Descendant (Sad Story Vkook)...

Por elmi_wirastiti30

136K 10.1K 1.8K

"Hyung kenapa kau membenciku? Sebesar itukah kau membenciku? Hingga kau ingin membunuhku dengan teman kesayan... Mais

PROLOG
Beginning (Part 1)
Hyung (Part 2)
Tears and Smile (Chapter 3)
Tears (Part 4)
Loyalty (Part 5)
Enemy (Part 6)
Look Me Hyung (part 7)
Fire (Part 8)
Second (Part 9)
Limitless (Part 10)
perhatian ini penting (30/11/2017) 😭😭😭😭
Waiting For Secret (Part 11)
A Secret, Believe? (Part 12)
I Don't Know (part 13)
When You Meet Dark? (14)
Analogi (15)
Break Dawn (16)
Love Yourself, Please (chapter 17)
Blood on Fight (Part 18)
Drag Me Down (Part 19)
Revenge (20)
Sweet Psychopat (21)
Magic Door (22)
So my Lie (23)
I want all of these ends (24)
Adventure Time (25)
when fate says now (26)
the heirs (27)
the enemy is real and God is just (28)
Celebration pending (29)
Do You Want? (30)
When You Look Me (31)
Extradionary (32)
I hate this day (33)
When Did You Come? (34)
nightmare (35)
The Legend (36)
core (37)
Good Liar (38)
Omelas (39)
Save (40)
half destroyed (41)
Bad Dream (42)
Promosi anak baru ✓
When These Eyes are Swollen (43)
time to start (44)
Rival (45)
mysterious (46)
I am weak (47)
deadly explosion (48)
Breaking Dawn (49)
Not Today (50)
Angry Mom (51)
Inheritance and Will (52)
Kim Taehyung (53)
Last Wait (55) [END]✓

Latitude (54)

1.3K 67 3
Por elmi_wirastiti30

"Aku butuh gagasan yang tepat untuk menjawab ini semua."

.

Taehyung berjalan begitu percaya diri ke depan. Saat ini nafasnya tidak lagi berat, lirikan mata dengan catatan kriminal di belakangnya hanya suatu kebebasan yang majemuk. Kala waktu tak bisa menjawab, tapi takdir bisa berkata bahwa dia benar melakukan ini semua.

Seorang ayah datang dengan membawa berkas baru di tangannya. Satu harapan besar dengan mereka yang tak bisa lagi bicara banyak. Jungkook masih menangis ketika kedua matanya menatap sedih. Anaknya menangis dan seorang Kim Nana menjadi sangat perih dan memprihatinkan.

"Hentikan semua kebodohan ini. KAU MELAKUKAN KESALAHAN BESAR KIM HERA!" gertaknya di bagian akhir. Istrinya tidak peduli akan emosi yang nampak di depan matanya. Taehyung melihat ayahnya bisa meledak sebesar ini. Pada kalanya bibirnya mengulas senyum untuk membuang semua prasangka buruk, sempat timbul keinginannya untuk menyelesaikan semua ini menggunakan caranya.

Taehyung layaknya seorang tumbal.

"Tahu apa kau? Aku datang kesini untuk menjemput putraku dan haknya. Kali ini dia mengacungkan pistol itu di depan mukanya. Wanita itu sampai tidak mau sama sekali mengerti dan memahami situasi, bujukan sang anak seperti tak berdaya. "Kim Taehyung diam lah! Ini adalah urusanku dengan ayahmu!" Kata seorang ibu itu tegas. Bahkan kedua matanya tak mampu menyiratkan sebuah kebohongan.

Kata menusuk akan selalu lahir dan terus berkembang serta mengganggu sebagian kehidupan manusia.

