ICE GIRL (HIATUS)

By nisawlt

160K 11.9K 581

Seorang gadis pindahan yang tiba-tiba datang menggemparkan seluruh warga sekolah SMA Angkasa, karena keanehan... More

0.0
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
🍀CAST🍀
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
PENGUMUMAN!!!
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51

Chapter 31

2K 177 3
By nisawlt

✨Happy reading✨
Maap klo ada typo
.
.
.
.
.
.
.

Untung saja kemarin keadaan rumah Agatha sedang kosong. Jadi, Agatha tidak perlu bertemu dengan Bella.

Karena kejadian itu, Agatha sering menghubungi Arina aka Bunda Arka untuk datang. Karena selain Arina seorang Dokter pribadinya, Arina juga seorang psikolog bagi Agatha.

Setelah beberapa hari memutuskan untuk izin sekolah, karena ingin menenangkan diri dari kejadian kemarin, akhirnya kini ia kembali bersekolah. Ia pun bersiap dengan seragamnya, lalu pergi ke bawah untuk makan sarapan, setelah itu ia pun pergi keluar rumah.

Pada saat ia keluar rumah, ia melihat mobil yang biasa Bella pakai terparkir di halaman. Ia mengernyit, bukankah Bella sedang ada event di luar kota selama seminggu? Ia pun mengedikkan bahunya.

Ia pun berjalan melewati mobil itu, namun tak lama ada seseorang memanggil namanya.

"Heh, Agatha."

Agatha pun berbalik, dan mendapati Bella yang tengah menatapnya lewat spion. Ia berjalan ke arah Bella.

"Masuk."

Agatha yang bingung pun terdiam membuat Bella yang melihat pun berdecak. "Masuk ke dalam mobil saya." Agatha pun menurut. "Saya yang akan antarkan kamu ke sekolah."

"I—iya Ma."

Saat di perjalanan Bella pun mengeluarkan suara. "Saya tau, kemarin kamu diculik dan hampir diperkosa."

Agatha pun sontak menoleh "Mama tau? Tapi kena—"

"Kenapa saya gak khawatir? Ya... karna kamu bukan anak saya," ucap Bella dengan pandangan yang tetap ke depan. "Terlebih kamu cuma anak haram yang ikut numpang di rumah suami saya alias papa kamu. Ngapain juga saya harus khawatir."

Ucapan Bella ternyata sukses menyakiti hatinya. "Saya tau kamu sudah mengetahui hal ini jadi saya tidak perlu menyembunyikan hal ini lagi. Tapi tenang aja, suami saya gak tau kok kalau kamu kemarin diculik karena saya yang menutupi agar hal ini tidak terdengar sampai ke telinga suami saya. Saya gak mau kalau suami saya akan pulang dan bertemu anak seperti kamu. Itu sama aja bertemu dengan kesialan."

Agatha hanya terdiam menatap kosong ke depan.

"Saya peringatkan ya ke kamu, jangan sekali-kalinya lagi kamu mengusik kehidupan saya dan suami saya. Saya nggak mau tau, setelah ini kamu harus keluarkan semua barang-barang kamu yang ada di rumah saya. Saya nggak mau liat muka kamu lagi. Paham!?" Sentak Bella setelah itu mereka pun sampai di sekolah Agatha.

Agatha menunduk lalu melihat ke depan dengan tatapan dingin "kenapa saya harus menuruti kemauan anda?"

Bella menoleh dengan wajah terkejut, "what? Are you kidding me? Udah bisa ngebantah ya sekarang?!"

"Bukannya rumah itu milik papa saya? Saya termasuk keluarganya, bahkan anak nya. Tapi kenapa saya harus keluar?"

"Ya, kamu memang benar. Tapi selagi suami saya masih di luar, rumah itu adalah rumah saya. Jadi kamu gak boleh membantahnya."

"Oke fine, saya akan menuruti kemauan anda."

Bella menaikkan sebelah alisnya lalu menyeringai "good girl."

Agatha pun keluar dari mobil Bella. Mobil itupun melaju, dan ia bergegas masuk ke sekolah.

...

Agatha pun berjalan di koridor lalu masuk ke kelas, biasanya sih Verra akan tersenyum dan menanyai kabarnya, tapi kini... entahlah ia pun heran mengapa gadis itu sangat cuek padanya.

Oh wait...

'Untuk apa juga ia harus peduli?' Batinnya. Ia pun mengedikkan bahu, saat ia hendak berjalan ke arah meja nya, tiba-tiba Sarah dkk datang ke Kelasnya.

"Hello epribadeh!!" Pekik Sarah yang cukup merusak telinga. Pandangan matanya pun tertuju pada Agatha, mereka bertiga pun menghampiri Agatha yang mulai berjalan ke arah mejanya.

