Yours

By Elsarst

739K 66.5K 6.1K

[PLAGIATHOR HARAM MAMPIR, TQ] (Sequel The Most Wanted Boy Vs Bad Girl) Cover by: HajidahNasia Hidup Lalisa ya... More

PROLOG
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
bagian 26
bagian 27
DIBUKUKAN !!!
Bagian 28
bagian 29
bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 34
Bagian 35
EMANG MASIH NUNGGU?
BAGIAN 36

Bagian 33

1.2K 219 118
By Elsarst

Happy reading^^

Setelah sejaman lebih Niko menunggu di bawah, akhirnya Lalisa turun juga mengalihkan pandangan cowok itu yang tadinya bersandar ke sofa langsung menegakkan badannya.

Niko memperhatikan Lalisa dari atas sampai bawah karena memakai dress yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, tanpa lengan dengan panjang diatas lutut. Ya, gadis itu tersenyum tipis sambil turun dari anak tangga. Ia berdiri tepat di hadapan Niko.

Niko melihat bola mata Lalisa, tatapannya agak takjub tapi sedikit aneh. "Lu yakin?" tanyanya.

Lalisa yang awalnya senyum-senyum malu sembari membetulkan tatanan rambut yang dicepol rapih, langsung mendatarkan ekspresinya mendengar pertanyaan Niko.

"maksud lo yakin itu apa?" tanya Lalisa kembali jutek.

"Di luar dingin, lu yakin mau pake baju ginian?" Niko kembali memandangi Lalisa dari bawah sampai atas dengan alis yang berkerut.

"ya suka suka gue dong!"

Niko hanya menghela nafas berat seraya beranjak dari duduknya. Ia mengambil kunci mobil yang sudah disiapkan di atas meja, lalu kembali menatap gadis itu yang masih menjutekkan ekspresinya.

"awas ya lu kedinginan, gua males ambil jaket ke atas soalnya." kata Niko memperingati.

sementara Lalisa hanya menye-menye seakan mengejek omongan Niko, hingga akhirnya mereka berdua pergi keluar rumah.

~•~•~

Setelah sejam lebih Niko dan Lalisa di jalan, akhirnya mobil milik cowok itu berhenti tepat di depan kafe yang ditunjuk Lalisa.

Di dalam mobil, dengan senyuman penuh harap sepanjang perjalanan, Lalisa tanpa basa-basi segera membuka seatbeltnya dengan excited.

Niko hanya menoleh, melihat betapa bahagianya gadis itu saat ini. Sampai akhirnya mereka kembali bertatapan karena Lalisa yang melihat ke arah Niko.

"Lo gak turun?" tanya Lalisa menaikan alisnya sebelah.

Niko hanya menggeleng.

Lalisa mengendikan bahunya, tidak peduli. "Yaudaa bagus, gue kesana ya, dadah.." pamitnya dan langsung turun dari mobil.

sementara Niko, dia memilih bersandar daripada ikut turun masuk ke kafe. Cowok itu mengambil hpnya dan sibuk mengetik sesuatu di atas layar.

~•~•~

Lalisa berjalan memasuki kafe dengan senyuman yang tak kunjung surut. Ia masih sibuk merapihkan dress juga tatanan rambutnya sembari melirik ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Revan. Sampai akhirnya, bola mata gadis itu terhenti ke cowok yang sedang duduk menyendiri di pojok seraya menyeruput kopi, otomatis senyumnya makin melebar apalagi ketika Revan melihat ke arahnya.

Mereka saling melambaikan tangan, lalu Lalisa menyusul Revan.

"Hai Van, udah lama ya nunggu? Maaf ya." ucap Lalisa ketika berada di hadapan Revan.

Revan tersenyum simpul menatap bola mata Lalisa. Ia mengangguk. "Lumayan lah, santai aja kali kaya sama siapa aja," balasnya.

Lalisa mangut-mangut menahan senyum malu-malunya karena Revan terus memperhatikan dirinya. Hingga akhirnya cowok itu menaikkan alis sebelah.

"Lalis gak mau duduk?" tanya Revan melihat gadis itu tetap saja berdiri.

Lalisa segera menepis lamunannya, dan sedikit gugup. "Eh, iya." Kemudian ia duduk berhadapan dengan Revan.

"Sebentar ya.." Revan merogoh saku jaketnya, lalu mengeluarkan ponsel seperti tengah mengetik sesuatu di atas layar. Sedangkan Lalisa hanya diam memperhatikan Revan, hingga akhirnya ia mengalihkan pandangan dan mengangkat tangan ke waiters.

