ALFA

By uchihacia

6.9M 355K 13K

Gimana jadinya kalau seorang badboy jatuh cinta pada pandangan pertama? Pada seorang gadis yang ternyata adal... More

PROLOG
2. LION GENG
3. EMANG LO SIAPA?
4. CRAZY THING
5. KETAKUTAN GABY
6. MANTRA ATAU SIHIR CINTA?
7. KETAHUAN
8. FALLING IN LOVE
9. MERINDU
10. PROMISE
11. JEALOUSY
12. A PROBLEM OCCURRED
13. MENCOBA BERDAMAI
14. BAIKAN?
15. LOVE YOU
16. CAMER
17. PERINGATAN PERTAMA
18. MODUS
19. FRAUDSTER
20. RECEH
21. LAMPU IJO
22. BIANG MASALAH
23. DUNIA ITU SEMPIT
24. JEALOUSY part II
25. PERMINTAAN GILA
26. A PROBLEM part II
27. SURPRISE
28. SAH!
29. MALAM PERTAMA?
30. PINDAHAN
31. SI PALING PRIORITAS
32. MABAR
33. SUAMI IDAMAN
34.KESABARAN ALFA
35. LOVE (N) TRUST
36. ALFA KALAU LAGI CEMBURU
37. MILIK ALFA SEUTUHNYA
38. BERULAH
39. TERCIDUK (?)
40. FAKTA SEBENARNYA
41. SAYANGNYA ALFA
42. STRATEGI
43. MASALAH SELESAI
44. OLAHRAGA-MALAM?
45. GREGET UDAH NGEBET
46. SOFT BOY
47. KATA MAAF DARI LIA (?)
48. MUNGKINKAH MUNGKINKAH MUNGKINKAH????
49. POSITIF ARTINYA????!
50. PERKARA SUSU
51. NGIDAM VERSI GABY
52. SEPATU JORDAN

1. AWAL KESIALAN

328K 14.2K 439
By uchihacia

“Stop Comparing Your Self With Other People.”
Kamu hebat dengan cara kamu sendiri. Tidak peduli seberapa banyak yang membaca dan menyukai tetaplah menulis, karena menulis hanya pelampiasan, tapi itu lebih baik daripada memendam perasaan.


Bantu follow sosmed aku ya manteman siapa tau ketemu di sana hehe...
Instagram @wp.uchihacia
Tiktok @uchihacia_

Jangan lupa juga sambil baca tandai kalau kalian nemu typo biar langsung Cia dibenerin. Makasih♡

HAPPY READING ( ˘ ³˘)♥

“Bang habis sarapan anterin gue sekolah, ya?” pinta Gaby dengan gaya memelas menatap sosok tampan yang ada di hadapannya.

Si Bambang yang lagi asik scroll Tiktok refleks menoleh ke sumber suara. “Tumben minta dianterin biasanya juga naik gojek.”

Gaby meringis, “Sebenarnya gue dapet poin lagi Bang,” jedanya sebentar membuat Satria melotot dengan beberapa nasi yang masih tertinggal di sudut bibirnya.

“Jadi nanti bantuin gue—”

“Jadi wali lo lagi?” potong Satria cepat.

Laki-laki 25 tahun itu sudah bisa menebak apa yang bakal adiknya jelaskan. Apalagi melihat tingkah gadis di depannya yang meringis tanpa dosa membuatnya bertambah gemas.

Sudah tiga bulan lamanya dia menjelma menjadi babysitter untuk Gaby karena ditinggal orangtuanya bekerja di Amerika. Segala kebutuhan gadis tengil itu dirinya yang tanggung, bahkan untuk pembalut saja tidak pernah absen ia belikan tiap bulannya.

Satria meletakkan kasar IPhone-nya. “Kenapa setiap ada masalah mesti gue yang maju, hm?”

Senyum Gaby luntur dengan sorot mata yang menatap tajam orang di depannya. “Lo itu kakak gue bukan sih? Heran jadi saudara gak ada gunanya banget.”

Satria terkekeh mendengarnya. “Kalau gue nggak mau?”

