Li Xian Empress

By saskavirby

1.2M 142K 4.3K

Rank #1 Permaisuri 28 Juni 2020 Rank #3 reinkarnasi Agustus 2020 Dia di bunuh secara keji oleh saudara tiriny... More

PROLOG
1. Kehidupan kedua
2. Proses yang mengangumkan
3. Waktunya tiba
4. Memanah
5. Kuda yang mengamuk
6. Kunjungan pertama kali dari Putra Mahkota
7. Keberangkatan
8. Kedatangan Putra Mahkota
9. Pemberontak
10. Perjalanan menuju Istana
11. Keterkejutan penghuni istana
12. Kesialan
13. Kissing
14. Teh Melati
15. Yihua
16. Pria misterius
17. Fakta di balik kebencian
18. Tamu tak di undang
19. Merenung
20. Dia aneh
21. Ungkapan hati
22. Pembicaraan dengan Shizhu
23. Perang
24. Perang 2
25. Tahanan
26. PURA - PURA
27. Kamu adalah aku
28. Awal Pembalasan
29. Taman bungaku
30. Hukuman
31. Kesialan berbuntut keberuntungan
32. Ku harap kau bersabar lebih sedikit
33. Selir Xu Yenn i
34. Tangkap
35. Shi Zhu hamil?
36. Sergapan paksa
37. Tagihan Hadiah
38. Celaka Mencelakai
39. Celaka Mencelakai 2
40. Selidik
41. Eksekusi
43. Dia Ayahku?
44. Kenapa harus ada Selir di dunia ini???
45. Kedai Yin Ann
46. Penginapan
47. Putra dan Putri Mahkota
48. Rencana lainnya
49. Itu bagian dari rencana
50. Time too.. pembalasan
51. Tentang perjodohan
52. Pesta
OPEN PO

42. Tidak bisa menolak perintahmu

11.2K 1.5K 63
By saskavirby

"Ini yang kau maksud dengan keinginan?"

Li Xian menoleh, tersenyum lebar dan mengangguk.

"Kita sudah pernah melakukannya."

"Hanya sekali, saat kau menyelamatkanku dari kuda waktu itu."

"Bukankah sebelumnya aku juga melakukannya denganmu," bantah Liu Xing Sheng.

"Ha? Benarkah? Kapan?"

"Oh, sepertinya aku lupa jika kau yang sekarang bukan Li Xian Putri Mahkota yang asli," tanggap Liu Xing Sheng teringat.

"Kau pernah menaiki satu kuda yang sama dengan Li Xian?" tanya Li Xian memastikan.

Liu Xing Sheng tak menyahut. "Pegangan," perintahnya, kemudian memacu kudanya agar lebih cepat.

Derap kaki kuda menghentak mengelilinginya rimbunan pohon, cahaya bulan memancarkan terangnya disela dedaunan yang bergoyang terhembus angin. Sejak keluar dari istana, senyum Li Xian senantiasa terukir, malam yang indah menurutnya, hal yang ingin dia lakukan sejak lama -menikmati malam dengan menaiki kuda hanya dengan Liu Xing Sheng-.

Tiba di sebuah pasar, Liu Xing Sheng menyerahkan kudanya pada seseorang untuk di jaga.

"Apa kita perlu mengganti pakaian?" tanya Li Xian mendongak.

Liu Xing Sheng menoleh. "Tidak perlu, gunakan ini saja," jawabnya menyerahkan cadar pada Li Xian.

"Apa kau yakin mereka tidak akan mengenali kita?"

Liu Xing Sheng menggenggam jemari Li Xian. "Jangan lepaskan tanganku," perintahnya mengabaikan pertanyaan Li Xian.

Keduanya mulai menyusuri pasar, banyak sekali penjual yang berada di sana, namun yang mereka jual nampak aneh dimata Li Xian.

"Yang Mulia –"

"Panggil saja suamiku," ralat Liu Xing Sheng berbisik.

Li Xian tercekat, dia mengerjap bingung. Dia berdehem. "S-suamiku, sebenarnya pasar apa ini?" tanyanya sedikit kikuk saat menyebut kata suami.

"Pasar hantu."

Li Xian tertegun. "Pasar hantu? Apa itu?"

"Barang yang mereka jual tidak jelas darimana asalnya, pasar ini hanya ada beberapa bulan sekali, dan akan berpindah-pindah tempat," terang Liu Xing Sheng seraya tangannya mengamati sebuah batu berlian kecil.

Li Xian mengangguk-angguk. "Mungkin sama seperti pasar gelap," gumamnya pelan. "Lalu apa yang ingin kau cari, Ya– Suamiku?"