"Aku ter-magu ketika ibu bicara seperti ini. Apa yang ibu pikirkan ini adalah keadaan terburuk? Tidak... Justru aku merasa bahwa ibuku seperti wanita gila yang serakah." Taehyung berkomentar lagi. Dia mendengar bagaimana Seokjin berseru mengingatkan akan cara bicaranya yang bisa membuat suasana jauh lebih buruk dari ini. Seokjin hanya bisa menggeleng kepala tak sangka, dia juga berat mendapati seorang ibu hendak membunuh anaknya.

Senjata adalah musuh manusia yang nyata, bukan permainan yang bisa digunakan oleh anak-anak secara sembarangan.

"Anakku masih kecil dan bayi. Selamanya akan begitu di depan mataku. Aku tahu kau sangat sayang padaku, aku ingin kau memahami. Kalau kau menurut, maka kehidupan mu jauh lebih baik." Sang ibu menatap penuh sayang pada ibunya. Dagu sang anak di belai dengan maksud mencuri perhatian. Apakah dia sadar dengan semua kerusakan dibuat olehnya. "Tapi ibu tidak melihat kesalahan dan justru membuat semua tempat layaknya tempat sampah." Seorang anak membutuhkan keadilan.

Kedua air mata jatuh, semua orang yang menggunakan senjatanya belum melanjutkan tugas mereka. Hera melarang mereka untuk melakukannya, dia sudah mencium ada kesepakatan terjadi. Aksi akan segera selesai sama seperti Seokjin menjinakkan bom di tangannya itu. Dengusan sebal, melawan semua yang menjadi beban dalam hidupnya. Sama halnya dia harus melawan nafsu dunia dan keinginan yang selalu dia dambakan untuk kata masa depan.

Taehyung merasa lemah sekarang. Dia melihat bagaimana seorang tangan ibu mengacungkan pistol di depan Jungkook. Tak ada yang bisa untuk menyerangnya, lantaran begitu banyak orang yang juga menodongkan pistol ke arah mereka.

"Ibuku bukan penjahat. Aku selalu percaya dengan hal ini." Dalam satu hentakan kuat dan melepaskan sesuatu dari satu kepalan kuat di tangannya. Genggaman itu luas dengan jemari yang tidak lagi memegang  beban di tangannya. "Saat semua berfikir kalau aku penjahat. Rupanya ibuku sendiri penuh dengan kutukan." Terkadang dia tidak bisa mengatakan dengan mudah bahwa dia kecewa. Nafas dimana dia tidak bisa mengatakan banyak hal adalah salah satu wujud dimana dia punya satu orientasi penuh.

"Kau berani mengatakan hal itu padaku. Apakah kau berubah karena Jungkook? Bukankah kau sangat membencinya, sampai jauh di lubuk hati kau ingin membunuhnya." Kalimat seperti ini adalah hal paling menyenangkan. Dia juga tidak punya alasan untuk membuat perubahan di wajahnya yang telah menua. "Itu dulu dan perubahan dalam diriku penuh. Aku sudah mengesampingkan rasa egois ku, memilih ibuku sendiri untuk aku jadikan sasaran baru lagi." Taehyung mendekat dia sendiri menyentuh lengan sang ibu. Menahan gerakan ibunya untuk tidak melakukan apa-apa.

"Lepaskan senjata mu ibu."

Taehyung tidak memohon. Dia hanya berkata apa adanya, hal tak dia sukai akan selalu ada. Kedua mata antara ibu dan anak itu kembali menajam, Seokjin disana mendekat dengan membuang sampah bom tak berguna lagi di tangannya. Dia masih was-was dengan tanda tak ada kata menyerah dari sana. "Aku sangat antusias, jangan membuat mood ibu semakin tidak menyukai hal seperti ini anakku." Antara sadar dan tidak. Kadangkala, wanita sepertinya hanya tahu bahwa dia melakukan semua ini demi masa depan seorang putra.

"Aku membebaskan semua balas dendam ku. Kalau ibu tidak bisa, aku akan membantu ibu. Jangan sakiti adikku, kau sama saja menyakiti anakmu."

