Li Xian Empress

By saskavirby

1.2M 142K 4.3K

Rank #1 Permaisuri 28 Juni 2020 Rank #3 reinkarnasi Agustus 2020 Dia di bunuh secara keji oleh saudara tiriny... More

PROLOG
1. Kehidupan kedua
2. Proses yang mengangumkan
3. Waktunya tiba
4. Memanah
5. Kuda yang mengamuk
6. Kunjungan pertama kali dari Putra Mahkota
7. Keberangkatan
8. Kedatangan Putra Mahkota
9. Pemberontak
10. Perjalanan menuju Istana
11. Keterkejutan penghuni istana
12. Kesialan
13. Kissing
14. Teh Melati
15. Yihua
16. Pria misterius
17. Fakta di balik kebencian
18. Tamu tak di undang
19. Merenung
20. Dia aneh
21. Ungkapan hati
22. Pembicaraan dengan Shizhu
23. Perang
24. Perang 2
25. Tahanan
26. PURA - PURA
27. Kamu adalah aku
28. Awal Pembalasan
29. Taman bungaku
30. Hukuman
31. Kesialan berbuntut keberuntungan
32. Ku harap kau bersabar lebih sedikit
33. Selir Xu Yenn i
34. Tangkap
35. Shi Zhu hamil?
36. Sergapan paksa
37. Tagihan Hadiah
38. Celaka Mencelakai
39. Celaka Mencelakai 2
40. Selidik
41. Eksekusi
42. Tidak bisa menolak perintahmu
43. Dia Ayahku?
44. Kenapa harus ada Selir di dunia ini???
45. Kedai Yin Ann
46. Penginapan
47. Putra dan Putri Mahkota
49. Itu bagian dari rencana
50. Time too.. pembalasan
51. Tentang perjodohan
52. Pesta
OPEN PO

48. Rencana lainnya

7K 1K 42
By saskavirby

Shi Zhu merutuk dalam hati saat menyadari bahwa Liu Xing Sheng belum juga kembali setelah apa yang dia rencanakan gagal. Semakin murka saat menyadari bahwa Li Xian juga tidak ada di dalam istana.

"Pria bodoh! Kenapa dia membiarkan orang lain membawa Putra Mahkota pergi."

"Aku yakin wanita itu adalah Li Xian."

"Sialan!!"

Gerutuan serta umpatan Shi Zhu lontarkan guna meluapkan kemarahan akan rencananya yang gagal. Kenapa dia terus saja gagal untuk membuat Li Xian menderita. Tak berapa lama ujung bibirnya terangkat membentuk seringaian, masih banyak cara untuk membuat Li Xian menyerah.

"Apa yang kau bawa?" tanya Shi Zhu memperhatikan seorang pelayan yang membawa sebuah nampan berjalan melewatinya.

"Salam, Yang Mulia. Ini teh dan camilan untuk Yang Mulia Putri Mahkota yang baru saja tiba."

Ujung bibir Shi Zhu terangkat. 'Tidak sesulit yang ku duga.' Dia menyernyit. "Tiba? Memangnya darimana dia?"

"Saya tidak tahu, Yang Mulia. Tapi Beliau tiba bersama dengan Yang Mulia Putra Mahkota."

Kedua bola mata Shi Zhu melebar. 'Jadi wanita itu benar-benar Li Xian? Sialan!' "Ada yang ingin aku sampaikan dengan saudariku, biarkan aku yang membawanya," ujarnya meraih nampan dari sang pelayan.

"Tidak perlu, Yang Mulia. Biar saya saja," tolak sang pelayan menjauhkan nampannya dari Shi Zhu.

"Heh! Kau berani membantahku? Aku bisa menghukummu dengan berat, kau tahu itu, kan?" ancam Shi Zhu membuat sang pelayan menunduk takut.

"Jangan, Yang Mulia."

"Berikan padaku," Shi Zhu merebut paksa nampan dari sang pelayan, meninggalkan sang pelayan yang gelisah di tempatnya.