"Sebuah informasi."

Kening Li Xian mengerut. "Kau bercanda?"

Liu Xing Sheng menoleh dan tersenyum, kembali menarik tubuh Li Xian untuk berjalan.

"Apakah batu ini asli?" tanya Li Xian mengamati batu berwarna merah yang masih berupa bongkahan.

"Asli, Nyonya, itu sangat langka."

Li Xian berbisik di telinga Liu Xing Sheng. "Kalau di jaman modern, batu ruby ini sangat diminati masyarakat, harganya bisa sangat tinggi mencapai milyaran."

"Kau menginginkannya?"

Li Xian menggeleng, kemudian memilih beberapa diantaranya, netranya menangkap sesuatu yang berkilau. "Yang ini," ucapnya mengangkat batu kecil berwarna campuran antara biru dan ungu dikedua sisinya.

"Aku ambil yang ini," ucap Liu Xing Sheng menyerahkan koin emas pada sang penjual.

Kerumunan di depan menarik minat Li Xian untuk mendekat.

"Siapa yang ingin bertaruh, silahkan maju melawan Tuan Gu yang tidak pernah terkalahkan ini," seru sebuah suara.

Kemudian seseorang mengangkat tangannya untuk turun dan melawan Tuan Gu bertaruh, menebak sebuah batu yang di dalamnya terdapat batu berlian yang jika beruntung akan mendapatkan untung yang sangat besar.

"Apa yang mereka lakukan?" bisik Li Xian pelan.

"Mereka bertaruh untuk menebak isi di dalam batu."

"Apakah ada batu ruby di dalamnya?"

Liu Xing Sheng mengangguk.

"Wahh sepertinya seru," tanggap Li Xian riang.

Selama yang Li Xian perhatian, pria bernama Tuan Gu itu selalu mendapatkan kesempatan pertama untuk menebak batu, dan sepertinya ada sekongkolan dengan pemilik kedai, sehingga kemenangan selalu berada di pihak Tuan Gu.

"Tunggu, aku ingin bermain," seru Li Xian mengangkat tangannya.

Liu Xing Sheng menyernyit, tak urung mengikuti langkah Li Xian yang menariknya.

"Aku ingin bermain, tapi, aku ingin memilih batunya sendiri dari deretan batu itu. Bukan yang anda pilihkan," ujar Li Xian.

"Kau harus membayar lebih untuk itu, Nyonya."

"Tidak masalah, suamiku yang akan membayarnya," jawab Li Xian pongah. Sementara Liu Xing Sheng menghembuskan nafas pelan.

Li Xian tengah memilih-milih batu setelah Liu Xing Sheng memberikan koin pada pemilik kedai.

"Yang ini saja," tunjuk Li Xian pada sebuah batu.

"Tidak, yang ini lebih baik," bantah Liu Xing Sheng.

Li Xian menoleh. "Siapa yang bermain?" protesnya.

"Percaya padaku, Xian'er."

Li Xian terdiam, kemudian kepalanya menggeleng. "Aku tidak perlu masukan darimu, aku tetap memilih yang ini," ujar keukeh. Liu Xing Sheng hanya bisa pasrah.

Saat kedua batu mulai di belah, Li Xian mendesah berat karena batu yang dipilihnya kosong, tidak ada batu berlian di dalamnya, sedangkan lawannya mendapatkan batu berwarna putih.

"Aku mau sekali lagi," ujar Li Xian tak menyerah.

Namun sekali lagi dia memilih batu yang salah, tidak ada apapun di dalamnya, Li Xian benar-benar merasa kesal.

"Apa kau sungguh ingin mengalahkan pria itu?" tanya Liu Xing Sheng.

Kepala Li Xian mengangguk pelan. "Tatapan pria itu menyebalkan, dia pasti sudah bersekongkol dengan pemilik kedai untuk menipu."

Liu Xing Sheng mengangguk. "Kali ini biarkan aku yang memilih," ujarnya.

"Kau yakin?"

Liu Xing Sheng tersenyum kecil, yang tentu saja tak nampak dilihat oleh Li Xian. Kemudian dia memulai memilih batu. Perasaan was-was bukan dia yang merasakan, melainkan Li Xian yang terus meremas jemarinya.

Saat batu itu terbelah, sebuah batu berlian berwarna emas muncul, membuat Li Xian bersorak girang. Sedangkan Tuan Gu hanya mendapatkan batu berwarna merah yang mempunyai tingkatan rendah.

"Itu batu berlian tingkat ketiga, hebat."

