BLACK SWAN

Par AnfaaDa

7.3K 2.9K 2.1K

[Camillo High School Series 2] "Kak Rey tau gak? Kadang tuh cowok suka gak sadar kalo kelakuannya bikin cewek... Plus

Annyeonghaseyo-!
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 13
Part 14
Part 15

Part 12

348 116 142
Par AnfaaDa

Serius nanya, ada yg punya barcode di tangan?
Semoga gak ada ya, and kalo ada, I just want to saying, Fighting-!!💜

•••

12. Lie

•••

"Rey putus."

"Hah? Demi apa? Beneran?"

"Ih bener, barusan gue denger dari anak kelasnya."

"Bagus lah, jadi peluang gue buat dapetin dia jadi makin gede."

Revanya memelankan langkahnya saat berada di samping gerombolan siswi yang sedang membahas tentang 'putusnya Rey'. Kali ini Revanya tidak salah dengar, Rey, mengapa nama itu terus diperbincangkan oleh orang di sekitarnya?

Mungkinkah 'Rey' yang mereka maksud seterkenal Reynanda si kapten basket yang Revanya kenal? Ataukah Revanya yang tidak menyadari bahwa mereka adalah orang yang sama?

Revanya menggeleng, tidak mungkin mereka orang yang sama. Di hari pertama mereka bertemu, Reynanda bahkan mengaku tidak punya pacar alias jomblo. Bahkan semalam Reynanda berkata akan memperjuangkan Revanya untuk mendapat kepercayaan gadis itu.

"Woy! Ngelamun bae lo!" Ujar Leo yang baru saja datang. Satu tangannya merangkul bahu mungil Revanya.

Revanya berlari kecil supaya bisa berhadapan dengan Leo yang lebih tinggi dibandingkan dirinya. Ia mendongak untuk menatap wajah Leo. "Kamu kenal Rey gak?"

"Hah?"

"Ish, kenal orang yang namanya Rey gak?"

"Rey yang mana? Rey banyak kali. Mantan gue juga ada yang namanya Rey."

Revanya melotot terkejut, tak menyangka ternyata Leo bukan cowok normal.

"Reyli maksudnya." Jelas Leo tak ingin Revanya berpikiran aneh tentangnya.

Air muka Revanya kembali rileks saat mendengar ucapan Leo barusan. "Rey yang sekolah di sini, kamu ada kenal gak?" Tanya Revanya menyinggung masalah tadi.

Leo tampak seperti berpikir sejenak. "Kenal. Kakak kelas si setau gue."

"Namanya siapa?"

"Katanya tadi Rey, gimana sih lo?! Niat nanya gak?"

Revanya memutar bola matanya. "Nama panjangnya dong, Leo." Ucapnya berusaha sabar.

"Makanya kalo nanya tuh yang lengkap, bocil!" Ucap Leo. "Reynanda. Kayaknya cuman dia si setau gue."

"Ketua basket bukan?" Revanya dalam hati berdoa supaya Leo menggeleng tak membenarkan, namun respon anak itu justru sebaliknya. Di depannya, Leo mengangguk begitu saja.

"Yang namanya Rey di sini bukan cuman Reynanda ketua basket kan? Plis deh, Camillo High School itu luas, yakali cuman dia yang namanya Rey..--"

"Hayoloh, lagi ngomongin gue kan?"

Revanya dan Leo sontak berjingkut kaget setelah seseorang tiba-tiba datang sambil berseru dengan tak tahu malunya.

"Orang ini kan yang kamu maksud?" Ucap Revanya, menunjuk Reynanda dengan jarinya dan dibalas anggukan oleh Leo.

"Aigoo..." Revanya menunduk lalu memijat keningnya yang tiba-tiba saja pening.

Reynanda memberi isyarat pada Leo untuk meninggalkannya bersama Revanya, Leo yang memang sudah berniat pergi pun lekas melangkahkan kakinya menjauh dari sana.

"Ngomongin apa si, hmm?"

Revanya mendongak untuk menatap Reynanda  yang jauh lebih tinggi darinya. "Enggak. Penasaran aja aku tuh. Tadi pagi banyak yang ngomongin 'Rey putus sama pacarnya'. Ya aku bingung dong, seketika aku langsung inget kakak yang namanya sama-sama Rey."

Reynanda terdiam lama. Secepat itu berita mereka putus tersebar?

"Terus aku tanya Leo, siapa tau kenal orang yang namanya Rey selain kakak, eh dia malah bilang cuman kakak di sini yang namanya Rey." Lanjut Revanya. "Tapi kan waktu itu kakak bilang gak punya pacar, kalo yang mereka bicarain kakak, kakak putus dari siapa emangnya?"

Mendengarnya, Reynanda menggaruk tengkuknya bingung. Lelaki itu baru sadar ternyata selama ini sudah banyak sekali kebohongan yang ia sampaikan pada gadis di depannya itu.

"A-anu, i-itu.. Kan gue termasuknya hitz di sini, jadi mereka pada ngeship-in gue gitu. Padahal gue gak ada hubungan sama dia. Dan gak tau juga kenapa tiba-tiba ada rumor putus itu." Ujar Reynanda penuh kebohongan.

Memang berkat bakatnya di bidang basket dan wajahnya yang tampan, Reynanda menjadi hitz di sini. Namun siswa-siswi di Camillo High School tidak ada yang menjodoh-jodohkan dirinya dengan siapapun, karena mereka tahu, Reynanda sudah mempunyai hubungan dengan Kinara saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah mereka.

"Berasa punya kenalan idol beneran jadinya."

