan cepat menaiki tangga dan saat dilantai dua, Eris simpan mangkok itu terlebih dahulu diatas sebuah laci berbahan kayu.

Kakinya kembali melangkah kearah tangga, melihat Luna yang berjalan menaiki tangga menggunakan tongkat. Kenapa gadis itu sangat nekat?

Ia geram lansung saja menggendongnya ala bridal dan berjalan cepat keatas tak peduli jantungnya yang sudah berdebar kencang. Sekali lagi ia mendengarkan sorakan yang sekarang lumayan jelas terdengar, Eris melirik Luna digendongannya yang menundukkan kepalanya dengan muka yang memerah.

'Gemes banget jadi pengen gue gigit.'

Eris menurunkan Luna saat sampai didepan pintu kamarnya. Luna membuka kamarnya dan dibelakangnya Eris yang membawa seblak miliknya, Luna lansung mengambilnya cepat.

"Makasih bang," ucap nya dan lansung menutup pintu kamarnya kencang. Eris akhirnya mengembangkan senyumannya sejak tadi ia tahan.

"Lucu banget!" ucapnya tanpa suara.

Ia rubah lagi raut wajahnya menjadi datar dan turun kelantai bawah yang ternyata sudah disambut oleh teman-temannya dengan tatapan menggoda.

"Emmm ciee~" ucap Lano tersenyum jahil.

"Awalnya gue liat normal-normal aja waktu lo gendong Luna kebawah atau keatas, tapi pas tau lo suka sama Luna. Jadi agak beda gitu suasananya." ujar Sharga diangguki semuanya.

"Kek ada sakura-sakuranya gitu." tambah Bakti menyipitkan matanya dan menggesekkan kelima jarinya. Eris lansung memasang senyum bangganya dan berjalan penuh percaya diri.

Toh mereka semua sudah tau, untuk apa so-soan jutek lagi? Berjalan dengan percaya diri dan duduk tegak disebelah Lano, didetik selanjutnya ia menenggelamkan kepalanya dilipatan sofa dan menendang-nendangkan kakinya ke udara.

"Adek lo gue nikahin sekarang boleh ga sih?" tanya Eris menggebu-gebu tak kuasa menahan teriakannya.

"Jadian aja engga tiba-tiba ngajak nikah." jawab Lano dengan muka geli melihat orang dihadapannya yang biasanya terlihat datar dan julid.

"Lebih cepat lebih baik." sahut Reyhan.

"Nah, dengerin."

"Orang bucin sama orang gila tuh kayanya satu spesies gitu, tapi beda garis keturunan aja deh kayanya,"

Celetukkan Bakti yang merasa ikut geli membuat semua orang tertawa mendapatkan hadiah lemparan bantal pada wajahnya dari Eris. Bakti menyingkirkan bantalnya kasar.

"Gue lagi, gue lagi. Gue mah selalu salah dimata lo Ris." ucapnya sedih.

"Iya, lo selalu salah dimata kita semua, jadi lo diem kalo mau bener." ucap Tora mengacungkan jari jempolnya.

◌●●◌

Lihatlah dua orang bego yang saling menyukai. Yang satu gak mau ngambil resiko dan milih mendem perasaannya, yang satu lagi nekat ngambil dan nerima resiko tapi ada gangguan syetan mulu.

Sungguh indah sekali.

Jangan lupa tabok bintangnya, komen, dan share!

Thanks and have a nice days!!
(づ ̄ ³ ̄)づ

Continue Reading

You'll Also Like

802K 60.9K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
511K 25.4K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
199K 9.3K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...
432K 15.6K 30
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...