WARNING!
THIS IS ADULT CONTENT! Sadistic (not hard), mature (not hard), and DDLG (not really hard) content!
Apa itu DDLG? DDLG/ Daddy Dominant Little Girl adalah jenis hubungan di mana Daddy Dominant memerankan pria dewasa dan Little Girl memerankan gadis kecil. Bagi yang nggak suka silakan angkat kaki! Cerita dibuat untuk yang suka, nggak suka hush hush! Demi melindungi kestabilan mood penulis!
Saya tidak menanggung efek apa pun yang didapat pembaca setelah membaca tulisan saya.
Saya tidak menanggung dampak psikologis pembaca setelah membaca tulisan saya.
Saya tidak menanggung jika pembaca baper, marah, sedih, dan kecewa pada tulisan saya. That's ur problem not mine! Mwuehehe!
Bijaklah dalam membaca! Ini hanya tulisan imajinasi! Bukan kitab yang perlu diikuti! Keep the good thing and the bad one be a lesson for us!
PENGUMUMAN!
Dilarang mengambil ide, menjiplak, atau memperbanyak cerita ini tanpa persetujuan penulis! Sampai ketahuan? Saia buat malu ya! Galak? Biarin, saia nggak mau anak-anak (karya) Saia diculik.
Baik/buruknya Saia tergantung bagaimana caramu memperlakukan Saia.
Silakan mengkritik/mengoreksi dengan bahasa yang sopan, cara bicaramu menunjukkan kualitasmu.
Thank you so much buat readers dan Stoners yang support aku! This is Stylly Rybell proudly presents, Gabrielle's!
H
A
P
P
Y
R
E
A
D
I
N
G
!
***
Street | Turin, Italy
11.07 PM.
Gelap gulita mendominasi bumantara, bulan sabit menyaksikan keadaan malam, musim panas sedikit mengurangi suhu dingin waktu itu. Hembusan angin dari mobil sport menerpa penonton, semakin membuat kebisingan bergemuruh. Para insan bersorak mendukung idola masing-masing.
Pedal gas kendaraan berwarna putih itu diinjak sampai habis, posisi yang tadinya berada di nomor tiga kini berhasil dengan mulus membalap peserta nomor dua. Pria itu menaikkan kembali kecepatan mobil dengan tangan lincahnya, tatapan serius itu membidik jalanan bertikung di depan. Sudut netranya menajam begitu mendapati satu-satunya kendaraan yang menghalangi posisi sang juara. Lagi, tangan lincah itu menaikkan kecepatan tanpa melonggarkan pijakan pedal gasnya terlalu lama.
Namun, begitu pria itu menepikan mobil ke kiri untuk merebut posisi pertama, mobil hitam di depannya ikut menepi ke kiri, memblokir jalan yang hendak ia lalui. Hal itu terus berulang kali terjadi. Hingga beberapa ratus meter sebelum garis finish, pria tampan itu menabrakkan mobil ke arah kiri. Akan tetapi, kendaraan di depannya tidak memberikan jalan, malah terus menghimpit mobilnya ke kiri. Detik selanjutnya, pria tampan itu merem mobilnya sedikit, sebelum membanting stir ke kanan dan menaikkan kecepatan menggila tanpa memedulikan mobil di belakangnya yang sedikit oleng, hampir menabrak beberapa bangunan, meski berhasil selamat setelahnya.
Pria bermobil putih itu keluar dari kendaraaan untuk menemui sepupu-sepupu yang kalah darinya. Tatapannya beralih pada mobil hitam yang ia rebut posisinya. Tidak lama setelahnya, pengemudi keluar dan menatap datar dirinya.
"L," panggilan dari sisi berlawanan membuat pria tampan itu melirik dengan sudut netra, sepupunya yang lain. "Ah, lagi-lagi kau yang menang." Pria itu menggaruk tengkuknya.
Gabrielle tidak mengindahkan perkataan Ansell, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, di mana sepupunya -Carlson- menendang bamper mobil kesal. Namun, tatapan kembali beralih ke arah Anver, sepupu yang nyaris merebut kemenangan darinya. Pria itu diam saja di wajah dingin tidak terbacanya.
"L, tangkap!" seru Frank melempar kunci mobilnya ke arah Gabrielle.
Bukannya mengindahkan seruan Frank, Gabrielle malah menghindari kunci mobil itu dengan tenang seolah tidak menerima, sehingga Ace -asisten Gabrielle- yang menyambutnya. Ya, taruhan balapan liar itu seperti biasa, mobil yang dipakai.
"One more time," ucap Gabrielle tenang. Netra biru lautnya menatap Anver yang masih setia memerhatikan Gabrielle.
Anver mengangkat sebelah alisnya. "I'm out."