"Kenapa tidak terpikirkan olehku sejak dulu, seharusnya aku melakukannya lagi sama seperti dulu," ujar Shi Zhu terkekeh.

"Apa yang akan anda lakukan, Nyonya?" tanya Mouya penasaran.

"Membuatnya kembali merasakan bagaimana tidak di inginkan karena tubuh yang berisi," jawab Shi Zhu terkikik.

Sejak pertama kali dia dan Li Xian memasuki istana untuk di nikahkan dengan Putra Mahkota, Li Xian yang kala itu mengalami keram perut mendapatkan racikan obat dari Shi Zhu, memang sakitnya bisa sembuh, tapi lama kelamaan tubuhnya semakin berisi. Dan di situlah Shi Zhu beraksi, memberikan teh pada Li Xian dengan taburan obat yang di masukkan ke dalamnya, selain tidak bisa menurunkan berat badan, obat itu juga membuat bintik hitam pada wajah Li Xian semakin sulit untuk di sembuhkan.

Shi Zhu tertawa mengingat bagaimana dulu Li Xian yang sangat penurut dengan apapun yang dia katakan untuk mengembalikan wajah dan tubuhnya yang bagus, yang tidak dia ketahui bahwa Shi Zhu tengah membohonginya. "Seharusnya aku melakukannya lagi, dengan begitu dia akan menjadi keburukan dari istana ini," gumamnya.

Pemberitahuan mengenai Selir Shi Zhu yang hadir membuat Li Xian sedikit heran, entah apa yang akan dilakukan wanita ular itu.

"Jika kau hanya membuang-buang waktuku, lebih baik kau keluar dari sini," ujar Li Xian acuh menyambut kedatangan Shi Zhu yang sama sekali tidak dia inginkan, masih terekam jelas bagaimana liciknya wanita itu ingin menjebak Putra Mahkota.

"Kenapa kau terlihat begitu marah padaku, Li Xian? Aku tidak berniat merebut barang-barang milikmu yang tidak berguna itu."

Li Xian berdecih. "Pura-pura amnesia," gerutunya pelan.

"Justru aku ingin mengembalikannya, karena tidak ada gunanya lagi di tempatku, kau tahu kan semua itu keinginan bayiku yang sekarang sudah ada di surga," Shi Zhu memulai aksi sedihnya. "Dan sekarang aku akan mengembalikan semuanya," imbuhnya memberi perintah pada pengawal untuk mengembalikan ayunan dan beberapa barang-barang milik Li Xian yang pernah dia rebut.

Sedangkan Li Xian menatap heran dengan apa yang Shi Zhu dan pasukannya lakukan, sepertinya ada yang tidak beres.

"Dan juga, kau ingat kue beras buatanku bukan? Dulu aku sering membuatkannya untukmu, meskipun sekarang kau sangat pandai memasak tapi dulu kau suka dengan kue beras buatanku. Anggap saja sebagai permintaan maaf," tutur Shi Zhu memerintahkan Mouya meletakkan nampan di hadapan Li Xian.

"Aku ragu akan hal itu," tanggap Li Xian melirik pada kue dan teko berisi teh di hadapannya.

"Kau tidak ingat kalau kau selalu memintaku membuatkan kue beras untukmu? Kau sangat menyukainya."

"Putri, apa yang dikatakan Selir Shi memang benar, anda sangat menyukai kue beras buatan Selir Shi," bisik Linda pelan.

"Benarkah begitu?" tanya Li Xian berbisik.

Linda mengangguk mengiyakan.

"Baiklah aku menghargai usahamu dan menerima permintaan maafmu." Li Xian mengambil serta menggigit kecil kue ke dalam mulutnya, merasakan dengan lidahnya mencari sesuatu. "Kau boleh pergi," imbuhnya mengusir.

Shi Zhu tersenyum. "Jangan sungkan untuk memintaku membuatkan untukmu jika kau ingin tambah," ujarnya tersenyum kian lebar.

Li Xian mengangguk saja.

