ALGORIMA

By Nadainun13

15.9K 1.6K 459

Kehidupan tentram Rima harus terganggu semenjak kedatangan seorang playboy bernama Algovan Dirta Dharmaraga y... More

PROLOG
ALGORIMA | 00
ALGORIMA |01
ALGORIMA | 02
ALGORIMA | 03
ALGORIMA | 04
ALGORIMA | 06
ALGORIMA | 07
ALGORIMA | 08

ALGORIMA | 05

858 137 5
By Nadainun13

SEBELUM LANJUT MEMBACA JANGAN LUPA VOTE DULU GAESASS

...

UDAHH?

....

JANGAN LUPA JUGA UNTUK SPAM KOMEN💜💜

....

Follow ig aku ya @nadainun13

....

Note:  JANGAN MEMBAWA LAPAK ORANG LAIN KE SINI. TENGYUUU💜💜💜

|_____ HAPPY READING!!!____|

Algo memasuki rumah nya yang megah dan besar itu dengan langkah gontai sambil mersenandu tidak jelas. Algo baru pulang dari sekolah tetapi penampilan lelaki itu tidak mencerminkan bahwa dia baru dari tempat yang namanya sekolah. Kemeja putih nya yang sudah lusuh dan kotor, dasi yang seharusnya terpasang di kerah baju kini sudah melingkar di kepalanya nya, Almamater yang seharusnya melekat membaluti kemeja putihnya malah terikat di pinggang lelaki itu. Bahkan saat ini Algo tidak memakai sepatu karena sepatunya sudah dia buang akibat menginjak tai ayam. Orang kaya mah bebas.

   "Algo!"

Suara berat itu menggema di rumah besar tersebut. Algo yang baru saja ingin menekan tombol lift langsung mengurungkan niat. Lelaki itu berbalik dan mendapati Ayahanda yang tengah menatapnya. Tatapan yang tidak biasa. Patut Algo curigai.

   "Assalamualaikum Ayahanda." Algo melangkah mendekati Dirta lalu mencium punggung tangan Ayahnya sopan.

   "Waalikumsalam, ayo ikut ayah." Dirta berbalik melangkah meninggalkan Algo.

    "Mau kemana Yah?"

     "Mau sunat kamu!"

Algo bergidik ngeri tetapi dia tetap mengikuti perintah Ayahnya. Karena seburuk-buruk nya Algo, dia tetap menurut apa kata orang tuanya. Ya walaupun kadang suka hilap sedikit membantah. Kadang doang tapi.

Ternyata Dirta mengajak Algo ke ruang keluarga. Di sana sudah ada Bundanya yang sibuk mengemil, dan Arbi yang sibuk bermain ponsel. Algo merasakan seperti nya akan ada hal mengerikan sebentar lagi. Karena jika Dirta sudah mengumpulkan keluarga nya di ruangan ini maka ini maka ada hal serius yang akan di sampaikan. Apa Ayahnya akan mengumumkan tanggal dia kembali di sunat? Algo tiba-tiba bergidik ngeri jika itu sampai terjadi.

   "Duduk kamu." Perintah Dirta setelah ia duduk di sebelah Maya.

Algo duduk di sebelah Arbi. Dirinya menendang Arbi hingga lelaki itu sedikit bergeser. Arbi baru saja akan membalas perbuatan Algo tetapi suara deheman Dirta menghentikan niatnya.

  "Algo, Ayah ingin berbicara serius dengan kamu."

    "Ayah mau sunat Algo? jangan Yah nanti makin pendek kasian calon istri Algo gak puas nantinya."

Tak!

Arbi memberikan jitakan kuat di kepala Algo sampai lelaki itu meringis.

   "Sakit Bangbi!" Algo melotot ke arah Arbi. Lelaki itu ingin membalas perbuatan Arbi sampai-sampai menindih tubuh Abangnya itu.

   "Algo!" Dirta menegur putranya, membuat Algo langsung menyingkir dari atas tubuh Arbi. "Kalian ini seperti anak besar saja."

    "Anak kecil Yah," koreksi Maya.

   "Iya itu maksud Ayah," ujar Dirta sambil mengambil secangkir kopi yang sudah dihidangkan di meja. Laki-laki tersebut menyandarkan punggungnya di sandara sofa. Mulai menikmati secangkir kopi hitam dengan Khidmat. Kedua matanya kini tertuju ke arah layar besar televisi yang tengah menampilkan sebuah sinetron khas indonesia.

Algo menoleh ke arah Arbi. "Bang ini kita di kumpulin gini cuma buat nonton Ayah minum kopi?" tanya Algo.