Tiga kali bermain, Liu Xing Sheng selalu mendapatkan batu dengan kualitas yang sangat baik. Membuat pemilik kedai berkeringat dingin karena Liu Xing Sheng bisa membuatnya bangkrut.

"Xian'er, siapa yang akan membawa batu sebanyak itu? Kita akhiri saja permainan ini," perintah Liu Xing Sheng.

Li Xian mengerucut, melirik wajah pemilik kedai yang pias membuatnya tak tega, akhirnya dia mengangguk mengiyakan.

"Besok akan ada yang mengambil batu-batu itu," ujar Liu Xing Sheng menyerahkan beberapa koin emas pada sang pemilik kedai.

Li Xian tengah memilih beberapa cemilan yang dijual di sebuah kedai sementara Liu Xing Sheng tengah membicarakan sesuatu kepada seseorang, Li Xian tidak ingin ikut campur, dia tengah sibuk dengan kegiatannya.

"Apa ini?"

"Itu sisik ular, Nyonya."

Li Xian bergidik. 'Sisik ular bisa di makan?' dia mengusap tengkuknya yang tiba-tiba merinding. "Kalau ini?"

"Itu terbuat dari telur ikan yang dicampur dengan beberapa ramuan herbal, cocok untuk menghangatkan tubuh anda, Nyonya."

Li Xian mengangguk-angguk, memasukkan sedikit makanan -yang mempunyai bentuk seperti permen, hanya saja dengan ukuran yang lebih besar dan mempunyai tekstur lengket- ke dalam mulutnya. 'Rasanya hampir mirip dengan permen jahe,' komentarnya dalam hati.

"Apa yang kau lakukan, Istriku?" tanya Liu Xing Sheng menghampiri.

Li Xian menoleh. "Rasanya seperti permen jahe," bisiknya, kemudian mengarahkan cuilan permen itu di depan Liu Xing Sheng, dan Liu Xing Sheng melahapnya.

Liu Xing Sheng menyerahkan koin kepada penjual untuk membelinya, kemudian melanjutkan perjalanan.

"Hari sudah gelap, kita harus kembali ke istana," ujar Liu Xing Sheng.

"Tidak bisakah kita lebih lama di sini?" ujar Li Xian melahap permen yang tinggal separo.

"Sepertinya kau sangat menginginkan waktu berdua lebih banyak denganku," goda Liu Xing Sheng.

"Memangnya kenapa kalau aku jawab iya," cetus Li Xian melenggang pergi.

Liu Xing Sheng tersenyum lebar di balik cadarnya. "Kita masih punya banyak waktu, Istriku," bisiknya menarik pinggang Li Xian mendekat.

"Yang Mulia, aku mempunyai pertanyaan," ujar Li Xian yang sudah berada di atas kuda berdua dengan Liu Xing Sheng.

"Hm?"

"Apa kau pernah sedikit saja mempunyai rasa tertarik terhadap Putri Mahkota?"

"Bahkan terlalu banyak."

Li Xian menoleh, kedua netranya menyipit tajam. "Bukan aku."

"Oh?" tanggap Liu Xing Sheng sekenanya.

Li Xian mendengus. "Cepat katakan," desaknya.

"Tidak ada."

Li Xian berdesis. "Kau memang pria yang sangat dingin," gumamnya pelan.

Liu Xing Sheng memacu kudanya lebih cepat saat merasakan sesuatu tengah mengarah padanya.

Li Xian terkejut. "Woo.. kenapa kau memacunya sangat cepat, Yang Mulia?"

"Jika kau takut, balik tubuhmu dan pegangan pada tubuhku, Xian'er."

"Apa?"

"Seseorang mengikuti kita."

Li Xian terdiam, bagaimana caranya dia berbalik badan jika Liu Xing Sheng memacu kudanya sangat kencang. Belum sempat memutuskan cara untuk membalik tubuh, Liu Xing Sheng menarik tali kuda kuat saat sebuah anak panah melesat, hampir saja tubuh Li Xian terjatuh jika saja Liu Xing Sheng tidak menahan pinggangnya.

Segerombolan pria bertopeng dengan baju serba hitam mengitari keduanya.

"Apa kita harus melawan mereka semua, Yang Mulia?" bisik Li Xian pelan.

"Aku tidak menyukai kata kita yang keluar dari bibirmu, Xian'er."

"Apa maksudmu kau akan melawan mereka semua dengan tangan kosong?"

"Aku akan mengalihkan perhatian mereka, kau cari tempat sembunyi," titah Liu Xing Sheng.

"Tapi –"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tubuh Li Xian di dorong paksa oleh Liu Xing Sheng. Sementara pria itu tengah bergulat melawan gerombolan pria berbaju hitam yang menggunakan senjata.

