Trauma Dini Hari

By DeeArnetta77

586 26 13

Seorang wanita (Lynn) yang belum bisa hamil hingga mertua memberi ultimatum satu tahun untuk mempunyai keturu... More

Bab 1 - Mertua yang Menyebalkan
Bab 2 - Hanya Satu Tahun
Bab 3 - Lelaki Bodoh
Bab 5 - Always Remember Us This Way
Bab 6 - Petaka Dimulai
Bab 7 - Jebakan
Bab 8 - Seratus Persen

Bab 4 - Kenrich

51 4 3
By DeeArnetta77

Jam di pergelangan tangan lelaki jantan itu telah menunjukkan jam satu lebih tiga puluh menit, dini hari. Namun, netra Azka terus terpaku di laptop. Beberapa fail penting mengenai inventaris Bryan telah didapatkannya dengan mudah. Azka memang seorang hacker. Itulah sebabnya, Lynn menarik lelaki yang potensial itu sebagai tangan kanan untuk mengawasi semua bisnis kulinernya.

Pemilik dagu belah tersebut mengambil ponsel dan mengirimkan pesan pada seseorang.

[Kirim mata-mata untuk memantau Bryan dan Amifta selama 24 jam. Retas semua komputer dan gadget mereka, baik yang di kantor maupun rumah. Kirimkan aktivitas mereka setiap hari.]

Beberapa saat kemudian, telah masuk sebuah email. Azka menggebrak meja, urat di sekitar dahi terlihat jelas, matanya memerah, dan rahang kokoh tersebut tampak mengeras.

'Amifta, sepertinya aku terlalu lembut padamu!'

Azka meneliti kembali chat antara Amifta dengan Laras–sahabatnya. Mereka merencanakan hendak menjodohkan Bryan dengan Sita. 

[Bagaimana kalau weekend ini mereka bertemu? Aku sangat menyukai Sita, anakmu itu cantik dan sopan. Semoga Sita tidak keberatan menjadi istri Bryan.]

[Aku tidak keberatan jika mereka berjodoh. Mau bertemu di mana, Mif? Rencananya nanti seperti apa?]

[Aku akan mengajak Bryan untuk menginap di Villa Tjandra lalu memberikan kesempatan agar mereka saling dekat. Aku rasa menginap dua hari sudah cukup untuk perkenalan. Bagaimana menurutmu?]

[Bukankah anakmu masih terikat pernikahan, Mif? Aku keberatan jika Sita nanti dianggap sebagai pelakor.]

[Tidak lama lagi pernikahan mereka akan bubar, Ras. Mantuku itu sepertinya mandul. Sudah enam bulan menikah, masih belum hamil. Di samping itu, ia mulai membangkang dan aku tidak suka.]

Azka menatap tajam pada chat tersebut. 'Aku pastikan kamu akan membayar semua ini, Amifta.'
_____
Lynn mengetuk pintu kamar Azka. Tampak wajah yang masih mengantuk membukakan pintu.

"Ada apa, Lynn?" tanya Azka dengan mata setengah terpejam.

"Mandi, Az. Setelah itu harus check-out dari hotel eqUilibria. Kita menginap di Six Senses saja sampai kembali ke Jakarta," ucap Lynn sambil mendorong tubuh Azka. 

Azka segera membersihkan diri. Setelah berpakaian, ia menyerahkan sebuah berkas.

"Ada permintaan kerja sama dari PT Adipati Orient Indonesia, sebuah perusahaan besar yang bergerak di shipping line. Mereka meminta Magnolia Cafe untuk memenuhi kebutuhan katering karyawan. Kebetulan CEO-nya juga menginap di hotel ini. Aku sudah mempelajari perusahaan mereka dan statusnya clean," jelas Azka, panjang lebar.

"Yakin harga MC bisa masuk?" tanya Lynn, ragu.

"Ini peluang bagus, Lynn. Menu bisa diatur sesuai permintaan harga. Jika deal dengan Adipati, peluang kerjasama dari perusahaan besar lainnya terbuka lebar. Bukan itu saja, kita juga bisa provide jika mereka mengadakan pesta, promosi, dan event lainnya," ucap Azka, bersemangat.

Lynn mempelajari berkas di tangannya. Memang, katering merupakan peluang bisnis baru yang menjanjikan.