"Linda, apa kau yakin bahwa dulu dia tidak memasukkan sesuatu ke dalam makanan untukku?" selidik Li Xian setelah kepergian Shi Zhu.

Linda tampak berfikir. "Sepertinya tidak, Putri. Anda terlihat baik-baik saja setelah memakan kue buatan Selir Shi. Apakah anda melupakan ingatan itu?"

"Sepertinya begitu," tanggap Li Xian seadanya, di dalam mulutnya dia masih merasai kue buatan Shi Zhu yang entah kenapa dia merasa bahwa kue itu telah di campuri sesuatu, dia akan melihat perubahannya setelah menghabiskan satu butir kue.

***

"Bukankah kau harus melatih permainan pedangmu, Xian'er?"

Li Xian berjengit dari tidurnya mendengar suara menyeru, awalnya dia tengah membaca buku dan tidak sengaja ketiduran. "Yang Mulia?"

"Kau tertidur?" ujar Liu Xing Sheng mengambil duduk di samping Li Xian.

Li Xian mengangguk. "Ada apa, Yang Mulia?" tanyanya kemudian.

"Bukankah kau ingin berlatih pedang? Hari ini aku tidak ada pekerjaan yang mendesak, aku bisa mengajarimu," jawab Liu Xing Sheng seraya mengambil kue di atas meja.

"Jangan!" cegah Li Xian saat hampir saja Liu Xing Sheng memakan kue beras buatan Shi Zhu.

Sebelah alis Liu Xing Sheng terangkat. "Kenapa?"

"Sebenarnya aku tidak yakin dengan kue itu, aku sedang mengamatinya reaksinya."

Kening Liu Xing Sheng mengerut dalam.

Li Xian mendesah pelan. "Aku tidak tahu apa yang Shi Zhu masukkan ke dalam kue itu, karena aku yakin kalau dia tidak pernah berniat baik padaku," ungkapnya.

"Kau menuduh saudarimu sendiri?"

Li Xian mengangguk pelan. "Yang Mulia, sebenarnya dia bukankah saudariku, kau ingat darimana aku berasal, kan?" tuturnya berbisik.

Liu Xing Sheng mengangguk. "Sebenarnya ada yang ingin aku katakan."

Li Xian merespon dengan menggerakkan dagunya.

"Sebenarnya aku tidak yakin pernah tidur dengan Selir Shi."

Li Xian terperangah. "Kau serius?" tanggapnya antusias.

Liu Xing Sheng mengangkat bahunya. "Entahlah, waktu itu aku hanya tertidur setelah membaca buku. Dan pagi harinya aku melihat Shi Zhu tertidur di sampingku."

Kedua bola mata Li Xian membulat. "Kau tidur seranjang dengannya? Kau yakin tidak melakukan sesuatu padanya?" selidiknya antusias.

Liu Xing Sheng memangku wajahnya menatap Li Xian. "Kau berharap aku melakukan sesuatu padanya?" tantangnya.

Li Xian menggeleng kuat. "Tidak boleh, jangan!"

Liu Xing Sheng tersenyum, sebelah tangannya mengusap kepala Li Xian. "Kau mau melakukannya malam ini?"

Li Xian membeku, kedua netranya mengerjap. "Aku akan mengambil pedangku," ujarnya segera beranjak.

Sedangkan Liu Xing Sheng tersenyum melihat Li Xian yang tersipu.

°°°

"Jadi apa menurutmu Selir Shi berbohong tentang kehamilannya?"

"Aku tidak bisa memprediksi itu, Xian'er."

'Begitu liciknya dia kalau memang benar membuat kebohongan tentang kehamilannya.' "Kau tidak ingin menyelidikinya, Yang Mulia?"

Liu Xing Sheng menoleh. "Tidak ditemukan apapun di dalam kediaman Shi Zhu untuk mengungkap kebohongannya. Dan juga sudah terbukti ada seorang pelayan yang mengaku telah meracuninya."

Li Xian terkejut, dia lupa menanyakan perihal pelayan yang bunuh diri. "Jadi, pelayan itu benar telah meracuni Selir Shi?"