"You can't," balas Gabrielle cepat.
"Daddy!"
Seluruh pasang mata mengarah pada sumber, di mana seorang gadis cantik bermata cokelat gelap berjalan sedikit tergesa-gesa dengan napas yang tidak beraturan, mungkin ia habis dikejar sesuatu. Ia tersenyum lebar begitu sampai di depan Gabrielle sambil menetralkan udara yang masuk ke paru-parunya. "Aku—" ucapan gadis itu tertahan lantaran pakaian seksinya nan berupa baju crop dan hotpants langsung ditutupi oleh jas Gabrielle. Ia mengulum senyum.
"Letizia," desis Gabrielle tajam. Tatapan pria itu seakan mengatakan, bukankah aku sudah melarangmu ke sini?!
"Hi, Lily," sapa Carlson tersenyum kecil. "Long time no see."
"Long time no see, Carl," sahut Letizia ikut tersenyum kecil.
"Kau tumbuh dengan sangat cepat," ucap Ansell.
Frank mengangguk setuju. "Kau semakin cantik saja."
Gabrielle memutar kedua bola matanya jengah, ia tahu Frank menyimpan rasa pada Letizia. Carlson dan Ansell pun juga sangat menyayangi Letizia sebagai adik perempuan mereka. Ya, mereka tidak mempunyai adik perempuan. Namun, Gabrielle tidak suka. Barang Gabrielle hanya boleh untuk Gabrielle, ia benci berbagi. "Pergi dari sini," usir Gabrielle tajam.
"Tapi—" ucapan Letizia tertahan lantaran tatapan Gabrielle sukses menusuk hingga ke jantungnya. Dalam dan menyesakkan. "Per favore! [Please! : Italy]"
Gabrielle mengalihkan pandangannya seolah malas meladeni gadis itu, namun Anver tiba-tiba memanggil, membuatnya menoleh. "L, aku akan ikut tanding, tapi jika aku menang, Letizia harus menciumku, bagaimana?"
Gabrielle masih diam, memandang wajah Anver di wajah tenangnya tidak terbaca, sementara sepupunya yang lain bersorak untuk ikut serta. Ya, mereka memang jahil, mereka suka membuat Gabrielle kesal, namun hal itu tidak pernah berhasil. "Tidak," tolaknya tenang.
"Kau takut?" tanya Carlson tertawa sinis, bahkan Gabrielle tahu bahwa Carlson mencoba membuatnya emosi agar terbujuk rayuan mereka untuk mengiyakan usulan Anver.
"Ayolah, L, kau pecinta tantangan." Ansell bergurau sambil mencoba merangkul sepupunya itu, namun Gabrielle menghindarinya. "Apa kau takut kami begitu serius sehingga dapat mengalahkanmu kali ini?"
"Tenang saja, kemenangan kami di masa lalu hanyalah kebetulan, tidak seperti kemenangan-kemenganmu." Kali ini Frank yang buka suara, mencoba memukul pelan bahu Gabrielle sebagai tanda bercanda, tapi Gabrielle justru memelintir tangannya. "Argh," ringis Frank.
"Mengapa harus aku?" tanya Letizia bingung. Ya, selalu Letizia taruhannya setiap bermain biliard, catur, atau apa pun itu. Namun, Gabrielle tidak pernah menyetujuinya.
"Karena kau adik perempuan kami," jawab Ansell tersenyum lebar. Carlson mengangguk setuju.
"Dalam mimpimu," sahut Gabrielle tajam, ia melirik asistennya. "Ace, antar Lily pulang."
"Membosankan!" keluh Carlson kesal. Gabrielle sulit sekali diajak bersenang-senang jika sudah menyangkut Letizia.
"Kau tidak perlu menganggapnya begitu serius, L." Anver melirik datar sepupunya itu.
"Benar, kita hanya akan bersenang-senang," sahut Carlson.
Gabrielle menghela napas kasar seiring memutar kedua bola matanya jengah, sebelum pergi ke mobilnya. Sontak, mereka tersenyum senang dan terburu-buru masuk ke mobil masing-masing. Ya, Gabrielle akhirnya setuju, meski hanya bersenang-senang, ia tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh Letizia Gabriels, karena apa? Letizia adalah Gabrielle's (milik Gabrielle) jadi tidak ada yang boleh menyentuhnya selain Gabrielle. Ia tidak akan membiarkan siapa pun melewati garis finish selain mobilnya. Terlebih, Frank terlihat menyimpan rasa pada Letizia, melempar tersenyum nakal ke arah gadis itu.