Jungkook merasa bahwa kakaknya sudah banyak berubah dalam waktu singkat. Ada banyak kendala, kedua mata dengan manik mata buram di pandangan matanya. Kedua tangan itu sedikit lemas saat menyaksikan Hoseok yang membantu seorang maid membalut luka nyonya besarnya.

"Taehyung apakah kau serius mengatakan hal itu. Ini semua kesalahan ayah, biarkan ayah melakukan semua ini sendiri." Langkah kaki menjadi larangan keras bagi pria itu untuk mendekat ke arahnya. Wanita itu mengumpat agar seorang ayah tidak ikut campur, "kau suami tidak berguna sama sekali. Aku merasa kalau kau tidak ada gunanya." Dendam kesumat akan selalu ada.

Jungkook masih memeluk ibunya demi memberi kekuatan baginya. Jatuh besar harapan untuk semua ini berakhir. Taehyung melihat kalau semua ini tidak akan berhasil kalau dia tidak menyerahkan dirinya seperti tumbal. Tangannya masih menggapai siku ibunya dan menahan dalam satu ketetapan harus.

"Turunkan tangan ibu, aku akan ikut denganmu." Tak ada kata bahagia dia wajahnya. Dia juga tidak mau membuat semua menjadi lebih jauh. Taehyung mendapati semua orang diam bungkam, melongo melihat dirinya dalam dasar tidak percaya sekarang. Semua orang tentu saja terkejut saat mendapati satu kejujuran dari pemuda yang siap melepaskan masa depan lebih baiknya. "Taehyung, apa yang kau lakukan. Apakah aku tidak salah mendengar? Tidak... Aku sama sekali tidak akan pernah setuju akan semua ini!" Seokjin adalah orang pertama yang protes.

Dia merasa protes akan semua ini. Bukan hanya itu saja, dia juga tidak punya stamina lebih untuk bisa meyakinkan ini. Taehyung seorang pemuda keras kepala yang masih kecil, dia menganggap bahwa pemuda itu masih membutuhkan pengawasan penuh.

"Diam kau Seokjin! Jangan coba untuk mempengaruhi putraku!"

"Kau yang justru nya diam! Kemana kau selama ini? Taehyung masih kecil dan membutuhkan ibunya. Kau pura-pura mati dan datang merebut warisan milik anakmu!"

Seokjin juga tak kalah beringas. Dia juga mengacungkan senjata sama halnya dilakukan oleh Hera. Jika dia mati maka wanita itu juga akan mati, itulah prinsipnya. Terkadang dia akan pasrah dan kadang juga dia tidak akan bisa menerima ini semua. Lalu saat semua jalan sudah ditunjuk maka yang dia dapatkan adalah rasa pahit dari sebuah obat.

"Kau tidak tahu bahwa kau sudah menjadi pemberontak kecil. Apakah kau mau mati sama seperti ayahmu, Kim Seokjin?" Hera berkata tanpa beban. Seolah dia manusia biasa tanpa melakukan kesalahan ataupun dosa besar. Seokjin mendadak lemas dengan tangan turun tanpa tahu bahwa beban di pundaknya jauh lebih berat. Kabar kematian sang ayah merupakan sebuah kebenaran yang pasti.

Taehyung melihat ibunya dengan kesal, dia tidak terima. Sungguh keterlaluan!

"Ibu, kau tidak sadar kalau kau sudah membuat Jin Hyung yatim piatu sekarang. Apa yang ibu lakukan?!" Dalam hal ini Taehyung merupakan salah satu namja kesayangan ibunya. Tapi sekarang tak ada kata bahwa ini adalah suatu kesialan begitu jelas. "Diam! Karena aku tidak tahan aku menembaknya. Aku melakukan hal ini karena menyelamatkan nyawamu! Kau harus tahu itu, kalau pria itu tidak baik!" Membentak dengan semua keras. Jauh di sana Jimin dan Yoongi saling menatap dalam lirikan sebuah kode.

