REVERSED; JJK ✅

By piperlight

56.3K 8.6K 3.9K

(SELESAI) Shin Jeara yang meminta, Jeon Jungkook yang menolak. Sampai di mana tepat ada takdir yang berperan... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 26 (Privatter 🔞)
Chapter 27 (Last Chapter)
OPEN PRE ORDER EBOOK REVERSED
REVERSED SPOILER

Chapter 19

1.5K 383 227
By piperlight

200 vote + komentar, bisa? Kalo iya, aku double up.

•••

HIDUP itu terus berjalan tanpa sekat yang mampu sedikitnya untuk menghentikan waktu. Keadaan tidak akan tetap di sana saja dengan gerangan memeluk luka yang sama. Waktu dirasanya begitu cepat, hari ke hari beranjak tidak meninggal kesan yang cukup baik. Awan yang dilihatnya cerah, tetapi tidak bertahan lama. Banyak sekali hal di semesta yang mampu merekam keadaan dunia yang penuh dengan tangis dan tawa.

Jeara tahu, bahkan sudah pernah mengatakan sebelumnya, waktu Jeara sudah terlalu lama di buang tanpa dipakai dengan bijak. Waktu itu mahal, bahkan nyatanya Jeara ingin mengulang, pun mengambil lagi waktunya yang terbuang sia-sia. Isi kepalanya penuh sekali, bahkan badannya yang lelah pun tidak Jeara hiraukan. Dari pagi hingga siang bekerja di kediaman Jungkook, pun satu jam sesudahnya harus berangkat ke toko kue tempat kerja Jeara yang lainnya, bahkan pulang nyaris dengan keadaan yang selalu menjemput larut.

Dua minggu sudah Jeara bekerja di tempat yang Taehyung tawarkan, waktunya nyaris bersamaan di kala waktu itu Jeara mendapati Jungkook yang berciuman di balkon kamar. Entah kenapa, Jeara enggan untuk memikirkan lagi, meski hatinya kerap kali merasa sesak dengan perasaan yang kelewat sama. Tepat setelah kejadian itu, Jeara mencoba bersikap biasa saja.

Agaknya Jeara sudah tahu betul, jika Jungkook kali ini yang berlagak untuk menjauhi. Sebetulnya Jeara angkat bahu saja, toh bagus pula jika itu terjadi, Jeara akan terlampau mudah untuk cepat-cepat melupakan perasaannya. Kenapa harus dipikirkan? Biarkan keadaannya kembali seperti semula, di saat Jungkook yang sama sekali enggan untuk berurusan dengannya.

Belakangan ini, sehari-harinya Jeara bekerja seperti biasa, namun pasti lelahnya terasa begitu lebih kentara. Tetapi dengan begitu, tujuan Jeara yang harus lebih diutamakan. Demi kesembuhan ibunya, Jeara akan  melakukan apa saja.

“Aku sudah sampai, Taehyung.”

Jeara berkata seperti itu pada sambungan yang ia buat dengan pemuda Kim di seberang sana. Ponsel yang awalnya berada di samping telinga, kini benda itu sudah dimasukkan ke dalam saku tatkala Jeara yang mengakhiri panggilan dengan senyum tipis yang tertampil.

Pagar besi di halaman rumah, Jeara buka perlahan dengan decitan yang terdengar cukup nyaring. Bahkan bau besi berkarat pun kerap kali meninggalkan jejak pada telapak tangan tatkala Jeara yang kesusahan untuk membuka. Helaan napas itu terdengar pelan tatkala irisnya melirik sebentar ke arah rumah yang berada tepat di samping kediaman.

Tungkai yang berjalan dengan lunglai, Jeara segera melepaskan alas kaki ketika jarinya pun bergerak untuk meniti dinding sebab inginnya menyalakan lampu di sekeliling yang masih terlihat gelap. Tidak seperti biasanya, terkadang Jeara sering mendapati jika rumahnya sudah terang dengan lampu yang sudah dinyalakan. Pikirnya mungkin sang ibu sudah tertidur lebih dulu, hingga tidak menyempatkan untuk keluar dari kamar.

