Love Me Not.

By wldstrs

6.2K 477 28

Sebagai pengacara profesional, mengerjakan satu kasus seharusnya menjadi hal yang singkat. Yang harus dilakuk... More

Prolog
1
2
3
4
5
Break! Opinion?
7
8
9
10
11
Break! :(
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Break! Thoughts!
40
41
42
43
44
45
Epilog
Break! Meh \Ω/
Break! Almost :(

6

191 13 0
By wldstrs

Ini adalah hari ke-3 aku secara resmi bekerja menjadi pengacara Kei Ryker. Aku baru saja selesai menghubungi nomer pengacara Graciela Raquel, wanita yang mengakui sedang mengandung anak klien ku, dan tebak apa yang dikatakan sang pengacara saat aku meminta tes DNA, ia menolak, kecuali kalau Kei datang sendiri ke sana dan melakukannya di sana. Ini tidak bisa diterima. Jadi aku mengatakan pada Mr. Francois Gruth, sang pengacara, kalau aku akan mendiskusikan hal tersebut dengan klien ku dan akan menghubunginya kembali dalam waktu dekat.

Selanjutnya aku menghubungi Kei untuk membicarakan tentang hasil yang baru saja ku terima, tapi ia tidak ingin berbicara di telepon—lalu buat apa ia memiliki HP bagus kalau tidak untuk dipakai telepon?—ia bersikeras untuk kita bertemu langsung. Sebelum aku sempat menolaknya, ia sudah berkata 'akan ku SMS alamatnya' dan sambungan terputus. Kalau saja saat ini aku tidak bekerja untuknya atau ia tidak membayar ku, aku mungkin sudah langsung bersikap sungguh tidak profesional.

Beberapa detik setelah aku menutup telepon, SMS masuk ke HP ku dari klien ku. Isinya hanya 5 kata, '19 Meadow Place, Old Greenwich'. Wew, itu jauh, mengapa aku harus menemuinya di sana? Ada apa disana? Itu terlalu jauh, dan memakan waktu, dia tahu itu bukan?

"Kenapa lagi?" ucap Kei saat kembali ku hubungi

"Kau tidak punya tempat yang lebih jauh lagi untuk bertemu?" sindir ku

"Tidak," ucapnya singkat, "apa kau sudah jalan?" tanyanya

"Memangnya kenapa kalau kita bicara di telepon, singkat saja, hanya—" telepon meja ku berbunyi, "tunggu sebentar," ucap ku pada Kei lalu beralih ke telepon meja, aku melihat itu dari nomer extension resepsionis depan, "ya?" Sapa ku

"Uh, ada Mr. Ryker mencari mu," ucap si resepsionis.

Aku sungguh memiliki klien sinting.

"Oh, suruh dia menunggu, thanks" ucapku pada si resepsionis dan mematikan sambungan, "kau ada di depan?!" desis ku ke HP ku

"Yep, keluar dan kita bisa bicara," ucapnya santai

"Mengapa kau menyuruh ku datang ke Old Greenwich kalau begitu?" ucap ku kesal

"Aku tahu kau tidak akan langsung berangkat, jadi ayo cepat keluar!" jawabnya tertawa pelan

"Kau bukan ayah ku, berhenti memerintah ku!" ucap ku kesal dan mematikan sambungan.

Sebelum aku keluar untuk menemui klien sitting ku itu, aku mengumpulkan barang-barang yang sebelumnya ku biarkan berserakan di meja kerja ku ke dalam tas.

Di luar, Kei sudah menunggu dengan santainya seolah tidak menyadari sang resepsionis tidak berhenti menatapnya seperti makanan, aku saja yang baru bergabung di ruangan langsung menyadari, sungguh aku tidak tahu bagaimana pria ini bisa memiliki kepercayaan diri bagaikan dewa. Dari caranya langsung mengangkat kepalanya sesaat aku memasuki ruangan depan untuk menatap ku, aku tahu ia menyadari tatapan si resepsionis. Belum pernah aku bertemu dengan orang jenis dia.

Entah karena sebuah kebiasaan atau apa, setiap saat kita bertemu, ku perhatikan ia selalu menatap muka ku dan tersenyum lalu melihat ke kaki ku dan kembali tersenyum, seolah ada yang salah dengan wajah ku dan cara ku memakai sepatu. Dari mulai di pesta ia telah melakukan itu, lalu saat kita bertemu untuk kedua kalinya tepat sebelum kita sama-sama memasuki lift, lalu 2 hari lalu saat ia menyerahkan sebuah amplop berisi foto pemersaan, dan sekarang. Sungguh aneh.

"Kemana kita akan pergi?" Tanya ku saat di lift, "aku harus kembali ke kantor jam 5."

"Alamat yang ku berikan pada mu," ucapnya santai sambil kembali memakai kacamata hitamnya

"Aku akan memberitahunya sekarang saja," ucapku

"Apa ada alasan mengapa kau selalu terburu-buru?" ucapnya menurunkan sedikit kacamatanya dan menatap ku, "apa yang salah dengan mu?"