Ya, gadis itu memesan minum sekaligus makanan, karena mengingat dirinya belum makan. Kemudian, kembali melihat Revan, ia agak jenuh ketika cowok di hadapannya seperti sibuk sendiri.

Lalisa pun menghela nafas berat. "Van!"

Revan hanya berdeham tanpa mau melirik Lalisa, ia masih fokus ke hp.

"Revan..." Rengeknya sampai cowok itu mengangkat bola matanya menatap Lalisa dengan heran.

"Kenapa Lalis? Udah pesen makanan kan?" Tanya Revan memastikan.

"Kita tuh sebenernya mau ngapain sih? Revan ajak Lalis makan malem, tapi Lalis dikacangin, Revan sibuk main hp terus..." Lalisa tak menjawab pertanyaan Revan yang tidak penting itu.

"Sebentar Lalis, bentar lagi kok. Orangnya belum dateng, kayanya dia lagi di parkiran—

Lalisa sedikit membuka mulutnya dengan alis berkerut ketika mendengar kalimat 'orangnya belum dateng'

"Bentar-bentar! Maksudnya, ada orang lain yang mau ikut makan malem sama kita?" Lalisa memotong pembicaraan Revan.

Revan hanya mengangguk, kemudian melihat ke belakang Lalisa dan otomatis dua sudut bibir cowok itu terangkat membentuk senyuman tulusnya. Ia melambaikan tangan, sontak Lalisa langsung menghadap ke belakang, bola matanya membulat saat melihat Nina sedang tersenyum pada Revan juga Lalisa.

"Nina?" Gumamnya dengan nada penuh kejut.

Nina mendekat, dan menyapa keduanya. "Hai kak, hai Lalis."

Lalisa tersenyum tipis, sementara Revan langsung berdiri dan menarik pelan lengan Nina untuk duduk dekatnya. "Sini Nin."

Lalisa hanya diam, mendadak moodnya hilang dan lapar semakin melanda. Apalagi bola matanya terus memperhatikan mereka berdua.

Nina pun duduk di samping Revan.

"Aku ganggu ya?" Tanya Nina melirik Lalisa juga Revan.

Revan menggeleng cepat. "Enggak lah, ganggu apaan kan emang kita janjian." Kata Revan.

"Ekhem," Lalisa berdeham mengalihkan perhatian keduanya. "Van, sorry sebelumnya, tapi emang lo ada ngomong ya kalo Nina ikut ke acara kita?" Tanyanya.

"Lalis, sebenernya ini acara gua sama Nina."

Lalisa sedikit tertegun, matanya membulat dan mulai berkaca-kaca. "Ma-maksud Revan?"

Revan menghela nafas. "Gua sayang sama Nina," cowok itu memegang telapak tangan Nina, hingga gadis itu tersentak dan menoleh ke arah Revan dengan bola mata terbelalak. Pasalnya, Nina sendiri tidak tau akan seperti ini.

Lalisa melirik tangan yang digenggam Revan, dan ia menelan saliva dengan susah.

Revan menatap bola mata Lalisa dengan penuh serius. "Gua mau nembak Nina disini, tapi gua yakin Nina bakalan nolak gua karena dia gak enak sama lu. Dia kira lu suka sama gua, jadi dia selalu menghindar demi persahabatan kalian,"

Lalisa masih menyimak, kali ini mukanya bengap seperti menahan tangis.

"Tapi hari ini gua mau yakinin dia, kalo kita itu cuma sahabatan. Dan lu juga udah punya Niko kan?"

Lagi-lagi Lalisa membulatkan bola matanya ketika mendengar nama Niko. "Kenapa Revan bawa-bawa Niko?"

Nina yang ikut terkejut karena baru tau sahabatnya jadian sama Niko langsung menyerang dengan banyak pertanyaan. "Hah? Serius? Lo jadian sama Niko? Kapan? Kenapa gak cerita? Setau gue kalian berantem terus?"

Lalisa melihat ke arah Nina. Ia diam sebentar harus menjawab apa.

"Lalis jujur aja, gua mohon Lis. Biar semua kesalahpahaman ini cepet selesai. Oke, kalo dulu Lalis pernah suka sama Revan, tapi kan sekarang ada Niko." Mohon Revan agar Lalisa mengklarifikasi semuanya.

Lalisa menunduk, ia berkali-kali menghembuskan nafas berat. Dalam hati menggerutu. "Tapi kan Revan tau, Lalis suka sama Revan dan seterusnya akan selalu begitu."

L

alisa mengangguk ragu, dia masih nunduk. "Kalian tenang aja, gue sama Revan murni sahabatan doang kok—

"Permisi mau antar makanan." Tiba-tiba waiters datang membawa nampan berisikan minuman juga makanan yang langsung ditaruh ke meja, setelah itu pergi.