“Ibu, aku pula—YA TUHAN!”

Langkah kaki yang terdengar begitu acak dan rusuh, Jeara dengan segera berlari untuk menghampiri ibunya yang sudah tergelak di lantai dapur dengan beling yang berceceran di samping. Tubuh yang bergetar pun air mata yang sudah terjatuh tatkala mendapati sang ibu tidak sadarkan diri, Jeara dengan cepat meraih acak ponselnya untuk menghubungi Jungkook.

“Aku butuh bantuanmu, kumohon angkat, Jung.”

Tangis yang benar-benar tidak bisa ditahan, Jeara merasakan lemas sendiri tatkala Jungkook tidak mengangkat panggilannya. Tidak ingin menuggu waktu terlalu lama lagi, Jeara dengan segera menghubungi Taehyung untuk cepat-cepat datang ke sini.

“T-taehyung, tolong. Aku butuh bantuanmu, ibuku tidak sadarkan diri.”

•••

Hal yang mendatangkan sakit tanpa diminta itu adalah, mengharapkan diri kepada orang lain. Tahu betul bagaimana sakitnya, tetapi memang kadang manusia tidak pernah ada henti untuk melakukan hal yang sama. Tameng yang kuat adalah diri sendiri, jadi coba berharap pada diri sendiri juga, bukan pada orang lain yang hanya akan mendatangkan harapan angan belakang, yang diakhir dengan memberi luka yang sama.

Tatapan yang melihat ke arah pintu ruangan yang tertutup rapat, dokter tidak membiarkannya masuk, dan berakhir berdiri gelisah dengan Taehyung yang berada di sampingnya. Air mata yang sudah membasahi pipi, Jeara tidak bodoh dengan apa yang terjadi sekarang. Bahkan pandangannya kerak kali menatap kosong dengan isak yang tidak dikeluarkan dengan bebas. Seharusnya Jeara tidak meninggalkan ibunya sendiri 'kan? Jeara seharusnya diam saja, menjaga ibunya dengan perasaan yang kelewat sayang, bukan pergi pagi dan pulang malam, hingga mengabaikan keadaan ibunya yang bahkan tengah sakit keras.

“Seharusnya aku di rumah saja, menjaga ibu. Bukannya pergi dari pagi, dan pulang larut malam. Aku anak yang buruk, Taehyung.”

Taehyung menatap ke arah gadis di sampingnya dengan perasaan yang tercubit sakit. Pandangan yang terlihat kosong, bekas air mata, pun telapak kaki yang diperban sebab gadis itu yang menginjak pecahan gelas, Taehyung dengan segera membawa tubuh mungil itu ke dalam pelukannya.

“Bibi Shin akan baik-baik saja, Je. Keajaiban itu ada, Tuhan tahu kalau beliau seorang ibu yang kuat. Jangan menyalakan dirimu sendiri, keadaan seperti ini di luar kuasamu.” Taehyung berkata dengan kepala yang menengadah tatkala atensinya menilik ke arah kaca kecil yang membuatnya dapat melihat keadaan di dalam sana.

“TAPI AKU TIDAK MELIHAT PERGERAKAN NAPAS IBU KETIKA AKU MENEMUKANNYA TIDAK SADARKAN DIRI, TAEHYUNG!”

Tepat ketika Jeara berkata dengan teriakan yang tertahan, suara dari dalam terdengar berdengung dengan tampilan dari layar elektrocardiograf yang menampilkan garis lurus, pun Jeara yang terdiam dengan atensi yang menoleh ke arah pintu sebelum tangisnya benar-benar pecah.

•••

Kritik dan saran, kalian bisa kirim di sc yang udah aku simpen di bio, ya.

Kalian jajan mekdi? Kalo di sini ngga ada mekdi, mengsedih:")

Continue Reading

You'll Also Like

89.8K 7.8K 81
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
949K 77.6K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
329K 35.4K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
182K 28.6K 52
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...