"Oke, aku setuju bertemu dengan CEO-nya. Lebih bagus lagi jika bisa membuka outlet MC di dalam perusahaan."

"Wah, itu ide yang sangat bagus. Baik, aku akan menghubungi Pak Kenrich, CEO Adipati," ucap Azka dengan semangat.

'Kenrich? Mengapa nama itu rasanya tidak asing. Argh! Semoga bukan dia,' batin Lynn.

"Kita akan bertemu Pak Kenrich jam sepuluh pagi. Masih ada waktu untuk sarapan, aku lapar sekali," ucap Azka, membuyarkan lamunan wanita tersebut.

"Aku ganti baju dulu, biar nanti langsung meeting," ucap Lynn, berlalu menuju kamarnya.

Lynn telah siap. Ia mengenakan dress semiformal pendek yang press body, berwarna maroon dengan satu bagian bahu yang terbuka.  Dress itu makin memperjelas lengkuk tubuhnya yang indah. Lynn juga  memadupadankannya  dengan sebuah tas tangan kecil semiformal dan sepatu angkle-strap berwarna hitam. 

Wanita itu membiarkan rambut indahnya tergerai, ia berjalan dengan anggun dan penuh rasa percaya diri. Azka yang berjalan di sampingnya menambah keindahan sepasang ciptaan Tuhan tersebut. Hampir setiap mata yang berada di restoran hotel tersebut menatap kagum pada mereka berdua.

"Aku ke toilet dulu, Az. Nanti akan menyusul ke restoran," ucap Lynn. 

Azka mengangguk dan berjalan dengan gagah menuju restoran. Ia tidak menghiraukan tatapan mendamba dari wanita di restoran tersebut.  Netranya memandang sekeliling dan menemukan sosok yang akan bekerjasama dengan mereka. Azka segera menuju ke meja calon partner bisnisnya. 

"Selamat siang, Pak Kenrich. Maaf, saya terlambat," sapa Azka dengan ramah.

Kenrich berdiri dan menyalami tangan Azka dengan hangat. Ia baru menunggu lima menit di Rocka, restoran utama dari hotel tersebut. Restoran ini menyajikan makanan sehat, seperti lawars (yang berisi sayuran, kelapa, dan daging cincang) atau nasis (hidangan nasi). Tidak lupa terdapat 21 jenis jus yang dapat mendetok tubuh dan memberikan energi.

"Silakan memilih menu. Jika kurang cocok, bisa pindah ke Crudo yang menghidangkan sajian ala Nikkei," jelas Kenrich yang belum bertemu dengan Lynn.

"Selamat siang," sapa Lynn dengan suara lembutnya. 

Tubuh Kenrich seakan membeku. Sebuah suara dari masa lalu yang tiba-tiba hilang tanpa kabar. Lelaki mapan tersebut berdiri dan membalikkan tubuh. Dua pasang netra saling menatap, ada rasa tak percaya terlukis pada wajah mereka. Lynn menatap lelaki tampan yang bertubuh tinggi di hadapannya. Lelaki itu memakai grandad collar shirt berwarna putih dengan dua kancing atas yang sengaja dibuka, hingga terlihat sensual. Bentuk perutnya yang six pack membayang dari kemeja putihnya yang tidak terlalu tebal. Ada rasa kagum yang terlihat di manik mata Lynn. Wanita cantik itu menundukkan kepala–malu dengan reaksinya sendiri.

Demikian pula dengan Kenrich, lelaki yang berkulit putih tersebut menatap kagum pada sosok Lynn. Wanita dari masa lalunya yang masih terlihat sangat cantik. Ada kerinduan di mata bermanik biru itu saat menatap Lynn. Sebuah lengkung tampak di bibir tipisnya. Azka menatap heran pada interaksi mereka berdua.

"Silakan duduk. Apa kalian sudah saling kenal sebelumnya?" tanya Azka, menatap lekat-lekat pada Lynn.

"Dulu pernah ada hubungan bisnis, Pak Azka. Silakan memesan makanan," ucap Kenrich sambil memanggil pelayan.

Mereka makan dengan santai. Kenrich dan Azka yang lebih banyak bicara mengenai kerja sama. Sementara, Lynn hanya diam, mengaduk makanannya tanpa selera. 