Dagu pemuda itu diangkat sedikit tinggi, dan salah satu hobinya adalah mengganggu adiknya sampai ngamuk. Secara sudah seminggu Satria tidak mendengar suara galak dari seorang Aretha Gaby.

“Ihh..., Abang jahat!!” seru Gaby hampir membanting sendoknya. “Dasar manusia setengah kera!”

Nah kan, batin Satria tersenyum puas.

“Lah marah?” Satria cengengesan. “Jadi minta tolong nggak nih?”

“Bodo,” jawab Gaby ketus. Gadis itu berdiri lalu pergi. Namun sebelum itu ia berbalik menatap tajam kakaknya. “Anterin gue sekolah buruan!”

Satria menggeleng pelan sambil cengengesan melihat bagaimana tingkah adiknya yang begitu kekanak-kanakan. Padahal sebentar lagi tuh bocah bakal lulus SMA tapi kelakuannya masih aja kek anak TK. 

“Lama banget sih!” gerutu Gaby begitu melihat mobil hitam Mercedes-Benz milik Ayahnya keluar dari garasi.

Dengan kasar Gaby membuka pintu mobil lalu masuk dan duduk dengan wajah merengut di samping pak kusir yang sedang berkerja.
 
“Ngebut buruan telat gue nanti,” protes Gaby mengingat jika pagi ini kelasnya bakal ada ujian Fisika. Mampus!

“Bacot,” timpal Satria tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalanan. “Biasa telat nggak usah sok rajin.”

Wajah Gaby semakin ditekuk mendengar perkataan pedas dari sang kakak yang hampir setiap hari ia dengar.

“Makanya kalau malem tidur bukan drakoran. Gini hasilnya nyusahin orang aja,” omel Satria panjang lebar.

Selang beberapa menit mereka tiba di depan gerbang SMA Cempaka. Sekolah elite dengan seragam sekolah super kece dan juga luasnya bangunan yang tidak usah diragukan lagi.

Satria menghentikan mobilnya di samping pos satpam di ikuti Gaby yang sibuk sendiri entah sedang mencari apa di kursi belakang.

“Ruang BK sebelah kanan dari sini lurus aja ntar ada kolam ikan nah depannya,” jelas Gaby.

“Awas aja kalau sampai gak datang,” lanjutnya masih sibuk sendiri.

“...”

“Abang denger Gaby ngomong nggak sih?”

Hening. Tidak ada jawaban dari manusia yang duduk di sampingnya. Gaby yang kesal lantaran tidak di gubris langsung menoleh ke arah Satria. Mendapati si Bambang malah asik sendiri dengan gadget di tangannya membuatnya menyemburkan kata-kata mutiara di pagi hari sebelum keluar dari mobil.

“BANG SATT!!”

Perempuan berkucir kuda itu melayangkan pukulan demi pukulan membabi buta kepada Satria. Habis sudah kesabarannya menghadapi manusia menjengkelkan versi kakaknya.

“Sakit, cuk! Lo kenapa sih gak jelas banget?!” sungut Satria mengelus sebelah lengannya yang sakit akibat ulah adiknya.

Bibir Gaby mencebik kesal. Jelas-jelas ia marah sebab dikacangin masih juga nanya. “Kalau ada orang ngomong tuh dengerin bukan sibuk sendiri. Dasar ngeselin.”

“Salah sendiri makanya lain kali kalau mau ngobrol kasih kode biar gue paham,” komentar Satria.

“Lo aja yang gak peka!”

Gaby menghembuskan nafas frustasi. “Udahlah gue mau masuk kelas. Ngomong sama lo nggak bakal ada abisnya, Bang.”

Satria dengan cepat mencekal tangan Gaby sebelum gadis itu beranjak. “Biasain salim dulu sebelum pergi biar berkah,” ujarnya seraya mengangkat dan mensejajarkan punggung tangannya di depan wajah sang adik.

Nggeh ndoro pamit sekolah dulu Assalamualaikum.”

“Walaikumsalam.”

“Sekolah yang bener awas kalo sampe bikin masalah lagi gue gibeng lo!” tambah Satria.

Gaby memutar bola matanya. “Iya, Bang Sat.”