   "Kamu nanyeak?" balas Arbi dengan ekspresi mengejek. "Kamu bertanya-tanya? Mang eak?"

   "Sialan lo!" Algo meninju kuat lengan Arbi tetapi itu malah membuat Arbi tertawa.

   "Yah! Ayo mau ngomong serius apa? Algo udah gerah badan, gerah hati ini."

    "Kamu gerah badan? Juga gerah hati! Di ichi-ochain dulu ajaaa," balas Dirta mengikuti suara iklan yang sering muncul di televisi.

Maya yang menyaksikan kerandoman suaminya hanya bisa menggelengkan kepala pelan. Hal seperti ini memang sudah lumrah terjadi jadi tidak ada yang harus di pusingkan.

    "Wahh ichi ochaaaa!" Algo membalas dengan ekspresi wajah yang begitu kontras.

   "Acara selanjutnya akan kita saksikan setelah iklan berikut ini," kata Arbi menambahi.

Algo berdecak pelan. "Yah, jadi apa yang mau di omongin?"

Dirta berdeham pelan sambil seolah membenarkan kerah bajunya padahal saat ini dirinya tengah memakai kaos santai.  "Ayah mau masukin kamu ke pesantren."

   "Apa Yah? Pesantren?!" pekik Algo. Dirta hanya membalas dengan deheman santai. "Yah kok di masukin pesantren si Yah?! Algo kan gak macem-macem Yah."

    "Gak macem-macem apa? Oiya lo kan macem-macem-macem intinya banyak macem."

   "Diam lo Bangbi!" Singut Algo kepada Arbi yang kini tengah menertawakannya. Tidak peduli! Kini Algo beranjak merajuk sambil memeluk kaki Dirta. "Yah! Tega amat sama anak sendiri. Algo gak mau Yah di masukin pesantren! HUAAAAAA AYAHHH"

   "Ayahh." Maya menyenggol lengan suami nya itu sementara Dirta lalu tertawa bahagia.

Algo menengadahkan wajahnya menatap Dirta. "Inilah definisi bapak yang senang di atas penderitaan anaknya."

   "Sudah-sudah! Sini duduk kamu." Dirta mengangkat bahu Algo agar duduk di sebelahnya. Ia sampai menyeka air matanya yang hampir keluar akibat terlalu puas tertawa.

Dirta membuang napas panjang, kemudian di tatap nya wajah Algo yang saat ini tengah terlihat memelas. "Ayah mau jodohin kamu."

Hening. Untuk beberapa detik kedepan ruangan itu diisi oleh keheningan sebelum akhirnya dipecahkan oleh suara tawa Algo.

   "Haha Ayah lucu. Pasti Ayah lagi ngelawak kan? Lucu banget Yah, Algo aja sampai sakit perut ini."

   "Ayah sedang tidak bercanda, Algo."

Algo menghentikan tawanya. Ia melihat raut wajah Dirta yang begitu serius. Kemudian menatap Bundanya mencari kejelasan. Maya hanya mengangguk pelan sebagai respon. Beralih, Algo menatap Arbi yang tengah menampakkan wajah cengo, seperti nya ia cukup terkejut mendengar pernyataan Ayahnya.

   "Ayah mau jodohin bocil ini?" tanya Arbi memastikan.

   "Yo'a," balas Dirta.

   "Yah Algo masih sekolah, masih kelas sebelas. Tapi kalo di jodohin sama tante-tante kaya raya yang nantinya Algo bisa leha-leha tanpa kerja bisa di pikirin lagi sih."

   "Hust!" Maya memukul pelan tangan Algo. Ada-ada saja ucapan Algo itu. "Ayah udah beneran yakin mau jodohin Algo di usia sekarang?" tanya Maya masih ragu dengan keputusan suami nya itu. Menurutnya Algo masih di bawah umur untuk melakukan acara perjodohan seperti itu.

   "Tidak apa-apa Bun, mau sekarang ataupun lima tahun yang akan datang kita tetap akan menjodohkan Algo dengan gadis itu jadi sama saja, jika sekarang mereka akan mempunyai banyak waktu untuk saling mengenal satu sama lain, Algo hanya akan bertunangan saja untuk menikah dia tetap harus menyelesaikan pendidikan nya minimal sampai Sarjana."

Maya akhirnya mengangguk setuju. Dia akan ikut apapun keputusan suaminya.

   "Yah, Bun! Ini tu bukan zaman siti soleha."

   "Siti nurbaya beleguk," koreksi Arbi.

Algo mendecak kesal. "Ya sama aja mau siti siapa lah itu! Yah Algo gak mau di jodohin! Algo masih pengen maen-maen."