Kalau waktunya tiba maka baku hantam akan segera datang dan lahir dalam istilah lebih baik. Dari dulu hingga nanti, tak akan ada yang bisa membuat perselisihan dalam setiap manusia akan menjadi damai.

Seokjin menatap kosong ke semua arah. Semangatnya hilang, harapan untuk mengubah persepsi mengenai ayahnya saja gagal. Pria yang dia hormati bisa saja telah masuk ke neraka dan membawa dosanya. "Lihat saja keadaan ayahmu. Karena kesalahannya juga karma telah menghukum nya. Semoga dia ada di neraka dan tidak lagi membuat menderita beberapa orang lagi." Begitu mantap dia bicara. Kemarahan Seokjin menjadi bangkit dan berseru keras.

Air mata adalah tanda bahwa setiap orang mengalami kesedihan. Air mata adalah tanda dia tidak bisa lagi membentuk kristal bening berbentuk cair disana. Kini dia membidik tapi tidak mampu saat kakaknya melihat Taehyung dengan menggeleng pelan penuh penyesalan. Berfikir bahwa, sudah cukup adik kesayangannya kehilangan seorang ibu.

Hal yang sama dikatakan oleh Hera untuk melepaskan emosional seorang ibu.

"Kau penjahat licik bibi." Ada senyuman kecil disana. Bersamaan dengan air mata jatuh tanpa dia minta, tak ada alasan lagi kalau dia sama sekali tidak punya minat untuk membunuh sekarang. Kalau dia seperti itu, tak ada bedanya dengan wanita itu.

"Taehyung, aku lepas tangan. Kau bebas melakukan apapun. Jangan sampai kau menyesal, sama seperti aku melakukan kebijakan ayahku. Lalu aku menyesal." Mendongak sebentar dan menghirup nafas. Dia menelan ludah dalam rasa pahitnya. Ayahnya sudah mati, dia sudah tiada dalam hal rasa. Kedua orang tuanya pergi. Seokjin pergi dengan kedua kaki lemas, mendorong salah satu pria dengan baju tentaranya untuk menyingkir dari pandangan matanya.

Baru kali ini semua orang disana melihat seorang pemuda menjadi putus asa dan suka menyerah sekarang.

Hera menang dan semakin bangga akan kebenaran dia dapati. Rasanya sangat manis kalau melihat kekalahan orang lain, hati hitam sudah mendominasi sikapnya. Taehyung menahan dengan kuat agar tangan itu tidak melakukan kesalahan fatal.

"Lepaskan senjata mu, aku akan ikut denganmu. Lebih baik kita pergi atau aku akan berubah pikiran karena ini semua." Ketika matanya melihat wajah sedih adiknya. Taehyung menoleh ke arah dinding. Hancur harapan Jungkook agar bisa satu dekat dengan kakaknya. Kenyataannya ialah, Taehyung memilih jalannya sendiri lagi. Indikasi bahwa dia sama sekali tidak mau menjadi bagian keluarga sebenarnya.

"Taehyung ikut dengan ayah. Kau tidak bisa melakukan hal ini." Minseok tidak terima dan justru dia langsung menimpal semua keinginan sang anak. Dia tidak bisa mengungkapkan bentuk kecewa pada istrinya, lalu anaknya. Melihat Jungkook yang sempat akan melakukan protes saja membuat dia bertindak. "Kalau itu pilihan kakak, aku bisa apa. Kadang aku harus sadar appa. Kalau kakak punya pilihan yang menurut dia baik dan menurut kita tidak." Jungkook mengatakan hal itu dengan nada tegar. Meski dia tidak sama sekali menatap wajah kakaknya, dia tahu bahwa Taehyung punya ikatan batin kuat dengannya.

Taehyung bangga.

Adiknya menjadi bijak. Sama seperti seorang anak yang harus mewarisi sifat seperti itu.