“Panggilan lo ambigu, Njir!” umpat Satria.

“Salah sendiri punya nama aneh.” 

“Sialan,” umpat Satria lagi sebelum pergi dari kawasan pelajar. Persetan dengan acara wali murid yang Gaby bicaran tadi pagi. Dirinya juga memiliki segudang acara yang jauh lebih penting daripada mengurus masalah yang sering bocah berandal itu lalukan.

•••🦋•••

Gaby berlari kencang menerobos apapun yang ada di depannya saat jam tangannya menunjukkan pukul 07.28, sedangkan dirinya masih di luar sekolahan. Hingga entah dari arah mana muncul manusia rese yang seenak jidatnya menabraknya sampai membuat semua buku yang sedang ia bawa jatuh berserakan.

“Anjir, buta mata lo?!” maki Gaby tak tertahankan. Bukannya cepat sampai ia malah tertimpa masalah yang menyita waktunya. 

Pelaku penabrakan itu hanya menunduk tanpa berniat membantu gadis di bawahnya yang mengomel tidak jelas sambil memunguti buku-bukunya.

“Siapa lo ngatur gue?” tanyanya dengan ekspresi datar.

“Gue bukan siapa-siapa dan lo gak perlu tau siapa gue.” Gaby bangkit menatap tajam sosok laki-laki yang menjulang tinggi di depannya.

“Intinya gunain aja mata lo.”

“Bacot.”

Cowok dengan pahatan wajah nyaris sempurna itu adalah anak famous kelas tiga yang terkenal paling bad. Bersama komplotannya yang dijuluki Lion, Alfa dan teman-temannya tidak pernah bosan membuat masalah di luar maupun di dalam sekolahan.

“Bacot?” Gaby tertawa hambar kemudian menatap Alfa tanpa rasa takut. “Bodo! Mulut-mulut gue nggak usah komen.”

Tanpa memberi lawan bicaranya kesempatan untuk membalas Gaby kembali heboh saat tahu jika waktunya sudah habis. Ia menunduk, melihat jam tangan dengan mulut komat-kamit meramalkan berbagai macam doa pengusir kesialan.

“Jir, telat gue!” umpatnya panik lalu dengan kasar mendorong Alfa agar menyingkir. “Enyah lo dari sini dasar bikin sial!”

Alfa memutar bola matanya saat lagi-lagi gadis di depannya kembali mengomel. “Buta mata lo? Gak lihat gerbangnya ditutup?”

“WHATT?!” secepat kedipan mata Gaby langsung menoleh ke belakangan.

Sial-sial gerbangnya beneran tutup anjir!
Tanpa berpikir panjang Gaby segera berlari mencari keberadaan Pak Satpam yang biasa berjaga.

Huft, sudah berapa kali dia mengumat untuk hari ini?

“Eh— Pak Dadang!” seru Gaby.

“Tolong bukain gerbangnya dong Pak please saya buru-buru nih ada ulangan harian di kelas.” Gaby memohon sambil menyatukan kedua telapak tangannya.

Satpam yang dikenal dengan nama Dadang Sutamang itu menggeleng jengah. “Kamu lagi kamu lagi nggak capek atuh Neng telat terus kerjaannya?”

Gaby nyengir malu. “Ya maaf Pak tadi tuh gara-gara ketemu setan makanya telat gini.”

“Ck, alesan aja kamu mana ada setan pagi-pagi udah keluyuran?” timpal Pak Dadang tidak percaya. “Pokoknya Neng Gaby tidak boleh masuk. Titik!”

“Ehh— tapi Pak...”

“Nggak ada alasan Neng Gaby tetap di luar!” final Pak Dadang memotong ucapan Gaby yang sudah siap mengeluarkan seribu alasannya untuk mengelak. 

Merasa tidak ada satu orang pun yang bisa membantunya Gaby memutuskan untuk pergi dari sana. Apa bolos aja ya?? Entah setan mana yang membisikkan hal itu tapi tidak ada pilihan lain. Meski ia tahu besok pagi Bu Sukma—guru BK kesayangannya pasti akan memanggil orangtuanya agar datang ke sekolahan lagi.