Gita pun menahan bahu Agatha. "Eits ketemu lagi kita, lo kemana aja sih? Kita kangen tau sama lo!"

Sarah pun menambahi "ululu... kangen banget malah. Lagian lo kemana aja?" Sarah merangkul pundak Agatha. "Oh iya, lo kan selama ga masuk kerja jadi pelacur, udah gitu sok-sok an manggil polisi buat nangkep si R lagi seolah-olah lo di perkosa, padahal kan itu lo yang jual diri ke dia... oopsy!"

Agatha pun melepas rangkulan Sarah dengan paksa lalu menampar pipi Sarah.

Plak

"Jaga ya omongan lo! Lo gak tau apa-apa soal kehidupan gue, jadi lo gak usah sok tau!" Ucap Agatha dingin lalu berjalan ke mejanya meninggalkan Sarah dan para siswa yang masih terkejut dengan perlakuannya tadi.

Sarah yang tersadar pun tak terima dan langsung menarik kerah seragam lalu menampar Agatha.

Plak

"Sialan ya lo berani-beraninya nampar gue."

Ghari sang ketua kelas yang baru datang pun melerai Sarah, namun Sarah menepisnya lalu berkata "diem ya lo! Gausah ikut campur, kalo lo ikut campur, gue akan keluarin lo dari sekolah ini! Murid beasiswa kaya lo gausah sok!"

Sontak Ghari yang di sentak kata-kata menohok dari Sarah pun langsung terdiam dan menghindar. "Ah lebih baik ia melapor pada Arka!" Pikirnya, Ghari pun keluar dari kelas dan memanggil sang ketos.

.

"Eh, sekarang IPA 1 sama IPA 2 gada guru ya Ar?" Tanya Wildan sembari mengupil.

"Hmm. Bu Zahra lagi sakit, tapi selow dia ngasih tugas."

"Astaghfirullah cobaan apalagi ini tuhan?! Baru aja mau selametan karna gak ada bu Zahra, udah dikasih tugas lagi. Cobaan apalagi ini..." Wildan pun menjatuhkan kepalanya ke meja.

"Lebay lo Malih!" Ejek Reza.

Tak lama Ghari datang, "maaf Arka. Kelas gue... Di serang mak lampir endegeng."

Arka mengernyit. Reza pun tertawa "anjir, mak lampir teh saha? Si Anya?"

Mendengar nama Anya Wildan pun mengangkat kepalanya. "Anya? Where is Anya?"

Reza pun memukul pundak Wildan "Goblok pas denger Anya aja semangat!"

"Bukan, maksud gue, Sarah!"

"Gue ke sebelah," ucap Arka pada kedua sahabatnya.

"Weh mau ikott!!" Teriak Wildan.

...

"Gaiss, mau tau gak sih? Dia selama gak masuk kemana?" Teriak Sarah.

"Kemana sih Sar penasaran gue?!" Balas Chessi.

"Dia jadi pelacur gais, dia jual diri ke Roylando pentolan sebelah dan duitnya mungkin buat jalan-jalan sama om-om!"

"Siap—"

"Siapa bilang dia jadi pelacur?" Saat Agatha ingin menyangkal Arka datang dan langsung menyangkalnya.

"Eh Arka, hehe. Emang fakta kan dia jadi pelacur!?" Ucap Sarah sembari mencondongkan tubuhnya ke arah Arka.

"Lo yang pelacur."

"Pfft..." seluruh siswa berusaha menahan tawa.

"DIEM LO SEMUA!" teriak Sarah. Gita dan Fio pun ikut terdiam.

"Arka... kok kamu begitu sih—"

"Udah semuanya bubar, dan lo Sarah, kalo sampe gue denger lo buat masalah lagi. Gue aduin ke kepsek dan juga ke bokap lo!" Ancam Arka membuat Sarah menyentakkan kakinya lalu berjalan keluar kelas dengan cemberut diikuti dengan kedua temannya.

"Lo ada yang luka Tha?" Tanya Arka yang dijawab gelengan oleh Agatha.

Agatha pun duduk di kursinya.

"Kalian semua gausah dengerin omongan Sarah, itu semua bohong! Oh iya Ghari, bu Zahra absen sakit dia ngasih tugas ngerjain Paket halaman 109 sampai 114 dikumpulkan di mejanya nanti," tegas Arka.

"Iya Arka, nanti gue kasih tau."

Arka pun berjalan keluar dari kelas dan sedikit melihat ke arah Agatha.

"Udahan nih? Mantep sahabat gue. Langsung pada nurut bubar!!" Puji Reza mengacungkan jempolnya.

"Sahabat gue juga tuh," balas Wildan.

"Ye... sahabat lo mah mak lampir noh," ucap Reza kepalanya menunjuk ke arah Anya yang baru saja ingin masuk ke kelas.