Nina terdiam, antara percaya dan tidak.

Lalisa mencoba mengangkat kepalanya dan tersenyum pada Nina. "Nin, gue tau lo orang baik. Kalian berdua cocok banget hehe.." sedikit terdengar getiran ketika gadis itu tertawa fake.

"Gue mohon terima Revan ya. Dia pasti bakalan lindungin lo banget, dia sayang banget sama lo. Gue jadi iri sahabat gue udah bucin sama cewek, tapi kan cewek itu sahabat gue sendiri. Jadi gue seneng." Lalisa semakin melebarkan senyumannya walau penglihatannya semakin kabur karena air menumpuk di balik bola matanya.

Revan ikut tersenyum kecil melihat sahabatnya sudah dewasa mengambil keputusan, lalu ia semakin mengeratkan genggamannya hingga membuat Nina menoleh ke arahnya.

"Nin, gimana? Mau kan jadi pacar Revan? Udah jelas kan semua? Nina gak perlu khawatirin Lalisa, dia udah bahagia sama Niko." Tanya Revan menatap tulus bola mata Nina.

Sedangkan Lalisa hanya melihat mereka berdua dengan perasaannya yang jika dijelaskan ia akan menangis sejadi-jadinya. "Gimana kalo kebahagiaan gue ada di Lo, Van?" Dalam hati lagi menepis semua perkataan Revan yang selalu bilang ia bahagia dengan Niko.

Nina mengembangkan senyumannya pada Revan, ia mengangguk tanpa memikirkan lagi perasaan Lalisa. "Iya, mau." Kemudian mereka berpelukan.

Lalisa pun segera membuang muka, tanpa sengaja airmatanya menetes namun langsung ia seka dengan kasar. Gadis itu membuang nafas dengan berat. Harus ikhlas, pikirnya begitu. Hingga tiba-tiba seseorang menarik lengannya sampai Lalisa mendongak dengan badan yang tersentak.

"Ayo pulang."

Nina dan Revan melepas pelukannya, melihat ke arah Niko yang tiba-tiba datang.

"Lu disini?" Tanya Revan, ia melihat tangan Niko tengah mencekal lengan Lalisa agar berdiri dari duduknya.

"Gua disini nganter cewek gua, dan waktunya udah abis buat ketemu lu. Sorry ya," ucap Niko pada Revan dengan tatapan sedikit marah. Kemudian kembali melihat ke arah Lalisa. "Ayo, pulang."

Lalisa masih sedikit cengo, ia masih mendongak dan tak kunjung berdiri dari duduknya. "Tapi makanan gue belum habis."

"Pulang! Gua udah beliin lu makanan." Tegasnya pada Lalisa dengan sedikit pelototan. Sontak, gadis itu pun berdiri dan segera ditarik oleh Niko untuk pergi. Belum sempat pamitan, Lalisa sudah berlalu bersama Niko.

Sementara Nina yang masih tidak menyangka Lalisa jadian dengan Niko hanya bisa cengo, lalu menoleh ke arah Revan. "Mereka beneran jadian?"

Revan mengangguk ragu. Ia menunduk sebentar, ada sedikit ketidak-ikhlasan sahabatnya harus bersama Niko. Menurutnya Niko tidak bisa menjaga Lalisa. Tapi, ia sangat menyukai Nina.

~•~•~

Di dalam mobil, Niko menyetir ia tidak membuka suara sama sekali, begitupun Lalisa.

Gadis itu melamun, melihat ke arah jendela mobil dengan airmata yang diam-diam jatuh namun buru-buru diseka olehnya sebelum ketahuan Niko.

Niko melirik Lalisa, ia melihat gadis itu daritadi menarik nafas dan seperti tengah menyeka airmata. Cowok itu pun ikut mendesah berat, sembari menggelengkan kepalanya. "Lu tuh bodoh banget."

Lalisa segera menoleh dengan alis yang berkerut, sorot matanya mempertajam ke Niko seperti marah. "MAKSUD LO APA NGATAIN GUE BODOH TIBA-TIBA?!"

Niko tidak melirik Lalisa sama sekali, ia fokus menyetir. "Gua sih kalo jadi lu gak akan mau dipergunakan kaya gitu."

"Berisik lo! Mereka emang harusnya jadian kok, gue seneng Revan jadian sama sahabat gue sendiri. Gue gak merasa dipergunakan, karena emang itu udah tugas gue." jelas Lalisa berusaha tegar.

Niko hanya tersenyum devil. Tidak menyahut perkataan Lalisa yang jelas sangat munafik baginya.

