Update...
Update...
Update...
Ready??
Happy Reading
------------------
Beautiful In White x Canon in D (Piano cover) by Riyandi Kusuma
-------------------
Montez's Country House, Malaga, Spain
Kylie memandang dirinya di kaca panjang yang ada di kamarnya. Mereka telah kembali ke rumah utama setelah bertemu dengan kakek Sebastian. Kylie masih mengingat dengan jelas ketika pria itu itu berbicara dalam bahasa Spanyol sambil menunjuk dirinya.
Ia mengedip bingung ketika Sebastian membuka suara dan membalas dengan bahasa yang sama, pria itu tampak gusar ketika berbicara dengan Hector, kemudian Sebastian merangkul Kylie dan menariknya mendekat membuat pria yang seumuran pops itu memandang tak suka lalu kembali berbicara cepat kali ini dengan Sebastian. Pada saat itu, Kylie ingin dia bisa berbahasa Spanyol atau paling tidak membawa Demi bersamanya.
Kemudian Hector memandang mereka sebelum berbalik dan menuju ruang yang tak jauh dari sana dan membanting pintu hingga menutup, Kylie berjengit dan Sebastian menarik napas panjang.
"Dia tidak menyukaiku, ya?" Kylie bertanya kepada Sebastian yang langsung berpaling kearah Kylie dan menggeleng sambil tersenyum menenangkan.
"Tidak, dia hanya kaget melihatmu." Sebastian tersenyum sambil meremas tangan Kylie. Kylie tahu pria itu berbohong tapi dia tidak mengatakan apapun.
"Ayo kita kembali ke rumah." Sebastian sudah berbalik dan menarik tangan Kylie ketika ia menahan langkah Sebastian.
"Kakekmu?" Kylie berpaling kearah ruangan yang tertutup itu.
"Jangan khawatir, dia tidak sendirian di sini." Kylie menggeleng.
"Setidaknya kau harus berbicara padanya." Kylie bersikeras, Sebastian memandang bergantian antara pintu dan juga Kylie.
"Ayolah." Kylie sedikit mendesak. Sebastian menarik napas, ia merangkum wajah Kylie dengan kedua tangannya.
"Tunggu di sini, jangan kemana-mana." Ia berpesan kepada Kylie yang mengangguk lalu duduk di salah satu sofa ketika Sebastian berjalan menuju ruangan tempat Hector mengurung dirinya. Pria itu mengetuk pelan sebelum membuka pintu dan melangkah masuk.
Kylie duduk sembari mengigiti kukunya, ia berulang kali melirik ke arah ruangan itu. Well, paling tidak, ia tidak mendengar teriakan berarti kedua pria itu berbicara dengan kepala dingin.
Kylie sudah hampir berdiri ketika pintu terbuka dan Sebastian keluar lalu tersenyum dan menghampiri Kylie. "Ayo kita kembali."
Pandangan Kylie tertuju pada pintu dan Sebastian merangkulnya lembut. "Dia tidak apa-apa. Dia hanya ingin beristirahat."
Kylie tidak berkata apapun, ia hanya mengangguk lalu mengikuti langkah kaki Sebastian kembali menuju rumah. Dan sekarang disini dia berada, memakai dress warna putih yang ia bawa untuk makan malam. Kylie baru saja meletakkan sikat rambutnya di meja ketika ia mendengarkan denting piano yang sayup-sayup.
Dengan cepat ia memasukkan kakinya ke sandal dan menyambar outer dan ponselnya sebelum membuka pintu kamar, bunyi piano itu terdengar makin jelas. Kylie menuruni tangga dan bertemu dengan Tito yang berjalan dari dapur sambil membawa piring.
"Buenas noches, Senorita." sapanya.
"Buenas noches, uncle. Siapa yang sedng memainkan piano itu?" Kylie bertanya kepada Tito yang tersenyum.
"Senor Sebastian yang sedang bermain." Kylie memandang kaget lalu mengangguk.
"Terima kasih." Ia berjalan menuju ruang keluarga yang ditunjukkan oleh Sebastian tadi siang dan melihat pria itu memainkan piano dengan terampil.
Kylie mendengarkan lagu yang dimainkan Sebastian adalah lagu berjudul 'poor adeline' lagu yang cukup sulit tapi pria itu dapat menjangkau nada tinggi dan cepatnya. Seperti seolah menjadi sinyal, pandangan Sebastian tertuju kepada Kylie dan jarinya langsung mengubah lagu yang ia mainkan. Kylie mendekat lalu berdiri tanpa menganggu permainan pria itu.
"Apa ada hal yang tidak kau kuasai?" Kylie bertanya kepada Sebastian ketika pria itu menutup permainan pianonya sambil mengerutkan kening berpikir.