Li Xian gelisah. 'Apa aku harus turun tangan dengan tangan kosong? Menang tidak, mati iya. Jangan sampai aku mati konyol di masa ini hanya karena gerombolan pria keparat itu,' gumamnya bingung. 'Lalu bagaimana dengan Putra Mahkota?' "Argh.. persetan!"

Abai dengan perintah Liu Xing Sheng. Li Xian ikut turun tangan dengan tangan kosong melawan pria serba hitam itu, keahliannya adalah pedang, dan untuk perang tanpa senjata dia belum pernah melakukannya.

"Xian'er," panggil Liu Xing Sheng melemparkan pedang ke arah Li Xian, yang segera ditangkap. Meskipun sebenarnya Liu Xing Sheng tidak setuju dan tidak menginginkan Li Xian membantunya, tapi melihar banyaknya kawanan pria bertopeng ini membuatnya cukup kuwalahan.

Hampir memakan waktu cukup lama mereka bertarung, Liu Xing Sheng melempar pedang dengan gerakan vertikal guna menghadang mereka semua, kemudian menarik lengan Li Xian untuk melarikan diri.

"Lebih baik mencari aman daripada menyerahkan diri," ujar Liu Xing Sheng yang mengerti arti tatapan dari Li Xian.

Keduanya berlari mengusuri rimbunan pohon dan semak-semak, sementara di belakang mereka kawanan pria berbaju hitam itu masih terua mengejar.

Liu Xing Sheng menedang batang pohon tumbang di hadapannya hingag terlempar ke dalam air yang berada di bawahnya, setelahnya dia menarik tubuh Li Xian untuk bersembunyi di balik semak-semak.

Keduanya terengah mengatur nafas dengan sangat pelan agar tidak menimbulkan suara, Li Xian benar-benar merasakan gemuruh di dalam dadanya yang seakan seirama dengan tabuhan drum, sama seperti saat serigala milik Shizhu mengerjarnya. Membayangkan hal itu membuat tubuhnya bergidik.

Liu Xing Sheng segera menarik tubuh Li Xian ke dalam pelukannya saat mengetahui bahwa Li Xian kedinginan, -yang sebenarnya bergidik karena takut-.

Li Xian merasakan sesuatu menembus lubang hidungnya, membuatnya terasa gatal dan ingin bersin. Lagi-lagi Liu Xing Sheng yang mengetahui apa yang akan terjadi segera membungkam bibir Li Xian dengan bibirnya, tidak ingin melewatkan kesempatan, dia memagut dan mencumbunya dengan rakus.

Li Xian yang awalnya terkejut hanya bisa terdiam, namun detik berikutnya dia turut membalas ciuman Liu Xing Sheng.

"Apa mereka sudah pergi?" tanya Li Xian saat cumbuannya terlepas.

Liu Xing Sheng menahan kepala Li Xian saat hendak menoleh ke belakang. "Belum," jawabnya menatap wajah teduh Li Xian yang terkena pantulan sinar bulan.

"Menurutmu siapa mereka, Yang Mulia. Kenapa mereka mengikuti kita?" tanya Li Xian berbisik.

"Sepertinya mereka komplotan Elang Hitam. Kau masih ingat bahwa Kaisar menghukum mati ketua mereka hari ini, bukan?"

Kedua bola mata Li Xian melebar. "Seharusnya kita tidak keluar malam ini."

"Kau yang memohon padaku."

"Seharusnya kau menolaknya, Yang Mulia," cibir Li Xian mengerucut sebal.

"Aku tidak bisa menolak perintahmu, Xian'er," balas Liu Xing Sheng serak, kemudian kembali menyatukan bibir keduanya.

.

.

.

Yg nanyain keberadaan author kenapa nggak muncul.

Author sedang banyak sekali yang diurus. Sejak sakitnya aku kemarin, ternyata ada lanjutannya, tp bukan aku yg sakit. Tp keluarga, mulai anak, suami, orang tua sama mertua juga.
Alhamdulillah masih di beri sakit 😊

Mood buat nulis anjlok parah, parah banget pokoknya. Jadi maaf yg kecewa karena author.

Tapi aku tetep bakal nerusin cerita ini sampe tamat kok.
(Dalam jangka waktu yg tdk bisa di tentukan ya, jadi harap bersabar.) 😉

See yuuu 😘
Stay healthy.

Senin, 9 Agustus 2021
Saskavirby

Continue Reading

You'll Also Like

120K 11.3K 32
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...
268K 16.4K 24
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
2M 102K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...
637K 33.6K 46
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...