    "Bundaaa." Algo beralih merengek kepada Bundanya.

   "Ya sudah tidak apa-apa jika Algo tidak mau," ujar Dirta lalu menyeruput kopi nya.

Ucapan Dirta membuat Algo langsung berbinar. "Ayahanda memang terbaik.  Algo mau ke kamar dulu mau mandi." Algo bangkit dari tempat ia duduk. Tetapi baru melangkah sebanyak empat kali, ucapan Dirta membuat nya berhenti.

   "Ayah tinggal cari orang yang mau Ayah adopsi jadi anak Ayah kemudian Ayah jodohkan dengan pilihan Ayah dan kamu bisa pergi dari rumah ini, nama kamu tinggal Ayah coret dari KK dan Ayah gantikan dengan anak baru Ayah nanti."

   "Padukaaa," Algo kembali menghampiri Dirta sambil mengeluarkan ekspresi menyedihkan. Sementara Arbi tengah mati-matian menahan tawa melihat tingkah Ayah dan Adiknya itu. "Hamba mohon paduka. Jangan buang Hamba. Hamba harus tinggal di mana kelak? Hamba tidak mau jadi gelandangan paduka."

   "Jika begitu anda harus melaksanakan perintah saya. Atau anda saya usir dari istana ini," balas Dirta. "Sebaiknya anda sekarang siap-siap untuk jamuan makan nanti malam. Kita harus menyambut tamu agung kita."

Dengan pasrah, Algo hanya bisa menganggukan kepalanya. Seterah Ayahnya saja. Yang terpenting Algo tidak di buang dari rumah ini.

Maya tidak tau harus berkata apa lagi. Tingkah suami dan anaknya benar-benar tidak bisa di duga. "Ya sudah Algo lebih baik kamu sekarang mandi dan pakai baju yang akan Bunda siap kan. Ya."

   "Yah gak ada niatan jodohin Arbi?"

   "Nanti Ayah carikan janda dulu ya."

     "APA DI JUAL?"

Suara Rima tiba-tiba meninggi ketika mendengar ucapan neneknya.

Wanita yang berusia sekitar enam puluhan tahun itu mengangguk yakin dengan ucapan nya. "Iya Rima." Wanita itu menabok lengan Rima pelan. Kebiasaan jika sedang berbicara dengan orang suka sambil menabok. "Nenek mau jual kamu ke CEO kaya."

Rima menggeleng kuat. Dia langsung turun dari kursi yang ia duduk lalu memeluk kaki neneknya. "Nek, Rima gak mau di jual! Rima bakalan cari duit yang banyak deh, Rima bakalan rajin bersihin rumah, cuci piring, ngepel semuanya terus nenek gak perlu ngapa-ngapain tapi jangan jual Rima. Huaaaaa!!!"

   "Gak bisa Rima." Nenek kembali menabok, kali ini bahu Rima yang menjadi sasaran. Tidak sakit karena nenek hanya melakukan hal itu pelan
"Kita udah kadung terma DP jadi gak bisa di batalin."

Rima mendongak menatap wajah neneknya. Tangis gadis itu semakin pecah. Jadi dirinya sudah di DP? "Balikin nek DP nya. huaaa! Rima gak mau di jual!"

   "Gak bisa Rima."

    "Gak bisa kenapa Nek. hiks"

    "Karena uang DP nya udah Nenek beliin Album NCT keluaran terbaru, Rima."

Mendengar itu tangis Rima semakin pecah. Gadis itu benar-benar tidak menyangka jika dirinya di jual hanya untuk membeli album NCT. Sedikit informasi bahwa Nenek Rima memang sangat menyukai salah satu boyband yang berasal dari korea selatan itu. Semuanya bermula karena Nenek yang sering ikut Rima menonton video-video mereka.

   "Nanti malam kita harus pergi ke rumah nya untuk bertemu CEO itu, Rima." Nenek mengelus bahu Rima yang bergetar. "Kamu jangan kabur ya Rima, nanti Nenek di tangkap polisi."

   "HUAAA NENEKKKK!!!" Rima tidak punya siapapun hanya neneknya saja yang dia punya. Tetapi kenapa neneknya dengan tega menjual dirinya ke CEO kaya itu.

    "Wahahahha!" Suara tawa Nenek tiba-tiba menggelegar. "Ya kali nenek jual kamu, ya tidak mungkin lah Rima."

   "Jadi nenek gak jual Rima?"

Nenek menggeleng pelan. "Nenek hanya menggadaikan kamu saja," katanya begitu enteng.

    "HUAAAA!!! NENEK!"