"Aku tidak bisa main catur." sahutnya, Kylie tertawa kecil.
"Kau tahu lagu ini?" Sebastian bertanya, Kylie mengangguk. "Beautiful in white."
Sebastian mengangguk lalu berdiri dan mendekati Kylie, ia memandang wanita itu secara menyeluruh.
"Beatiful in white." Kylie tertawa.
"Makan malam telah siap, Senor." Mereka berpaling ketika tito mendatangi mereka.
"Gracias, Tio. Kau bisa pulang, Tio. Tidak perlu menunggu kami. Kami yang akan membereskannya nanti." Sebastian berkata kepada Tito yang mengangguk.
"Si, Senor. Buenas noches senor y senorita." Tito mengucapkan selamat malam lalu berjalan keluar.
"Apakah rumahnya jauh?" Kylie bertanya kepada Sebastian yang menggeleng.
"Tidak, rumahnya ada di belakang rumah ini. Tio tinggal bersama istrinya, yang memasak semua makanan kita. Karena jika kau mengandalkanku, kita hanya makan taco malam ini." Sebastian memberi tahu Kylie yang tertawa.
"Kau siap?" Sebastian bertanya, Kylie mengangguk lalu mengikuti langkah Sebastian ke ruang makan terbukanya.
"Astaga." Seru Kylie penuh kekaguman, dari tempatnya berdiri mata Kylie dimanjakan dengan pemandangan Malaga yang bersinar seperti berlian. Kylie berjalan menuju keujung dek dan berdiri di pagar, Sebastian berdiri di belakangnya.
"Kau suka?" Pria itu bertanya.
"Hanya orang bodoh yang tidak menyukai pemandangan ini." guman Kylie, tangan Sebastian terjulur dan mengurung Kylie.
Sedetik kemudian Kylie berpaling kaget ketika merasakan pipinya dikecup, ia melihat Sebastian memundurkan wajahnya dan tersenyum ragu. Pria itu mundur
"Ayo, kita makan. Makanannya akan menjadi dingin." Kylie mengangguk lalu berjalan menuju meja makan. Mereka berdua makan malam dengan tenang dan membicarakan proyek mereka dan lain-lain.
Sebastian yang memaksa dirinya tetap diam di tempat ketika pria itu membawa piring kotor kedapur.
"Aku bisa mencucinya." Kylie berkata kepada Sebastian yang menggeleng tegas.
"Biarkan mesin pencuci piring yang melakukan tugasnya." Sebastian mengangkat semua piring kotor dan ketika ia kembali Kylie tengah duduk di hammock yang digantung di dua pohon yang berada di sana.
"Ah, kau menemukan spot favoritku." Kylie berbalik dan melihat Sebastian telang mendatanginya sembari membawa outer Kylie.
"Anginnya terlalu kencang." Kylie mengangguk lalu memakai outernya lalu bergeser agar Sebastian bisa duduk disampingnya.
"Kita melupakan selimut yang harusnya kita bawa." Kekeh Kylie membuat Sebastian berseru kecil.
"Ya, tunggu sebentar." Pria itu berdiri lalu berjalan menuju kedalam lalu kembali dengan sebuah selimut di tangannya, Kylie tertawa ketika Sebastian menyampirkan selimut itu agar menutupi tubuh Kylie sebelum ia menyelinap masuk dan berbagi selimut hangat itu.
"Masukkan kakimu." Sebastian memberitahu Kylie yang langsung melepas sandalnya dan menaikkan kakinya. Sebastian mengulurkan tangannya kebelakang tubuh Kylie dan menariknya mendekat.
Kylie mendekat lalu meletakkan kepalanya di dada Sebastian, ia dapat mendengar detak jantung pria itu teratur, Sebastian membawa tangan Kylie ke dadanya dan menggenggamnya .
Mereka terdiam beberapa saat, Kylie merasa nyaman. Malam ini sempurna , pemandangan indah yang ada dihadapannya, detak jantung Sebastian seperti lagu dan sentuhan yang tidak berhenti di punggung tangannya seperti pijatan lembut.
"Kylie, saldrías conmigo?" tanya Sebastian pelan. Kylie mengerutkan kening, ia mendongakkan kepalanya dan melihat Sebastian tengah menatapnya ragu.
"Artinya?" Kylie bertanya.
"Artinya Kylie, Will you date me?" Sebastian memberitahu Kylie yang terbelalak lalu menegakkan dirinya, ia melapaskan tangannya dari genggaman Sebastian dan meletakkan di dada pria itu.
"Tunggu sebentar, baru sekarang kau mengatakan ingin berkencan denganku? Wow." Kylie bertanya. Sebastian mengangguk ragu.