Gabrielle mengeratkan pegangannya pada stir. Frank ingin merebut barangnya, bagaimana jika Frank membawa kabur Letizia dan Gabrielle tidak bisa bertemu dengan Letizia lagi? Letizia adalah miliknya, jika mereka ingin adik perempuan juga, maka mereka harus mencarinya sendiri! Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Gabrielle semakin menginjak pedal gas, meski rem belum juga dilepas, menciptakan suara deru mesin yang semakin membuat penonton bersorak gemas.
Karena Gabrielle sebelumnya telah memenangkan pertandingan, ia diletakkan di posisi kelima, Anver keempat, Carlson ketiga, Ansell kedua, dan posisi pertama Frank.
Begitu seutas kain jatuh ke aspal, mobil-mobil sport mewah itu langsung meninggalkan garis start secepat kilat, membuat beberapa wanita terburu-buru menahan rok pendek mereka agar tidak terbuka.
Gabrielle berusaha mengambil posisi Anver yang ada di depannya, namun kendaraan hitam itu langsung membalap mobil Carlson, Gabrielle tidak mau kalah, ia pun berusaha membalap Carlson, namun seperti Stone yang lain, Carlson tidak semudah itu dibalap. Pertandingan itu berlangsung sengit dan mendebarkan, hingga Gabrielle, Anver, dan Frank berada di posisi yang tidak tetap, saling membalap, Gabrielle berdecak.
Gabrielle menghantam mobil Frank begitu kuat sehingga membuat pria itu terdepak keluar arena balapan. Tidak. Tersisa beberapa ratus meter sebelum garis finish dan Anver masih berada di depannya. Gabrielle mengeraskan rahang, mengambil pistol dari balik jasnya sebelum mengambil posisi tepat di samping Anver.
Dor!
Sebuah peluru menembus ban mobil Anver membuatnya oleng, sebelum disusul peluru Gabrielle yang lain. Namun, Anver tidak terima dicurangi, ia menembak balik ban mobil Gabrielle. Naasnya mobil sepupunya itu sudah berada di depannya. Anver terus meletuskan pistolnya berkali-kali ke ban mobil putih di depannya hingga mobil itu oleng. Karena mobil Anver tidak kalah oleng, akhirnya mobil Gabrielle menabrak mobilnya.
Mobil terbanting, bahkan menggelinding beberapa kali sebelum Gabrielle menyadari lengannya terluka. Gabrielle berdecak, sudah pasti Frank atau Ansell yang memenangkan pertandingan. Gabrielle buru-buru keluar dari mobil terbalik yang ia pakai, dibantu Ace baru saja datang. Setelah Gabrielle keluar dan sedikit menjauh dari mobil, suara ledakan terdengar, bertepatan saat itu juga ia melihat mobil Ansell keluar dari arena dengan ban yang ditembaki juga, dan mobil Frank nan ternyata menabrak mobil Anver.
Detik selanjutnya, sebuah mobil Tesla merah yang dapat dikendarai sendiri, maupun self driving melintas di depan Gabrielle dan melewati garis finish dengan mulusnya. Ia mengeraskan rahang, siapa yang ikut-ikutan tanding selain sepupu sialannya? Siapa yang berani-beraninya menembak mobil para Stone dan Carltons? Gabrielle tergesa-gesa mendatangi mobil merah itu. Namun, ia berhenti melangkah begitu pengendara keluar, Letizia. Gabrielle mengerutkan dahi. Ansell, Anver, Carlson, dan Frank sama terkejutnya, namun ia bisa memaklumi sifat gadis yang hidup di lingkungan Gabrielle itu. Ya, tentu sifat tidak terprediksi Gabrielle menular pada Letizia.
Letizia tersenyum lebar dan berjalan terburu-buru ke arah Gabrielle yang melempar tatapan tajam padanya. "Daddy, aku menang!" Melihat Gabrielle hanya diam saja, ia memanyunkan bibir sambil menutup mata. "Ayo cium aku! Ajari aku ciuman, Daddy!"
Ctak!
Letizia meringis merasakan dahinya disentil. "Itu sakit!" protes Letizia kesal. Namun, Gabrielle seakan tidak peduli mengalihkan tatapan datarnya.
"Jika L tidak mau mengajarimu, maka aku akan mengajarimu, Lily," ucap Frank mengedipkan sebelah matanya nakal.
Gabrielle tertawa singkat, sebelum berubah drastis menajamkan netranya, layaknya iblis. "Dalam mimpimu," desisnya tajam.
#To be Continue...
270521 -Stylly Rybell-
Instagram @maulida_cy
R : LHO THOR BUKANNYA INNOCENT PRINCE YANG MARATON PROJEK?
A : Iya lagi khilaf 😭 gapapalah khilaf sekali² belum ada ngetik Innocent Prince soalnya 😭👍 Oiya jangan lupa Vote+Comments nya yaaaa 💕