Malam harinya ketika langit yang gelap di penuhi bintang dan satu bukan purnama yang bulat sempura. Rima dan Nenek sudah berada di depan rumah yang begitu besar dengan air mancur besar terdapat di pekarangan rumah tersebut.

Malam ini Rima memakai dress putih selutut dengan lengan panjang. Rambu nya di biarkan terurai dengan jepit kecil di kepala kanannya.

Sampai detik ini Rima masih tak habis pikir bahwa Nenek benar-benar akan menjualnya. Tidak! Rima yakin Nenek tidak akan menjualnya. Diakan cucu satu-satunya Nenek, kalau Rima di jual nanti yang urus nenek siapa.

Sebenarnya Rima ingin kabur saja tadi. Tetapi mengingat neneknya yang punya penyakit jantung dimana mudah sekali kambuh membuat nya merelakan diri. Mereka kemari pun di jemput oleh mobil pribadi milik CEO itu.

  "Ayo Rima."

Mereka berdua naik ke atas teras yang terdapat lebih dari anak tangga. Pintu besar itu terbuka secara otomatis membuat Rima benar-benar terpukau. Banyak pelayan dengan seragam sama bewarna abu-abu menyambut kedatangan mereka. Rima hanya bisa membalas senyum canggung ketika mereka semua tersenyum kearahnya.

   "Besar banget rumah nya ya, Rima." Sama seperti Rima, Nenek juga tampak terpukau apalagi ketika masuk ke dalam rumah itu. Mereka berdua berhenti sambil menatap tangga yang bercabang itu. Banyak lampu besar bergelantungan di langit-langit rumah ini, bahkan di depan anak tangga ada air mancur kecil.

Rima seketika merinding membayangkan jika lampu-lampu besar itu tiba-tiba jatuh dan ada orang di bawah nya. Mungkin orang itu akan langsung menemui sang pencipta.

    "Mari kami antar ke ruang makan, di sana Tuan sudah menunggu." Pelayan itu berucap sopan.

Nenek dan Rima mengikuti kemana pelayanan itu pergi. Rima membayangkan jika dia sendirian di sini mungkin Rima sudah kesasar. Pintu itu di buka dan menampakkan ruang makan yang tidak kalah megah.

   "Silahkan."

Rima dan Nenek melangkah masuk. Nenek tersenyum ke arah laki-laki dewasa yang kini menatap ke arah mereka. Kedua mata Rima membulat terpana ketika melihat wajah laki-laki itu. Sangat tampan. Bahkan mirip Biasnya di NCT.

Nenek langsung melepaskan tangan Rima yang sejak tadi mengenggam nya.

    "Ini calon suami cucu saya ya? Ganteng sekali kaya calon suami saya si Lucas NCT." Ucap Nenek kepada laki-laki itu.

Seketika laki-laki itu menggeleng. "B-bukan, saya kakaknya."

    "Oalahhh!!" Nenek menabok lengan laki-laki itu. Catat itu adalah kebiasaan yang pasti dan selalu nenek lalukan ketika berbicara dengan orang yang ada di dekatnya.

 Lelaki itu mengusap lengannya sebentar. Tatapannya jatuh ke arah Rima yang masih menatapnya dengan memuja.   "Dia cewek yang mau di jodohkan sama adik saya?" Tanya lelaki itu memastikan. Nenek mengangguk pelan.

Lelaki itu berjalan mendekati Rima membuat Rima langsung meneguk salivanya pelan. Aura laki-laki itu terasa begitu kuat. Sampai rasanya Rima ingin meleleh. Tetapi tunggu apa katanya? Di jodohin?

   "Gila, cantik gini yang di jodohin sama si bocil." Lelaki itu berdecak kagum melihat wajah Rima.

   "D-di jodohin?" Rima menekuk dahinya

Lelaki itu mengangguk. "Iya lo kan bakalan di jodohin, nah itu bokap nyokap gue."

Rima langsung memutar badannya ketika pria itu menunjuk ke arah belakang nya. Dilihatnya sepasang suami istri yang jalan ke arah mereka.

Nenek melangkah dan berdiri di sebelah Rima.

    "Selamat malam Dirta," sapa Nenek begitu hangat.

Tunggu siapa? Dirta? jangan bilang?!

    "HALLO PANGERAN TELAH DATANG!"

Kedua mata Rima melebar ketika laki-laki lagi muncul di belakang pasangan suami istri itu.

   "Algo?!"

Budayakan vote dan komen ya guys!
Follow akun aku juga jangan lupaaaa
ig: nadainun13 dan wattpadnada

See you❤️

Continue Reading

You'll Also Like

416K 43.8K 19
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
432K 15.6K 30
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
6.6M 280K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
2.5M 258K 61
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?