“Khm!” deheman seseorang yang tiba-tiba terdengar dari belakang membuat Gaby menoleh. 

“Ngapain lo di sini?” tanya Gaby jutek dengan wajah galak. “Belum puas bikin gue sial hah?!”

Alfa diam tak menjawab dan hanya mengikuti kemanapun gadis itu berjalan, sedangkan Gaby menggerutu ketika ekor matanya melirik cowok tidak jelas itu terus berjalan di belakangnya. 

Ck! Dia ngapain sih ngikutin gue mulu? batin Gaby greget.

Dengan langkah lebar Gaby terus berjalan atau bisa dibilang nyaris berlari hanya untuk menghindari manusia di belakangnya. Namun tiba-tiba ia oleng saat sebelah tangannya dicekal oleh Alfa. Cogil itu menyeretnya tak berperasaan begitu saja.

“Lo apa-apaan sih lepasin gue!” Gaby memberontak.

“Nggak usah teriak-teriak jir,” decak Alfa.

“Ya lagian lo ngapain tiba-tiba narik gue kek maling gini?”

Alfa terpaksa menoleh. “Lo mau masuk kelas kan?”

Gaby mengangguk cepat tanpa pikir lagi. “Lo pikir bolos itu keren?”

“Kalau gitu diem.”

“Maksud lo bawa—”

“Bacot nurut aja kata gue.”

Gaby tidak peduli. Ia tetap memberontak berusaha melepaskan diri cekalan cowok yang sama sekali tidak dirinya kenal. Belum lagi sekarang pergelangan tangannya mulai terasa perih.

“Gue bakal nurut tapi lepasin tangan gue!”

Alfa tidak menjawab sampai akhirnya mereka tiba di belakang sekolah dengan suguhan pemandangan tembok besar dikelilingi sampah dan semak belukar. Gaby hanya bisa terperangah melihatnya sambil berpikir kok ada tempat itu di sekolahannya.

Sadar dari lamunannya Gaby lantas menoleh pada satu-satunya manusia di sampingnya. “Awas sampe lo ngajak gue manjat nih tembok.”

Alfa mengangkat sebelah alisnya menatap Gaby balik. “Menurut lo?”

“Si Anying! Gue pake rok gimana caranya manjat?”

Alfa berdecak, lalu berjongkok di depan Gaby. “Bacot. Buruan naik!”

Gaby yang sudah pasrah dengan keadaan akhirnya menurut tanpa banyak bicara. Ia langsung naik ke punggung tegap Alfa lalu memanjat tembok besar di depannya dengan hati-hati jangan sampai dirinya terpeleset ke dalam semak jika tidak mau jadi gembel dadakan.

“Terus lo naiknya gimana kalo gue udah di atas?” tanya Gaby kelewat polos.

Tanpa aba-aba Alfa langsung melompat begitu saja bahkan sampai melewati Gaby.

“Jir, keturunan Avengers lo jago betul.”

Alfa yang mendengar pujian lebay dari Gaby barusan hanya mendengus. “Mau turun gak lo?”

Gaby melotot, “Iyalah bego!”

Sambil menunduk hati-hati Gaby melihat cowok yang setia menatapnya dari bawahnya. “Ehm ... Tangkep gue ya.”

Alfa menghela napas panjang, dan sebelum kedua tanganya siap terbuka lebar untuk—

BRUK

“ANJING!!”

Gaby menjerit tertahan setelah berhasil terjun dari tembok yang tingginya mungkin lebih satu meter itu tanpa luka. Syukurlah.

“Untung kaki gue nggak patah. Anjir lain kali cari jalan—”

“—MINGGIR. BADAN LO BERAT KAYAK GAJAH!” protes Alfa yang masih tergeletak tak berdaya di bawah perempuan yang malah sibuk ngomel di atasnya tanpa dosa.

Gaby yang tersindir langsung menunduk, menatap tajam sepasang mata elang di bawahnya. “Eh, Nyet! Berat gue cuma 47 gajah dari mana?”

“Terserah sekarang minggir lo beneran berat sialan.”

Bibir Gaby mencebik kesal sambil menunduk lebih dalam. “Badan lo aja yang krempeng nahan BB gue aja gak kuat.”