"Dengarkan kata adikmu. Kalau ayahmu saja sangat sesat. Aku tahu betul bagaimana dia, mendapatkan keuntungan dalam satu pihak." Hera juga mentalak suaminya tapi bagaimana pun hubungan ini tidak akan bisa berakhir karena ada anak diantara mereka. Menjadi utama adalah hal menyenangkan, tapi membagi cinta dengan wanita lain adalah hal tersulit dia terima.

Dia ingin mendapatkan semua dan menjadi satu tanpa mau membagi hasil.

"Percaya padaku. Aku akan pastikan eomma mendapatkan semuanya. Bahkan warisan itu akan tetap jatuh di tanganku." Kala dia menoleh ke arah ayahnya. Tak ada kata ampun bahwa dia tidak akan menjamin sebuah perjanjian untuk menjadi keluarga yang satu. "Taehyung akan menjamin semua keinginan ibu terwujud. Asal, kita menjauh dari mereka yang akan mengganggu ibu kalau perlu untuk selamanya."

Ini adalah keputusan final. Dia memejamkan mata mencoba untuk tegar bagi dirinya sendiri. Berbarengan dengan suara mereka yang tercekat seolah tidak terima kalau Taehyung seperti pion yang mudah menyerah.

Seokjin melihat ayahnya sudah terbujur kaku tak bernyawa. Dia hanya bisa duduk membeku di sampingnya sembari memungut rokok yang hampir menghabiskan satu batangan. Kalau dia biarkan maka bibir sang ayah akan menjadi korban.

"Appa. Terima kasih untuk semuanya dan maafkan aku karena tidak bisa melakukan kewajiban ku sebagai seorang anak."

Apapun dan siapapun ayahnya. Seorang ayah tetaplah ayah, pedoman itu akan selalu ada dan tercipta lahir begitu saja. Kala dia tidak bisa berfikiran jernih maka semua bencana akan tercermin dalam dirinya. Seokjin memutuskan untuk membiarkan tubuhnya berbaring sejenak di samping ayahnya.

Seorang pria akan lebih memendam dukanya sendiri di bandingkan menunjukkan pada semua orang.

Pengecut!

"Kau pasti akan mengatakan kalau aku bodoh meniru perbuatan mu. Maka aku jawab tidak... Karena kau adalah ayahku. Sejak kecil aku sudah meniru perbuatan ayahku dan itu kau." Raut sedih dengan dia yang tak bisa bicara lebih selain gemetar dalam bibir dan menangis. Dia membutuhkan hiburan hati tapi tak ada sama sekali.

"Aku menyayangimu appa. Selamanya akan begitu, aku doakan semoga kebaikan mu akan menolong mu supaya kau di surga. Meski kau jahat, karena adanya kau aku lahir ke dunia. Semua itu tak mampu dibalas dengan mudah walau dengan harta."

Tak ada kata menyesal.

Tak ada bimbang.

Seokjin dan Taehyung sama. Mereka menyayangi orang tua masing-masing walau mereka tahu bahwa orang tua mereka buruk dalam tabiat.

Matahari terbit karena waktu subuh telah tiba. Terbitnya matahari sudah menjadi bukti kala cahaya matahari mewakili semua perasaan semua orang disana. Wanita itu luluh karena keinginan sang anak, tapi dia memegang sumpah dan janji Taehyung untuk menjadi anak berbakti dengan menurutinya tanpa kata ampun.

"Aku tidak akan mengecewakan ibu. Jadi jangan membuat aku memandang salah dengan ibu." Taehyung melihat ada satu harapan besar kalau dia memenangkan semua ini. Ibunya pergi dengan membawa para anak buah dalam satu lentik kan jarinya yang memaksa untuk cepat keluar dari zona minatnya itu.

Jungkook melihat bahwa semua menjadi baik saja. Meski banyak yang mati tapi pemimpin dari sesungguhnya masih hidup, memenangkan hadiah utama yang sebenarnya sudah dia nantikan. Dia ingin Taehyung menyerahkan sendiri tanpa mau kata melawan untuknya.

