Bab 4 - Kenrich

51 4 3
                                    

Jam di pergelangan tangan lelaki jantan itu telah menunjukkan jam satu lebih tiga puluh menit, dini hari. Namun, netra Azka terus terpaku di laptop. Beberapa fail penting mengenai inventaris Bryan telah didapatkannya dengan mudah. Azka memang seorang hacker. Itulah sebabnya, Lynn menarik lelaki yang potensial itu sebagai tangan kanan untuk mengawasi semua bisnis kulinernya.

Pemilik dagu belah tersebut mengambil ponsel dan mengirimkan pesan pada seseorang.

[Kirim mata-mata untuk memantau Bryan dan Amifta selama 24 jam. Retas semua komputer dan gadget mereka, baik yang di kantor maupun rumah. Kirimkan aktivitas mereka setiap hari.]

Beberapa saat kemudian, telah masuk sebuah email. Azka menggebrak meja, urat di sekitar dahi terlihat jelas, matanya memerah, dan rahang kokoh tersebut tampak mengeras.

'Amifta, sepertinya aku terlalu lembut padamu!'

Azka meneliti kembali chat antara Amifta dengan Laras–sahabatnya. Mereka merencanakan hendak menjodohkan Bryan dengan Sita. 

[Bagaimana kalau weekend ini mereka bertemu? Aku sangat menyukai Sita, anakmu itu cantik dan sopan. Semoga Sita tidak keberatan menjadi istri Bryan.]

[Aku tidak keberatan jika mereka berjodoh. Mau bertemu di mana, Mif? Rencananya nanti seperti apa?]

[Aku akan mengajak Bryan untuk menginap di Villa Tjandra lalu memberikan kesempatan agar mereka saling dekat. Aku rasa menginap dua hari sudah cukup untuk perkenalan. Bagaimana menurutmu?]

[Bukankah anakmu masih terikat pernikahan, Mif? Aku keberatan jika Sita nanti dianggap sebagai pelakor.]

[Tidak lama lagi pernikahan mereka akan bubar, Ras. Mantuku itu sepertinya mandul. Sudah enam bulan menikah, masih belum hamil. Di samping itu, ia mulai membangkang dan aku tidak suka.]

Azka menatap tajam pada chat tersebut. 'Aku pastikan kamu akan membayar semua ini, Amifta.'
_____
Lynn mengetuk pintu kamar Azka. Tampak wajah yang masih mengantuk membukakan pintu.

"Ada apa, Lynn?" tanya Azka dengan mata setengah terpejam.

"Mandi, Az. Setelah itu harus check-out dari hotel eqUilibria. Kita menginap di Six Senses saja sampai kembali ke Jakarta," ucap Lynn sambil mendorong tubuh Azka. 

Azka segera membersihkan diri. Setelah berpakaian, ia menyerahkan sebuah berkas.

"Ada permintaan kerja sama dari PT Adipati Orient Indonesia, sebuah perusahaan besar yang bergerak di shipping line. Mereka meminta Magnolia Cafe untuk memenuhi kebutuhan katering karyawan. Kebetulan CEO-nya juga menginap di hotel ini. Aku sudah mempelajari perusahaan mereka dan statusnya clean," jelas Azka, panjang lebar.

"Yakin harga MC bisa masuk?" tanya Lynn, ragu.

"Ini peluang bagus, Lynn. Menu bisa diatur sesuai permintaan harga. Jika deal dengan Adipati, peluang kerjasama dari perusahaan besar lainnya terbuka lebar. Bukan itu saja, kita juga bisa provide jika mereka mengadakan pesta, promosi, dan event lainnya," ucap Azka, bersemangat.

Lynn mempelajari berkas di tangannya. Memang, katering merupakan peluang bisnis baru yang menjanjikan.

"Oke, aku setuju bertemu dengan CEO-nya. Lebih bagus lagi jika bisa membuka outlet MC di dalam perusahaan."

"Wah, itu ide yang sangat bagus. Baik, aku akan menghubungi Pak Kenrich, CEO Adipati," ucap Azka dengan semangat.

'Kenrich? Mengapa nama itu rasanya tidak asing. Argh! Semoga bukan dia,' batin Lynn.

"Kita akan bertemu Pak Kenrich jam sepuluh pagi. Masih ada waktu untuk sarapan, aku lapar sekali," ucap Azka, membuyarkan lamunan wanita tersebut.

"Aku ganti baju dulu, biar nanti langsung meeting," ucap Lynn, berlalu menuju kamarnya.

Trauma Dini HariWhere stories live. Discover now