"Kenapa kau meminta ku?" tanya ku balas menatapnya, "dan bagaimana kau bisa tahu aku bahkan bekerja di firma tersebut?"

"Kau sungguh ingin tahu?" tanyanya santai kembali memakai kacamata

"Ya," ucap ku dan pintu lift terbuka

Kei tetap diam dari saat kita keluar lift sampai kita berada di dekat mobilnya, sementara ia masuk ke dalam, aku hanya diam bersedekap di samping mobilnya

"Sedang apa kau berdiri disana? Ayo, masuk!" ucapnya dari jendela yang ia buka tetapi aku tetap diam, "kau menunggu ku membukakan pintu untuk mu?"

"Aku menunggu mu menjawab pertanyaan ku," balas ku

"Aku tidak tahu," ucapnya sambil melepas kacamatanya

"Huh?" ucapku bingung

"Aku tidak tahu kau bekerja di sana, aku hanya melihat mu di trotoar sedang berjalan masuk dalam gedung," jelasnya

"Bagaimana kau tahu apa pekerjaan ku?" tanya ku lagi

"Aku mencari nama mu," ucapnya, "sekarang bisa kau masuk? Waktu kita tidak banyak."

Oh, ia baru aja membersihkan mobilnya, karpetnya sudah bersih dari bekas tanah, lalu beberapa sampah yang tadinya ada di lantai mobil sudah hilang, mobilnya juga lebih wangi daripada sebelumnya.

"Pengacara Ms. Raquel menolak tes DNA," ucap ku mengganti strategi

"Apa?" Kei langsung menoleh ke arah ku

"Hey, mata ke jalanan!" ucap ku panik, "aku belum selesai."

"Maaf, lanjutkan," gumamnya

"Dia menolak, kecuali kalau kau datang ke Gibraltar dan melakukan tesnya di sana."

"Di mana?" ucapnya bingung

"Spain."

"No way!" ucapnya langsung menggeleng

"Kenapa tidak? Bukankah kau mau menyelesaikan hal ini secepatnya?" tanya ku bingung

"Ya, tapi tidak ke spanyol!" balasnya ketus, "tidak bisakah ia datang ke sini kalau memang ia takut aku mengutak-atik samplenya? Lagi pula mengapa ia di spanyol?"

Aku menatapnya, berpikir ia bercanda, "oh, kau sungguh tidak tahu?"

"Apa?"

"Karena dia orang spanyol, Mr. Ryker," ucap ku bersabar, "lagi pula Gibraltar tidak seluruhnya spanyol, mereka masih di bawah teritori UK."

"Apa kau semacam Wikipedia berjalan dan berbicara?" ucap Kei menahan tawanya

"Kau sebaiknya ikuti permintaan pengacara Ms. Raquel," ucap ku tidak menggubris kalimat sebelumnya

Untuk sesaat keadaan menjadi diam, tak ada yang berbicara, tidak canggung, hanya sepi. Rasanya waktu berjalan begitu lama dalam sepi. Hmm, apa yang sedang terjadi?

Lalu keheningan pecah saat Kei berkata, "aku akan pergi kalau kau ikut."

"Tidak."

"Kalau begitu aku tidak akan pergi," putusnya cepat

"Kau tidak butuh aku disana, kau hanya perlu datang, memberikan sample lapisan pipi mu di cotton swab dan selesai!" ucap ku masih mencari cara untuk menolak

Ia melirik ku lalu berdeham, "biar ku ganti tawarannya,"

"Aku mendengarkan," ucap ku mengangguk yakin

"Ada acara di New York yang harus ku datangi," ia menoleh ke arah ku saat lampu merah

"Lalu?"

"Kau datang dengan ku, dan aku akan pergi."

"Ke New York?" aku menaikkan alis ku, "bagaimana kalau tidak?" lanjut ku setengah sarkastik

"Aku tidak melihat cincin melingkar di jari mu," ia melirik jari ku, " atau tanda-tanda pacar," kembali ke wajah ku, "jadi apa masalah mu?" tanyanya mencongakkan kepalanya

"Kenapa kau selalu mengatakan aku bermasalah?" tanya ku kesal sementara ia hanya tertawa

"Jadi? Terima atau tinggalkan," ucapnya mengubah topik kembali ke awal

"Kenapa kau yang punya masalah aku yang harus repot?" balas ku garang

"Karena kesenangan klien adalah kebanggaan pengacara," ucapnya polos, "oh, dan juga karena aku membayarmu."

Sialan pria ini! Hanya karena ia membayar ku, tidak berarti ia memiliki ku! Sungguh aku berada di persimpangan. Apakah aku harus menerimanya? Kalau aku terima, kasus dia akan cepat selesai, bukan? Ya, harusnya begitu. Jadi haruskah aku terima?