Lalisa kembali menoleh pada Niko. "Oh iya, kok Lo tiba-tiba ada di dalem. Katanya Lo mau nunggu di mobil aja." Tanya Lalisa yang penasaran tentang hadirnya Niko yang mendadak.

"Gua ngeliat Nina masuk ke kafe, yauda gua ikutan masuk." Jelasnya singkat.

Lalisa mengerutkan dahinya. "Kenapa?" Ia memicingkan matanya pada Niko dan menunjuk cowok itu. "Jangan bilang Lo suka juga sama Nina?!" Terkanya.

Niko langsung menoleh dengan bola mata yang membulat. "Apaan sih lu, kok malah nyangkanya gitu?" Tanya Niko.

"Ya habis lo ngikutin dia masuk, apalagi coba selain kepo sama Nina."

Niko menghela nafas, ia memutar bola matanya malas dengan raut wajah datar. "Justru karena gua ngeliat dia, gua khawatir sama lu. Terus gua sengaja nunggu apa yang terjadi di antara kalian, gua diem-diem merhatiin di belakang sampe akhirnya gua gedeg sendiri karena ngeliat lu gak pergi-pergi dari situ padahal jelas-jelas lu nahan nangis." jelasnya.

Lalisa agak terharu mendengar penjelasan Niko, lalu ia menurunkan bahunya dan bersandar pada kursi. Mendadak sedih lagi, Niko kembali melirik Lalisa.

"Ternyata selain bodoh pelajaran, gue juga bodoh masalah percintaan. Huft." Lalisa menatap kosong depan, meratapi dirinya sendiri.

"Nyadar juga dia," gumam Niko. "Sekarang lu fokus sama diri lu sendiri, gua yakin nanti lu bisa buka hati lagi buat orang baru."

"Asal cowoknya bukan lu sih mungkin bisa." timpal Lalisa asal.

Niko tidak tersinggung sama sekali, ia malah terkekeh karena merasa lucu. "Gua aminin deh, semoga cowoknya bukan gua." Kemudian, cowok itu memberhentikan mobilnya ke pinggir, membuat Lalisa melirik ke arah Niko dengan alis yang naik sebelah.

"Kok berenti?"

Niko tidak menjawab, ia sibuk membuka seatbelt. "Turun." Katanya sembari membuka pintu mobil.

"Mau kemana?" tanyanya masih penasaran.

"lu laper kan? Tuh ada angkringan, kita makan disana." jelas Niko seraya menunjuk tempat angkringan di depan.

"Yauda deh ayo." Lalisa menyetujui, dan baru ingin membuka pintu mobil tiba-tiba Niko menghentikan. "Eh, tunggu." Otomatis Lalisa menoleh lagi.

"Apa lagi sih udah laper nih!" geramnya.

Niko keluar dari mobil, ia melihat ke angkringan dan ternyata banyak cowok-cowok yang makan bahkan nongkrong disana, kemudian dirinya melirik Lalisa yang berpakaian terbuka. "Lu tunggu sini!"

"Tapikan—

"Awas sampe keluar dari mobil!" Ancam Niko lalu menutup pintu dan pergi ke angkringan sendiri.

Sementara Lalisa langsung melipatkan kedua tangannya di depan dada, raut wajahnya menunjukkan kekesalan. "Apa sih tuh orang, ninggalin gue di mobil!" gerutunya.

Lalisa kembali menyandarkan tubuhnya dengan kasar. Ia memilih menunggu daripada keluar mobil, pada nyatanya gadis itu takut jika Niko marah karena melanggarnya. Sampai beberapa menit kemudian, tiba-tiba kaca mobil kejatuhan bercak air yang menandakan gerimis datang. Ia pun melihat Niko berlari dari angkringan ke mobil.

Niko masuk dan segera menutup pintu mobil. Ia kebasahan bersama dengan plastik yang dibawanya.

"Untung ujannya belum gede," Niko bergumam lalu mengambil isi plastik itu.

Lalisa yang daritadi memegang perutnya yang keroncongan langsung berbinar melihat makanan.

"Maaf ya lama," ucap Niko sambil membuka bungkus nasi berisikan sate beberapa tusuk. "Gua juga beliin lu wedang jahe, biar gak kedinginan." cerocos Niko.

Lalisa hanya mangut-mangut, ia mencari sesuatu ketika ingin makan. "Sendoknya mana?" tanyanya menatap Niko.

"Pake tangan lah."

"Lo ga liat?" Lalisa memamerkan kuku-kukunya yang sudah dimeni-pedi. "Kuku gue udah cantik gini, masa rusak gitu aja. Pokoknya gue gak mau makan kalo pake tangan!" rengeknya.