Alfa membisu dengan kedua mata yang intens menelusuri satu-persatu bagian wajah sempurna gadis di atasnya. Mulai dari manik mata yang entah sejak kapan menjadi warna favoritenya, beralih ke hidung mungil yang menggemaskan lalu berakhir pada bibir pink itu.

Sial, apa gadis ini bidadari? Pikirnya.

Alfa yang masih setia memperhatikan Gaby tanpa sadar mengulurkan tangannya lalu menyentuh anak rambut Gaby yang menjuntai mengenai wajahnya. 

“Gue nggak yakin tapi lo beneran cantik,” puji Alfa lalu tangannya beralih mengelus lembut pipi Gaby hingga berakhir di bibir gadis itu. Mengusapnya sensual dengan sorot mata yang tidak bisa dijabarkan membuat Gaby membeku.

Gaby yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa diam dengan detak jantung yang menggila. Sialan, seharusnya ia menepis tangan laki-laki yang tidak sopan itu tapi nyatanya hal yang dirinya lakukan malah membisu tanpa perlawanan.

“E-lo...,” kata Gaby tertahan di ujung lidah saat matanya kembali memperhatikan wajah laki-laki di bawahnya. Terlebih lagi ketika bibir laki-laki itu tersenyum tipis padanya membuat jantungnya tambah menggila. Berdisko ria di dalam sana.

Melihat tidak ada penolakan dari sang gadis Alfa memberanikan diri memajukan wajahnya dan menempelkan bibirnya dengan bibir Gaby. Selama beberapa detik, mereka hanya diam pada posisi tersebut sebelum akhirnya Alfa mulai memberanikan diri mencium bibir Gaby lebih dalam. Bahkan tanpa sadar Gaby menahan napasnya saat isi perutnya berterbangan ke sana kemari. 

Sialalan!

Ada kupu-kupu diperutku(◍•ᴗ•◍)

Setelah puas dengan aksinya Alfa pun menghentikannya. Ia kemudian membelai lembut wajah Gaby yang begitu merah lalu tidak lama membisikkan sesuatu pada Gaby.

“Gue suka bibir lo manis,” ujarnya tanpa melepas pandangannya dari sosok indah di hadapannya.

Gaby yang sadar dari semua ketololannya segera bangkit. Ia berdiri dan merapikan rambut beserta seragamnya yang berantakan. “Dasar mokondo! Berani-beraninya lo ambil ciuman pertama gue. SETAN!”

Alfa menyeringai. Cowok yang masih betah berbaring dengan sebelah tangannya yang ia jadikan tumpuan kepalanya itu melihat bagaimana gadis yang berdiri di depannya marah-marah tidak jelas tetapi tetap cute di matanya.

“Dasar buaya bisa-bisanya dia kayak gak punya dosa,” gerutu Gaby melirik Alfa yang ada di bawah.

Dengan sisa kesabaran Gaby memutuskan untuk mengambil tas beserta buku-bukunya yang tergeletak miris di tanah. Namun belum sempat tangannya meraih satu buku saja telinganya menangkap sebuah siulan amat menjijikan. Siapa lagi pelakunya jika bukan Alfa, si cogil berotak mesum.

“Gue suka warna putih, seksi, lo tau?” ucap Alfa memperlihatkan seringainya.

Gaby yang bodoamat segera berlalu begitu saja meninggalkan Alfa sendirian. Ia kemudian berjalan menuju lantai dua dimana ruang kelasnya berada.

***

TO BE CONTINUE

A/n: Nggak mau banyak omong sih, cuma mau bilang semoga kalian suka sama ceritanya yang garing, renyah, kriuk kek qtela_-

But, jangan lupa vote dan komen ya gaes😊

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 192K 51
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
473K 21.6K 37
đŸš«WARNINGđŸš« đŸš«KALAU BACA FOLLOW DULU YAâœ…đŸš« "Gion kalau Raisa pergi Gion harus bahagia sama orang baru iya,dan harus bahagia sama kehidupan baru" "kal...
839K 30.2K 48
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...
868K 6.2K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...