"Kalau aku datang dengan mu ke New York, kau akan pergi ke Spain tanpa diriku dan melakukan tesnya?" ucap ku

"Ya, dan kalau ini bisa membuat lebih baik, aku akan menambahkan janji pramuka," ucapnya santai sambil tersenyum

"Untuk janji itu bekerja, kau harus mengucapkannya sambil mengangkat 3 jari mu," ucapku polos yang ku sadari sedetik kemudian sebagai tindakan tolol

"Janji pramuka!" ucapnya sambil melakukan angkat 3 jari seperti yang ku perintahkan "jadi kau akan pergi ke New York?"

"Ya, kalau memang itu yang dibutuhkan untuk mengirim mu ke spanyol," ucap ku kalah

**

Ada apa di alamat itu? Jawabannya adalah rumah. Rupanya saat aku menelponnya tadi, Kei sedang melihat-lihat rumah, dan alamat yang ia berikan padaku adalah rumah yang akan ia lihat selanjutnya.

Ia berencana untuk membeli rumah di sini. Menurutnya, ia terinspirasi dari rumah orang tua Mia yang begitu nyaman untuk ditinggali, jadi ia berpikir untuk membeli salah satu rumah untuk ia tinggali tanpa ada keributan kota yang akan mengganggunya. Kalau aku jadi dia, aku mencari hal tersebut tidak di sini, aku mencari tempat yang memang sepi, di sini jelas tidak sepi. Namun saat aku melihat yang dia maksud dengan sepi, sepertinya memang aku harus menarik ucapan ku sendiri.

Wow, ini luar biasa, dari depan, rumah ini terlihat seperti rumah di peternakan, halaman yang luas dan bangunannya yang tak kalah luas. Saat kita masuk ke dalam, wanita yang memberi kita tur menjelaskan tentang ruangan-ruangannya yang banyak. Lalu terakhir, sampai lah kita di bagian belakang rumah, tempat ini memiliki pemandangan halaman belakang yang sangat luar biasa indah, karena kau memiliki pemandangan matahari terbenam setiap hari di halaman belakang mu seperti teater natural pribadi. Wow. Hanya itu yang bisa ku ciptakan dalam kepala ku saat ini.

"Bagaimana pendapat mu, pengacara?" tanyanya berdiri disisi ku. Mungkin orang ini tidak mengerti yang namanya 'personal space', dari kemarin ia terus melanggar hal itu

"Pemandangan yang bagus," ucap ku dan bergeser sedikit, "aku harus kembali ke kantor."

"Haruskah ku beli yang ini?" tanyanya lagi

"Aku tidak tahu, Mr. Ryker, real estate bukan bidang ku," balas ku santai

"Well, Ms. Alice, kau adalah pengacara ku, aku membayar mu untuk pendapat mu dan sekarang aku bertanya pendapat mu, haruskah ku beli rumah ini?" ucapnya menghadap ku

"Aku tidak tahu pilihannya," ucap ku singkat "kalau kau tidak bisa mengantar ku kembali ke kantor, aku akan cari cara untuk kembali sendiri," lanjutku tegas dan langsung berbalik untuk keluar

"Urusan kita belum selesai, Ms. Alice, masih ada yang ingin aku bicarakan dengan mu!" ucapnya lumayan lantang

"Apa lagi yang ingin kau bicarakan?" ucap ku hanya karena keharusan memenuhi keinginan klien tanpa berbalik

"Perjanjian kita, Ms. Alice," lihat?! Dia benar-benar tidak mengenal hal yang aku katakan sebelumnya, karena sekarang dia kembali memasuki teritori tersebut

"Mr. Ryker, kau keberatan untuk tetap menjaga jarak?" ucapku mengambil 2 langkah cepat lalu berbalik menghadapnya

Ia hanya tertawa sebelum mengatakan, "mari ku antar kau kembali ke kantor."

Walaupun memang ia menuruti permintaan ku untuk menjaga jarak, rasanya justru lebih parah karena entah kenapa, sekarang aku merasa terkurung

Tepat sebelum ia menurunkan ku kembali di kantor, ia berucap, "aku mengharapkan kau berada di 263 Prospect Ave, Brooklyn, tepat jam 7 malam 2 hari lagi, pakailah sesuatu yang formal untuk pesta," dan setelah aku turun, ia langsung membawa mobilnya pergi.

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 11K 66
Re-publish. Sudah tamat th 2019 Adult (19+) Tidak ada yang lebih berat dari kehilangan sosok yang paling kita sayangi, sosok tumpuan kita. Gelora Jin...
45.8K 5.9K 41
Menangis seorang diri karena pengangguran sudah sering dia lakukan namun dia tidak menyerah, darah Batak dalam dirinya membuat ia pantang menyerah de...
228K 41.5K 40
Bagi Padaka Upih Maheswari, jatuh cinta pada pandangan pertama sangat mungkin terjadi termasuk ke pria kewarganegaraan Daher Reu yang sering wara-wir...
289K 24.8K 28
Kisah Orion Darmawangsa, series kedua dari "Boys Love". Dokter tampan Spesialis Jantung yang tiba-tiba menikah karena harus bertanggungjawab atas per...