Terlintas bayangan masa lalu bersama Kenrich. Dulu mereka pernah dekat saat masih kuliah. Bahkan pernah menjadi sepasang kekasih. Saat itu, Kenrich masih seorang mahasiswa dengan ekonomi menengah. Hal tersebut yang membuat Daddy tidak menyetujui hubungan mereka. Lynn memang berasal dari keluarga yang kaya. Dengan segala cara, akhirnya Lynn dipisahkan dari Kenrich. Ia dipindahkan untuk kuliah di luar negeri. Segala akses ditutup oleh Daddy, bahkan ancaman keselamatan jiwa Kenrich menjadi taruhan–jika Lynn masih berhubungan dengan pemuda tersebut.

"Lynn, apa kamu setuju dengan bentuk kerja sama kita?" tanya Azka, membuyarkan semua lamunan atasannya.

Lynn tampak diam. Ia tidak menyimak sama sekali pembicaraan kedua lelaki tampan tersebut. 

"Begini, Lynn. Aku setuju jika Magnolia Cafe membuka outlet di dalam perusahaanku. Hanya, aku minta agar harga makanan dapat diturunkan. Untuk tempat, silakan memilih–boleh di lantai bawah atau di rooftop. Saranku, lebih baik di rooftop, ada sensasi tersendiri dan perusahaan kalian juga akan bebas memakai area yang lebih besar. Beda jika memilih di lantai bawah, akan terbatasi oleh ruangan lain. Namun, semuanya terserah pada keputusan perusahaan kalian," jelas Kenrich panjang lebar, sementara matanya tidak beranjak dari wajah Lynn.

"Jenis makanan apa yang bisa disajikan, Pak Kenrich? Apakah orang luar juga boleh makan di kafe kami?" tanya Lynn, kembali fokus pada kerjasama bisnis.

"Untuk jenis makanan, bebas. Kami biasa menyediakan makanan beragam ketika menjamu tamu perusahaan. Untuk karyawan sendiri, mungkin bisa makanan Indonesia agar lebih murah dan masuk dalam budget katering. Mengenai orang luar yang ingin makan di kafe, tidak masalah. Kami mempunyai akses ke rooftop tanpa harus masuk ke dalam perusahaan. Ada lift tersendiri untuk sampai ke rooftop."

Lynn mengangguk. Insting bisnisnya mengatakan ini adalah peluang yang bagus. Namun, hubungan mereka di masa lalu agak membuatnya ragu untuk menjalin kerja sama ini.

"Ada berapa anak perusahaan di Indonesia? Dan ada di kota mana saja, Pak Kenrich?" tanya Lynn, membayangkan pembukaan outlet baru.

"Ken. Panggil saja Ken. Anak perusahaan ada delapan dan umumnya ada di kota besar. Mengenai bentuk kantor, kurang lebih sama seperti head office. Esok, silakan berkunjung ke cabang Bali agar mendapatkan gambaran yang lebih pas."

"Lynn, pergilah bersama Pak Kenrich untuk meninjau kerja sama bisnis ini. Aku tidak bisa ikut karena ada yang harus diurus," ucap Azka, yang membuat Lynn menatapnya tajam.

"Boleh sekali, Pak Azka," ucap Kenrich antusias.

Lynn tidak enak untuk menolak. Ia akan berurusan dengan asistennya nanti. Sebenarnya Azka tidak mempunyai urusan apa pun. Ia harus mendorong Lynn untuk pergi bersama Kenrich agar dapat menyelidiki sedalam apa hubungan mereka di masa lalu. Daddy telah menugaskan Azka untuk menjaga Lynn dan ia harus bertanggung jawab.






















Continue Reading

You'll Also Like

3M 115K 32
"Stop trying to act like my fiancรฉe because I don't give a damn about you!" His words echoed through the room breaking my remaining hopes - Alizeh (...
604K 49.7K 24
Indian Chronicles Book III My Husband, My Tyrant. When Peace Becomes Suffocation. Jahnvi Khanna has everything in her life, a supporting family, a hi...
497K 14.5K 61
Silent, unforgiving and strikingly gorgeous, Rylan Parker is a cold-hearted businessman. An intimidating CEO, perfectly fitted in tailored suits and...