"Aku tahu kita baru saling kenal, tapi-" Ucapan Sebastian terputus ketika satu ingatan masuk kepikirannya.
"Shit! Tobias akan menertawakanku habis-habisan." guman Sebastian, Kylie mengerutkan kening.
"Menertawakan apa?" Ia bertanya. Sebastian menggeleng, tangannya terangkat dan merapikan rambut Kylie yang melambai karena angin malam.
"Jadi apa jawabanmu?" Sebastian bertanya. Kylie memandang Sebastian sedikit lebih lama.
"Si."
Sebastian terbelalak. "Si?"
Kylie mengangguk sambil tersenyum lebar dan tertawa melihat Sebastian menarik napas lega lalu menarik Kylie masuk ke pelukannya.
"Kita resmi berkencan mulai malam ini." Sebastian mencium puncak kepala Kylie yang tersenyum dan memandang kota Malaga yang makin terang.
Tanpa ia sadari ini proses akhir penyembuhannya dan Kylie bangga mengatakan bahwa ia sembuh, bahwa ia siap untuk melihat dunia bersama Sebastian. Ia tahu tidak akan selalu indah, tapi entah mengapa hati kecilnya berkata bahwa bersama Sebastian adalah keputusan yang sangat tepat.
------------------
Montgomery's Mansion, New York, United States
Pops baru saja naik ketempat tidur ketika ketukan di pintu kamarnya membuat dirinya berdecak kesal, ia melihat Frank masuk,
"Kau tahu aku tidak-"
"Maaf Sir, tapi ini darurat." Frank membantah semua omelan pops sembari mengangsurkan ponsel kearah pops.
"Siapa orang yang tidak tahu diri menghubungi orang malam-malam?" tanya pops tanpa peduli orang yang berada dipanggilan mendengar.
"Hector Montez, Sir. Beliau menuntut untuk berbicara dengan Anda." Pops memandang Frank kaget.
"Siapa?" Ia bertanya
"Hector Montez, dia mengatakan Anda akan mengingatnya jika saya menyebutkan Arizona, Olivia." Frank memberitahu pops dan melihat wajah pops berubah.
"Bajingan terkutuk itu masih hidup?" Seru pops lalu merampas ponsel yang dipegang Frank.
"Halo, dengar kau asshole-."
"Kau bajingan. Aku menghubungimu untuk kau membawa pulang cicitmu agar tidak meracuni cucuku-" Pops memandang Farnk minta penjelasan yang langsung mendapat gelengan kepala dari Frank. Pops memutar kedua bola matanya seolah ingin mengatakan 'untuk apa aku menggajimu jika kau tidak tahu apa-apa'
"Aku pikir putus cinta membuat otakmu tidak berfungsi, cicitku tidak mungkin-"
"Cicit perempuanmu sedang bermesraan dengan cucuku. Segera kau panggil pulang sebelum aku menendangnya keluar dari sini."
"Cicitku tidak akan sudi bergaul dengan keturunan pria-"
"Kau pikir aku sudi mendapat menantu dari keturunan pencuri macam dirimu?" Hector membalas pops sengit sementara Frank hanya berdoa semoga majikannya tidak akan terkena serangan jantung mendadak.
"Dasar kau orang Spanyol sialan, aku tidak akan membiarkan cicitku-"
"Kalau begitu tarik cicitmu pulang sebelum otak cucuku rusak seperti dirimu. Bajingan." Setelah mengatakan itu Hector mengakhiri pembicaraan meninggalkan pops yang tertegun.
"Berani-beraninya dia menutup telepon-"
"Sir, tekanan-"
"Aku tidak peduli tekanan sialanku. Cari tahu siapa cucu bajingan itu dan akan aku patakan kakinya jika macam-macam dengan Kylie," Pops berjalan mondar mandir.
"Siapkan pesawat besok pagi kita akan ke negara bajingan gila itu." Pops mengetukkan tongkatnya.
"Tapi Sir, Mrs. Montgomery-"
"Aku tidak peduli apa kata Alexa, tidak ada yang boleh menginjak-injak Montgomery." Semprot pops lalu mendelik kearah Frank.
"Sebaiknya kau kerjakan apa yang aku suruh sebelumkepalamu yang jadi taruhannya."
"Baik, Sir."
----------------------
Done ya Chapter ini
Okay baiklah, Ems ngos2an nulis part pops 🤣🤣
ini kencan yang dimaksud kaya semacam pacaran gitu ya. Ems mau nulis kita berpacaran kok kesannya kaya indonesia banget 🤣🤣 gak pas. berasa anak alay ngajak pacaran 🤣
Jangan lupa vote dan komennya
Dari Ems si fakir vote
hope you enjoy read this chapter
See you in next WDB
Regards,
Emslenora