Jungkook memberikan keamanan ibunya pada Jimin yang ada di sampingnya. "Tolong jaga ibuku. Aku ingin bicara sebentar pada kakak." Saat ini dia ingin membuat seseorang mengerti dengan sangat. Ada kalanya dia tidak bisa mengubah keputusan dengan instan, tapi masih ada harapan. Kakaknya masih disana melihat sang adik mencoba untuk berdiri dan datang menghampirinya.

"Taehyung Hyung, tolong tarik semua kata-katamu. Jangan lakukan hal ini." Jungkook menangis dan lebih tepatnya dia melakukan hal itu di dalam hati. Andaikata dia bisa mengungkap kejujurannya pasti dia akan lakukan itu semua. Hanya saja melakukan hal itu sama saja akan membuat semua menjadi pahit. "Apa yang bisa aku lakukan kalau ibuku saja seperti itu. Semua ini akan membuat suasana menjadi sangat buruk. Apalagi dia sudah membuat semua orang terluka dan kerepotan, apakah kau tidak mau mengerti sama sekali kendala ini?!" Taehyung membuang tangannya. Meminta lengan itu lepas dan tidak lagi memaksa akan suatu paksaan adiknya.

"Jungkook..." Taehyung memelas.

"Tolong katakan kalau semua ini bohong. Kau hanya ingin membuat aku susah saja bukan? Aku sangat membenci kakakku yang seperti ini. Aku benci..." Dalam satu kata dia bicara. Sementara Taehyung sama sekali tak mau melihat dan justru dia menginginkan wajah sedih itu tak dilihat oleh siapapun.

"Aku tahu kau orang baik. Tapi baikmu sudah sangat keterlaluan."

Jungkook sepelekan air matanya. Menjatuhkan puncak kepala di atas punggung itu seperti kehilangan semangat. Lalu dia sama sekali tak bisa mengatakan bahwa kakaknya sudah bahagia dengan keputusannya.

Tidak sama sekali.

"Jangan menangis kau seperti orang bodoh saja." Cairan air mata itu membendung, tak peduli kalau pada akhirnya kegilaan ini masih berlanjut dalam namanya. Semua yang ada disana tak bisa berkomentar. Apalagi saat Hera melihat dari jauh, kalau dia sama sekali tidak menyukai keluarga yang tengah berdiri disana.

"Taehyung ayo kita pulang. Sebaiknya lupakan mereka atau kau akan menyesal."

Hoseok mencoba untuk melakukan gerakan melawan wanita itu. Hanya saja Jimin menahan tangannya hingga gelengan letih itu kembali muncul. "Kita hanya akan memperparah saja kalau seperti ini." Lekasnya tertatih, berjalan mendekat ke arah Yoongi. Kakinya terluka dan pincang, tak takut kalau bangunan seperti ancaman dan siap roboh kapan saja. Kalau dia punya ambisi dia akan wujudkan, Hoseok hanya ingin melihat adiknya bahagia.

Tidak seperti ini.

Mungkin saja Tuhan punya cara lain untuk membuat semuanya tampak baik-baik saja. Padahal semua ini sudah cukup buruk.

Jungkook memejamkan mata sejenak. Ketika dia menelan ludah pelan-pelan, sedikit saja maka dia akan lega akibat semua kuasa di berikan oleh kakaknya. Taehyung masih sama, berdiri tegak dengan punggung yang dijadikan sandaran puncak kepala adiknya dengan suka cita. Biarkan hangatnya matahari menjadi saksi bagi keduanya untuk saling bersama.

Suka atau duka.

Semua sudah dibuat semampunya dalam kesederhanaan yang berlangsung.

"Aku menyayangi mu kakak." Hanya suara parau dan pasrah.