"Eh Anya geraljin datang," sapa Wildan tersenyum.

"Apaansih lo, ngapain lo dari kelas gue? Gacul tipe x lagi ya lo!" Tuduh Anya.

"Astaghfirullah ukhti, gaboleh suudzon kata umi," balas Wildan.

"Halah bicit, minggir lo!" Anya pun dengan kesal mendorong Wildan.

"Galak amat."

"Wah biasanya jodoh tuh, yang berantem mulu."

"Lo berdua bisa diem?"

...

Saat istirahat Agatha hendak pergi ke Rooftop. Namun saat ia membuka sedikit pintu Rooftop, ia mendengar percakapan.

"Yo, gimana kelanjutan taruhannya? Gue yakin lo ga bakal lanjut," ucap Aldo.

"Oke, gue kalah. Mana mungkin lah gue lanjutin taruhan sedangkan bahan taruhan nya itu saudari gue Agatha," balas Zio.

"Yoshh, kita dapet—"

"Iya-iya lo berdua dapet Apart gue sama traktir jajan seminggu. PUAS!" kesal Zio.

Brak

"Bagus!" Zio dan kedua temannya pun menoleh dan terkejut melihat kedatangan Agatha.

"Tha, lo—denger semuanya?"

"Hm. Gue benci sama lo Yo! Dengan semua yang lo lakuin ke gue," jawab Agatha.

"Tha, dengerin gue Tha—gue minta maaf—"

"Jangan harap lo dapat maaf dari gue!" Agatha pun berbalik lalu keluar dari Rooftop.

"Arkhh, anjing. Gara-gara lo berdua nih! Angus hadiah lo berdua!" Zio pun berlari keluar Rooftop mengejar sang adik.

Gavin dan Aldo pun tak terima "laah kok gitu Yo, YO!!"

..

Saat sampai di dekat Agatha, Zio pun menahan lengan Agatha.

"Tha, please maafin gue. Gue janji akan berubah demi lo! Tapi please maafin gue Tha," Zio pun berlutut ke bawah dan itu sukses membuat objek perhatian para siswa.

Agatha yang sudah kesal pun terdiam, membiarkan pemuda dibawahnya berlutut kepadanya. Ia juga melihat ketulusan di mata Zio walaupun ia masih tidak yakin. Perbuatan Zio memang sudah kelewatan. Agatha tentu masih memiliki hati nurani, tapi pikirannya berkata untuk tidak memaafkan Zio.

Pikiran dan hatinya kini tengah berperang, ia bingung memilih mengikuti hatinya atau pikirannya.

Dengan pertimbangan yang berat akhirnya Agatha memilih hati nurani nya. "Hmm."

Zio pun mendongak menatap mata Agatha dengan berbinar "serius?!"

Agatha pun memutar bola matanya malas "hmm," jawabnya.

Zio pun berdiri dan langsung memeluk Agatha lalu sedikit mengangkatnya, siswa yang melihatnya histeris, "makasih Tha."

Agatha pun memberontak, "apaansih lo, tapi bukan berarti gue maafin lo sepenuhnya!"

"Iya Tha gapapa, gue bisa kok buktiin ke lo kalo gue udah berubah dan patut dimaafin," balas Zio semangat.

Agatha yang malas menanggapi pun berbalik lalu pergi meninggalkan Zio.

"YES!! LO LIAT KAN? DIA MAAFIN GUE!" teriak Zio histeris pada seorang siswa yang baru saja lewat lalu mengguncang-guncangkan tubuh siswa itu.

...

Verra kini tengah memegang dua gelas minuman segar di tangannya, ia berniat untuk meminta maaf pada Agatha karena telah menjauhinya. Karena faktanya ia tidak bisa menjauh dari Agatha. Ia pun berjalan menuju kelasnya, mungkin saja ada Agatha di kelas.

Sesampainya ternyata benar Agatha sedang menidurkan kepalanya di meja. Verra pun menghampiri lalu meletakkan satu minuman di meja.

Sontak Agatha terbangun, ia mengernyit lalu menatap Verra dengan satu alis terangkat.

"Eum... anu—ma–maafin gue ya Tha karena udah ngejauhin lo, walaupun gue tau lo gak akan nyari dan tanya kenapa ke gue. Tapi gue minta maaf," ucap Verra kikuk.

Dan tak disangka-sangka Agatha mengambil minuman tersebut dan meminumnya. Verra pun dibuat ternganga olehnya.

"Thanks, lo gak salah. Tapi gue yang salah karena sering nyakitin lo."

Verra masih ternganga pun sadar, "ahh iya, lo gak salah kok Tha, serius deh demi alek gue gapapa."

Verra yang tak sengaja melihat sedikit senyuman Agatha pun heboh, "woahh, lo tadi senyum Tha?! Gila moment langka ini. Akhirnya gue bisa liat lo senyum!"