Niko lagi-lagi menghela nafas susah karena Lalisa. "Sini gua suapin!" ia mengambil sekepal nasi lalu disodorkan ke mulut Lalisa.

Sontak, gadis itu pun terbelalak. Ia masih menutup mulutnya. "Hah?" Mendadak gugup.

Niko menatap serius Lalisa. "Buruan, perut lu demo itu."

Lalisa pun perlahan membuka mulutnya, dan ia disuapi Niko pertama kalinya pakai tangan cowok itu. Gadis itu mencoba mengunyah dengan sekali-kali melirik Niko yang tiba-tiba menyodorkan sate ke mulut Lalisa lagi. "Aaa..."

Lalisa terbelalak, hampir saja ia tersedak ketika melihat Niko yang menyuapi layaknya anak kecil. "Lo udwah cwocok jadi bapa-bapa, auranya udah berasa—aaa

Gadis itu melahap sate yang masih dipegang Niko. Ia sibuk mengunyah dengan nikmatnya, sementara Niko yang daritadi memandangi gadis itu hanya tersenyum kecil sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Lalisa mengambil sate dan ia memakannya tanpa nasi, sangat lahap.

"Berarti bisa nih, malem ini?" tanyanya asal, berniat menggoda Lalisa.

"Uhukk!" Lalisa tersedak, sontak Niko yang terkejut langsung menyodorkan wedang jahe ke gadis itu.

Lalisa segera meraih gelas plastik itu dan meminumnya dengan cepat tanpa merasakan pahit, karena terlalu panik. Ia masih batuk-batuk sambil memegang dadanya. Sementara Niko yang mukanya panik hanya mengelus-elus dua pundak gadis itu.

"Hati-hati makannya!"

Lalisa mempelototi Niko dan menyodorkan tusukan sate ke dada Niko hingga cowok itu refleks mundur dan mengangkat kedua tangannya ke udara.

"Heh! Macem-macem gue pastiin hidup Lo gak akan tenang ya. Awas Lo!" Ancam Lalisa seperti psikopat.

Bukannya takut, justru Niko malah tertawa dan refleks tangan kirinya mengacak-acak tatanan rambut Lalisa dengan gemas. "Iya bawel...,"

"Ayo gua suapin lagi ya, abis ini kita pulang." Niko kembali menyuapi Lalisa.

~•~•~

Kembali berhenti, kali ini tepat di pekarangan rumah Lalisa. Kemudian Niko menoleh ke samping, tepat ke gadis yang tengah tertidur pulas. Cowok itu tidak ada niatan sama sekali membangunkannya, namun masih menatap teduh Lalisa dengan sedikit senyuman kecil.

"Kenapa kalo tidur neduhin banget si muka nih cewek? Tapi kalo udah bangun ngeselinnya keluar." gumam Niko lalu keluar dan mengitari mobil, ia membuka pintu Lalisa.

Cowok itu meraih lengan Lalisa dan dilingkari di lehernya, kemudian mengangkat badannya. Dan, setelah berhasil di gendong, Niko menyenggol pintu mobil agar tertutup lalu jalan ke rumah.

Di dalam rumah yang sudah sepi, Niko menaiki tangga sambil menggendong Lalisa yang masih tertidur pulas bersandar pada dada Niko.

setelah sampai kamar, cowok itu menaruh Lalisa dengan sangat hati-hati di kasur. Ia tidak mau membangunkan gadis itu. Dan saat berhasil, Niko pun beranjak mengganti pakaiannya. Ya, semenjak dirinya harus sekamar dengan Lalisa, cowok itu terpaksa tidak bisa tidur bertelanjang dada lagi.

Niko pun ke kasur, ia tidur di sebelah Lalisa dengan pembatas guling. Tapi meski begitu wajah gadis itu masih bisa terlihat olehnya.

Niko menatap Lalisa sebentar, lalu tangannya terulur mengelus pipi Lalisa tanpa sadar. Sontak, cowok itu segera menarik tangannya lagi ketika sadar, ia cukup kaget dengan apa yang dilakukannya sampai menatap tangannya dengan bola mata yang membulat.

"Anjir gua ngapain? Shit!" Niko segera menghadap berlawanan dengan Lalisa, ia menarik selimutnya dan memaksa memejamkan mata, melupakan apa yang baru saja dilakukan tangannya.

~•~•~

Masih adakah yang setia?
Wahh kalo kalian yang bener" nunggu cerita ini, aku sangat berterima kasih huhuhu:(

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 70.3K 32
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1M 15.3K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1.5M 129K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1.1M 44.2K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...