"Seperti itulah yang tertulis dalam suratnya."

"Siapa pelayan itu, Yang Mulia?"

Liu Xing Sheng mengusap puncak kepala Li Xian. "Aku tidak hafal semua pelayan di sini, Xian'er," balasnya.

Li Xian memainkan bibirnya. "Sudah banyak perbuatan jahat yang Selir Shi lakukan, apa itu belum cukup untuk membuatnya pergi dari istana ini?" gumamnya pelan.

Liu Xing Sheng menyernyit heran. "Apa yang kau gumamkan, Xian'er?"

Li Xian menggeleng.

"Jika ada yang mengganggu pikiranmu katakan saja."

"Tidak ada hal serius, Yang Mulia."

"Jadi, bisakah kita melakukan hal serius sekarang?" goda Liu Xing Sheng yang seketika membuat wajah Li Xian memanas.

"Kau tidak perlu meminta izin untuk itu, Yang Mulia," cicit Li Xian tanpa menatap lawan bicaranya.

Liu Xing Sheng tersenyum. "Bukankah selama ini aku sedang menunggu izin dari wanita masa depan itu?" guraunya.

Li Xian menoleh protes, kemudian kedua ujung bibirnya terangkat membentuk senyuman indah. Dia beranjak, berdiri di belakang tubuh Liu Xing Sheng guna melepaskan kain yang melekat di tubuh pria itu. "Jika suatu saat kau berada di masa depan. Kau harus menemukanmu di sana, Yang Mulia," ujarnya.

"Bagaimana jika aku tidak mengenalimu?"

"Kau harus menemukan cara untuk mengenaliku."

"Dengan?"

Li Xian mencebik, mengambil duduk di samping Liu Xing Sheng. "Jika kau tidak bisa mengenaliku, akan aku patahkan tanganmu," ancamnya.

Liu Xing Sheng tertawa renyah, meraih jemari Li Xian serta mengecupnya. "Aku pasti akan menemuimu dan jatuh cinta padamu lagi, Xian'er."

"Kau berjanji?"

Liu Xing Sheng mengangguk. Sebelah tangannya merambat ke tengkuk Li Xian dan perlahan mengikis jarak untuk menyatukan bibir keduanya.

Li Xian menyambut dengan senang hati, menyambut kedatangan Liu Xing Sheng sepenuhnya dalam dirinya. Hati juga tubuhnya, Li Xian telah bersiap untuk semuanya. Merasai sentuhan yang Liu Xing Sheng berikan di setiap inci tubuhnya, dia mendesah merasakan ujung lidah Liu Xing Sheng yang bermain indah di rahangnya. Entah sejak kapan dia sudah berbaring di singgasana.

Liu Xing Sheng menarik diri untuk mengatur nafas yang terengah, menatap lekat wajah indah dengan netra berbinar wanita di bawah kungkungannya. Namun sesuatu mengganggu penglihatannya, dia menyentuh pipi Li Xian. "Aku tidak menyadari bahwa kau mempunyai tahi lalat di sini, Xian'er?" tanyanya.

Li Xian segera menyentuh wajahnya. "Tahi lalat? Aku tidak ingat pernah memilikinya, Yang Mulia," tanggapnya kebingungan.

Kini justru Liu Xing Sheng yang menyernyit heran. "Apa kau sangat gugup hingga membuat wajahmu memerah?" godanya membingkai wajah Li Xian yang merona.

Kedua bola mata Li Xian membulat, dia segera beranjak untuk melihat pantulan wajahnya di cermin. Li Xian menutup mulutnya yang terbuka dengan kedua tangan saat menatap tampilan wajahnya di cermin, mendekatkan untuk menilik bintik hitam yang Liu Xing Sheng maksudkam sebagai tahi lalat. Dia semakin terkejut.

"Xian'er, apa yang terjadi?" tanya Liu Xing Sheng menghampiri.

"Tidak, jangan mendekat, Yang Mulia," cegah Li Xian mengangkat kelima jarinya.