"Aku tahu kau memang begitu. Aku tahu dan aku menyesal sudah pernah membenci mu. Aku sangat menyesal." Tak mudah baginya menelan ludah. Tak mudah baginya untuk bisa bicara dengan benar. Hanya satu jangkauan penuh agar dia mampu melakukan aksinya. Dari segala bidang yang tengah terjadi. Lalu pada akhirnya, semua sirna bagaikan mahkota bunga yang sudah kering dan layu.

Bahkan satu harapan besar para orang tua disana ialah.

Harta dan kekuasaan jatuh ke tangan sang anak itu adalah dasar. Bagaimana mereka bahagia dan akan selalu menjadi masa depan lebih baik, hal itu merupakan sesuatu yang dianggap paling penting daripada satu juta gunung emas yang dibeli.

Cinta.

.

Taehyung menatap tidak kuasa semua ini. Lalu saat dia mengatakan bahwa hatinya sudah mantap melakukan ini semua. Maka baktinya dan sumpah dia ucapkan ketika usianya masih sangat muda. Seperti luntur tak berbekas lagi.

"Ibu, aku tidak akan mengulangi kesalahan lagi. Maafkan aku, putramu sudah buruk." Taehyung mendekat dalam artian dia membawa sesuatu di tangannya. Langkah kaki cepat di tengah dia melakukannya tanpa mengatakan bahwa hati ini masih hidup. Cinta telah mati dan itu benar adanya.

"Tae-Taehyung!" Suara gagap dengan pandangan marah. Terdengar dengan jelas susulan suara pistol yang meledak. Meloloskan isinya sampai membuat darah tercecer tumpah begitu saja sampai ke lantai. "Maafkan aku, tapi aku harus melakukannya. Aku tidak yakin kalau eomma akan memberikan kebebasan dalam jangka waktu yang lama." Taehyung tersenyum, dengan mata melirik ke bawah melihat bagian perutnya.

Di belakang sana ada suara Jungkook berlari mendekat dengan suara tangisnya. Begitu juga lainnya yang kini mengejar seseorang demi menolongnya.

Taehyung jatuh ke belakang dengan tubuh membentur rumput hijau di belakangnya. Peluru panas menembus bagian perutnya, mengeluarkan darah dan tumpah begitu saja. Benar saja, kala dia tidak bisa membela dan membedakan rasa sakit dan mati rasa. Semua terasa sangat menyakitkan baginya.

"TAEHYUNG HYUNG!"

Jungkook paling keras dengan suaranya. Seorang kakak baru saja menghabisi ibu kandungnya, agar tidak terjadi lagi perselisihan yang sama. Maka dari itu, yang mendapatkan dosa adalah dia. Dia menjadi durhaka dan siap atas semua konsekuensinya. Kalau saja dia bisa mengatakan pada dunia betapa membagongkan hidupnya. Maka dia akan mengatakannya saat ini juga.

Taehyung menoleh dan melihat kedua mata kesayangannya, dia memanggil ibu dalam setiap doa itu terpejam. Pisau dibalas pistol.

Rasanya sangat menyenangkan juga mustahil untuk terus dinikmati.

.....

TBC...

Akhirnya aku bisa menulis sampai chapter ini. Besok adalah terakhir dan semoga kalian suka dengan apa yang menjadi akhirnya. Kalau ini recehan maaf saja, author bukan Bintang internasional yang bisa membuat cerita lebih mendunia.

Aku harap pembacaku masih setia dengan garis yang aku buat.

Gomawo and saranghae ❤️

#ell

18/05/2021

Continuar a ler

Também vai Gostar

17.1K 578 32
Up nya tergantung mood author . . . Annyeong hoseyo안녕하제요 Beloved army BTS x ARMY Ini adalah foto dan biodata tentang member BTS Cerita ini gak mesti...
55.7K 6.9K 31
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
Queen Jeon Por ♪Vaa_

Outros géneros

983 71 3
menceritakan tentang hidup seorang gadis bernama Jeon Taehyung dia anak dari Jeon jungkook, dia ditinggalkan oleh ibunya saat ibunya melahirkan dia
388K 39.8K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...