"Apaansih lo," Agatha pun kembali dengan wajah datar nya.

"Ini lo udah nerima gue sebagai teman lo kan?!" ucap Verra berbinar.

"Hmm."

"AAAAA... OMAYGATT AKHIRNYA GUE LOLOS JADI TEMENNYA AGATHA!!!" teriak Verra, untung saja kelas sedang sepi hanya ada mereka dan Ghari saja. Haduh RIP untuk telinga Agatha.

Ghari pun menoleh, "ada apaan sih kenceng banget sampe gue yang pake headset full volume aja denger,"

"Hehe, gue sama Agatha sekarang temenan dong," ucap Verra.

"Wahh congrats ya, akhirnya kalian jadian—"

"HEH."

"Jadian jadi temen maksud gue, elah mangkanya jangan potong omongan gue!"

"Iya iya." Verra memutar bola matanya malas.

"Lo jangan ganggu gue," Agatha pun melanjutkan tidurnya.

"Okehh," balasnya sembari mengacungkan satu jempolnya.

Verra pun ikut duduk di kursi nya lalu meminum minuman nya "ini beneran Agatha kan?" Batinnya bertanya-tanya.

...

Bel pulang sudah berbunyi, hari ini sekolahnya sedang sibuk, para guru nya pun sedang mempersiapkan akreditasi Sekolah, jadi jam pulang hari ini lebih cepat.

Mulai siang ini Agatha akan pergi dari rumah itu, lalu memulai hidupnya yang baru, mencari kost ataupun hunian yang layak ditempati, lalu mencari pekerjaan untuk melanjutkan sekolahnya. Ia pikir lebih baik ia hidup sendiri daripada harus hidup bersama orang tua yang ternyata tidak peduli dengannya. Ia tahu bahwa hidup sendiri tidaklah mudah, tapi mau bagaimana lagi. Ia tidak punya siapa-siapa selain papa dan mama nya.

Agatha pun pulang ke rumahnya, lalu mengemasi barang-barang nya, bi Inah yang melihat pun terheran. "Non? Ngapain beres-beres? Non mau kemana?"

"Pergi bi, Agatha diusir," jawab Agatha sembari memasukkan barangnya kedalam tas.

"Hah, diusir? Sama nyonya?"

"Ya siapa lagi?"

"Non jangan pergi non, nanti bibi disini sendiri dong. Nanti Cio gada temennya non," ucap bi Inah mencoba menahan Agatha.

"Gabisa, Agatha harus pergi."

Bi Inah menghela nafas, percuma saja Agatha tetap pada pendiriannya. "Yasudah, tapi non tau mau tinggal dimana?"

"Nggak tau bi."

"Bibi ada temen yang punya kostan, kalo non mau sih di kostan kalo nggak bibi bisa cariinn tempat lain," tawar bi Inah.

"Iya bi, mending kostan aja. Kalo bisa sekarang ya bi!" Ucap Agatha.

"Siap delapan enam!" Bi Inah pun bergegas keluar dari kamar Agatha untuk menghubungi temannya.

Setelah beberapa menit kemudian bi Inah pun datang, dan memberitahu bahwa akan ada yang datang untuk mengantarnya.

...

"Gila, rumah gede gini masih mau ngekost? Udah sinting emang," ucap seorang pemuda yang tengah berdiri di samping mobilnya.

Selang beberapa menit seorang gadis pun keluar dari rumah besar itu dengan tas besar diikuti seorang wanita.

Sontak pemuda itu terkesima dengan kecantikan gadis itu, "eh gak sinting kok, canda sinting. Duh cantiknya masa depan."

"Misi, ini aden Rino?" tanya Wanita itu.

"Ah iya, saya anaknya bu Nada."

"Ini non orang yang akan nganterin. Non jaga diri ya, bibi pasti doain non yang terbaik. Non kalo butuh sesuatu bisa hubungin bibi ya," ucap bi Inah tak sadar air mata pun keluar dari matanya.

Agatha pun tersenyum "iya bi, makasih udah peduli sama Agatha. Agatha pamit ya bi, Cio nya di jaga."

"Pasti non, hati-hati ya non. Den Rino titip non Agatha ya."

"Pasti bi pasti!"

Agatha pun pergi dari kawasan rumahnya bersama dengan pemuda yang bernama Rino.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

To be continued.

Yang cantik aja masih dibully apalagi saya yg kentang🥲
.
.
.

Apa kabar kalian para reader...
Stay safe semua ya, daripada main keluar rumah, mending baca ini aja:v

Jgn lupa votment gais, gampang kok caranya tinggal tekan bintang dibawah aja😌

Continue Reading

You'll Also Like

773K 93.5K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
250K 15.2K 34
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.3M 96.7K 56
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
5.4M 393K 55
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...