"Ada apa, Xian'er?" tak mengindahkan ucapan Li Xian, Liu Xing Sheng tetap menghampiri.

Li Xian mendadak panik. "Yang Mulia, aku tidak bisa jelaskan, tapi, kau harus pergi dari sini."

Liu Xing Sheng tercengang, bahkan dia belum sempat melakukan ehm dengan Li Xian, namun justru wanita itu mengusirnya. "Kenapa, apa yang salah? Apa yang terjadi denganmu?" tanyanya kebingungan.

Li Xian mendorong tubuh Liu Xing Sheng untuk keluar dari kediamannya. "Akan aku jelaskan nanti, kau tidak boleh di sini, Yang Mulia."

"Xian'er?"

Brak!

Li Xian menutup pintu segera setelah Liu Xing Sheng keluar dari kediamannya. "LINDAAA KEMARILAH!!" teriaknya memberi perintah.

Linda yang menunggu di depan kediaman berjengit. "B-baik, Putri," jawabnya, menunduk hormat pada Liu Xing Sheng yang terdiam di tempatnya.

Liu Xing Sheng mengusap tengkuknya yang tidak gatal, memperhatikan penampilannya yang hanya menggunakan pakaian dalam -pakaian putih panjang serta celana hitam panjang- (bukan singlet dan kolor ya, enggak ada di jaman batu 😄) serta kakinya yang tidak terbalut apapun. Dia mendesah pelan, berdecak guna meluapkan kekesalannya karena lagi-lagi usahanya gagal.

Sementara itu di dalam kediaman, Li Xian mengobrak abrik isi di dalam laci untuk mencari obat oles yang pernah di raciknya dulu.

"Apa yang anda cari, Putri?"

"Linda, dimana obatku."

Linda terkejut melihat wajah Li Xian yang memerah. "Astaga.. ada apa dengan wajah anda, Putri?"

Li Xian menggeleng. "Belum tahu, tapi aku akan segera mencari tahu. Cepat kau cari obat itu," perintahnya.

"Baik, Putri."

Beberapa menit kemudian Li Xian menemukan apa yang dia cari, gegas mengambil duduk di depan cermin untuk mengoles wajahnya dengan obat oles. "Kau masih ingat racikan untuk menghilangkan bintik hitam di wajahku, kan, Linda?"

Linda mengangguk. "Masih, Putri."

"Pergilah, buatkan untukku." Li Xian menarik laci mengambil sebuah buku, menyerahkannya pada Linda. "Bawa ini untuk mengukur takarannya," imbuhnya.

"Baik, Putri."

Li Xian mendesah berat melihat wajahnya yang kembali mengeluarkan bintik merah, dia nampak berfikir. "Kenapa bisa muncul lagi?"

Seketika dia teringat kue beras yang Shi Zhu berikan padanya. "Dia melakukannya? Lagi?" monolog Li Xian mulai mengerti darimana asal bintik di wajahnya, dan sepertinya itu juga yang dilakukan Shi Zhu terhadap Li Xian asli. Melihat polosnya Li Xian asli, pasti dia akan menurut pada Shi Zhu.

Li Xian memicing menatap pantulan wajahnya di cermin. "Baiklah, sepertinya sudah cukup bermain-main denganmu, Shi Zhu, aku tidak akan melepaskanmu kali ini. Kau memilih lawan yang salah," gumamnya menyeringai.

.

.

.

Puass!! Puas!!!
2000 kata lohh part ini. Keren nggak tuh. 😁

Skuyy tinggalkan jejak semenarik mungkin, bikin authornya merasa bersalah karena lama gak update hahaha 😋

See u next chapter guysss..
Miss you all 😘

Sabtu, 27 November 2021
Saskavirby

Instagram yg jarang update : @saskavirby

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 91.7K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...
540K 56.2K 60
note: jumlah kata setiap chapter akan terus bertambah seiring berjalannya cerita. __________________________ Menceritakan kisah tentang Elvian Jhonso...
662K 61.8K 30
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...
627K 32K 44
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...