•••

Revanya baru saja sampai di kelasnya. Jika hari-hari biasanya ia akan bersantai sambil membaca novel favoritnya, kali ini mungkin akan sedikit berbeda mengingat sekarang statusnya sudah naik jabatan.

Bukannya gimana, Revanya kayak kaget aja gitu. Dia yang dari sekolah dasar gak pernah jadi pengurus kelas, sekarang malah jadi bagian paling penting di kelas. Hal ini jadi beban banget buat Revanya. Jujur, pengin rasanya Revanya sengaja ngelakuin kesalahan fatal biar turun jabatan. Tapi dia gak mau bikin wali kelasnya itu kecewa.

"Ah yaudahlah. Lagian, cuman setahun ini."

Revanya hanya bisa berharap semoga tahun depan dia gak jadi bagian apa-apa di kelas barunya.

"Re, Re. Gue mau minta saran lo, dong." Ucap Widiya -teman satu kelas Revanya-.

"Saran apa?"

"Jadi gini, sebenernya ini bukan pengalaman pertama gue jadi bendahara di kelas, dan sumpah, rasanya jadi bendahara tuh gak enak banget anjir. Apalagi kalo anak kelasnya bebal banget." Ujar Widiya membuat Revanya menatap kasihan ke arahnya.

"Gue SMP 3 tahun jadi bendahara sampe depresot tau gak. Ini malah ditambah lagi sama bu Lina. Bisa gila gue kalo gini caranya, Re." Lanjut gadis berbando hitam itu.

Keduanya sama sama terdiam. Revanya memikirkan cara yang ampuh supaya anak kelasnya nanti tidak susah saat dimintai uang kas, sedangkan Widiya sedang menelungkupkan kepalanya di meja. Anak itu benar-benar sedang depresi saat ini.

"Nah. Aku ada ide. Nih Wid, dengerin." Revanya menepuk bahu Widiya beberapa kali supaya anak itu menatapnya.

"Gini aja. Buat anak kelas yang bebal kalo dimintain uang kas, pajang aja fotonya di sg, tag juga akunnya, kalo perlu jadiin sorotan aja sekalian. Aku jamin, abis itu pasti mereka trauma."

Widiya menatap takjub ke arah Revanya. Tak menyangka gadis polos nan baik hati macam Revanya ini bisa berpikiran sampai sejauh itu. Tak salah bu Lina memilih Revanya sebagai pemimpin kelas.

"Buset, boleh juga ide lo!" Seru Widiya sambil tertawa heboh.

"Kenapa dari dulu gue gak kepikiran ampe sono ya? Atau jangan-jangan, lo udah berpengalaman di hal beginian ya, Re? Ngaku lo! Pasti lo juga mantan bendahara kan? Tuding Widiya.

"Bukan, ini aja baru pertama kalinya aku jadi bagian pengurus kelas." Balas Revanya jujur.

"Lah masa sih? Terus lo dapet ide itu dari mana? Gue aja yang berpengalaman 3 tahun gak pernah kepikiran."

Revanya mengulum bibirnya ke dalam. "Eum, gak tau juga. Tiba-tiba muncul aja tuh ide di kepala aku."

"Hadeuh... Yang pinter mah beda, Wid." Ucap Clara, teman satu kelas mereka. Gadis dengan tas yang menyampir di punggungnya itu menarik kursi di depan meja Revanya dan duduk menghadap ke belakang. Menumpukkan dagunya diantara telapak tangannya yang terbuka sambil menatap wajah polos Revanya.

Revanya itu nyaris sempurna bagi sebagian orang. Cantik, pintar, humble, supel, baik hati lagi. Clara yang perempuan aja suka. Dia jadi gak yakin Revanya belum pernah punya gandengan sampai sekarang.

Iya, gak punya gandengan, tapi temen cowoknya mah numpuk. Udah gitu good looking semua lagi.

Widiya mengangguk membenarkan ucapan Clara kemudian meniru kegiatan gadis itu yang masih memandang Revanya dalam diam. Revanya sendiri merasa aneh akibat tatapan kedua temannya itu.

"Jangan pada gitu ah." Ucap Revanya. Tangannya tergerak untuk menutupi kedua wajah menyebalkan yang masih terus memandanginya.

•••

Seorang gadis mungil dengan muka masam berjalan cepat sambil menghentakkan kakinya dengan kasar. Baru 2 hari, rasanya Revanya benar-benar ingin menyerah saja.

Seharusnya ia sekarang berada di kelas, duduk tenang memperhatikan guru Fisika yang sedang menjelaskan materi. Namun sialnya kini ia malah berdiri di rooftop atas perintah dari walas-nya yang menyuruh Revanya menjaga tempat itu dengan alasan mencegah niat siswa/siswi dari kelasnya membolos ke sana.

"Gini amat hidup Rere, ya Allah." Ucap Revanya  menelungkupkan kepala di atas lipatan tangannya.

Gadis itu terus mengeluh di sana tanpa menyadari ada seseorang yang baru saja terbangun dari tidurnya di belakang sana.

Tatapannya lurus ke arah Revanya. Lama terdiam, akhirnya ia memilih mendekati objek di depannya yang sama sekali tidak menyadari kehadirannya.

•••

[To be continued]

•••

Vote jangan lupa, udah?

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

little ace Par 🐮🐺

Roman pour Adolescents

560K 45.9K 29
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
3.1M 261K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
KANAYA (REVISI) Par liaa0415

Roman pour Adolescents

2.2M 129K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
ARSYAD DAYYAN Par aLa

Roman pour Adolescents

2.1M 115K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...