Just One Day

By rachalova

221K 13.8K 608

[BEBERAPA BAB DIHAPUS SECARA ACAK KARENA TELAH DITERBITKAN] "Hyung... Aku kenapa?" M i n Y o o n g i ( J u... More

Prolog
M Y . 1 - Yoonjin
M Y . 2 - Yoonseok
M Y . 3 - Yoonmin
M Y . 4
M Y . 5
M Y . 6
M Y . 7
M Y . 8
M Y . 9
M Y . 10
M Y . 11
M Y . 12
M Y . 13
M Y . 14
M Y . 15
M Y . 16
M Y . 17
M Y . 19
M Y . 20
M Y . 21
M Y . 22
M Y . 23
M Y . 24
M Y . 25
M Y . 26
M Y . 27
M Y . 28
M Y . 29
M Y . 30
M Y . 31
M Y . 32
M Y . 33
M Y . 34
M Y . 35
M Y . 36
M Y . 37
M Y . 39
M Y . 44
M Y . 46
šŸ˜” or šŸ„³ ???
JUST INFO
JUST ONE DAY?
tentang pre-order
kesan just one day
vote cover
Open PO
PO ke 2 dengan New Cover
PO LAGI

M Y . 18

3.7K 294 9
By rachalova

Seokjin menelan ludahnya. Iya, Seokjin hanya bisa menelan ludah ketika melihat ada pasien yang duduk anteng di kursi roda. Anak kecil itu tersenyum melihat Seokjin.

Seokjin memutuskan untuk menghampiri anak kecil itu.

"Hai." Ujar Seokjin seraya jongkok agar menyamai tinggi dengan anak yang duduk di kursi roda itu.

"Ha-lo, om dok-ter." Jawabnya dengan ceria namun bicara nya terbata-bata.

"Kau pasti merasa sakit sekali, ya?"

"Ti-dak om, eom-ma bi-lang a-ku a-nak yang ku-at."

"Eomma mu benar, kau memang anak yang hebat dan kuat. Kau sangat cantik gadis kecil." Seokjin mengelus pipi anak tersebut.

"Om dok-ter ke-na-pa na-ngis?" Rupanya gadis itu menyadari bahwa Seokjin sudah meneteskan air matanya.

"Om dokter tidak apa-apa. Hanya bangga lihat kamu kuat menjalani nya." Seokjin senyum lalu mengusap rambut anak kecil itu.

"Om dok-ter pas-ti ta-hu kan Ae-ri sa-kit a-pa?"

Soekjin mengangguk.

"Ka-ta eom-ma Ae-ri, sa-kit se-per-ti Ae-ri i-tu pi-li-han Tu-han. Ar-ti-nya, Tu-han sa-yang sa-ma Ae-ri. Dan Tu-han i-ngin le-bih ce-pat ber-te-mu de-ngan Ae-ri." Jelasnya.

Gadis kecil itu bernama Aeri. Semakin menjelaskan, semakin deras pula air mata Seokjin.

"Tidak Tuhan, jangan ambil Yoongi terburu-buru. Aku tidak sanggup jika harus kehilangan salah satu adikku."

"Aeri masih kuat, kan? Apa Aeri ingin cepat-cepat bertemu dengan Tuhan?" Tanya Seokjin.

"Ter-se-rah Tu-han sa-ja, ka-pan-pun Ae-ri si-ap."

"Tapi om dokter tidak ingin kalau adik om dokter cepat-cepat bertemu Tuhan. Aeri mau ya doakan untuk adik om dokter agar sehat kembali?"

"Pan-tas sa-ja om dok-ter me-na-ngis, ter-nya-ta a-dik om dok-ter sa-kit se-per-ti Ae-ri. Om dok-ter ti-dak u-sah ta-kut, tan-da nya, Tu-han sa-yang sa-ma a-dik om dok-ter." Jawab Aeri dengan senyuman begitu tulus.

"Aeri." Panggil dari seseorang yang baru keluar dari sebuah ruangan.

"Da-dah om dok-ter." Aeri melambaikan tangannya.

Setelah mengobrol dengan gadis kecil bernama Aeri, Seokjin tergesa-gesa mengambil ponsel yang ada di saku nya.

"Aku pikir ayah tidak akan menjawab teleponku."

"Hanya terpaksa karena aku sedang memegang ponselku saat ini." Terdengar suara samar-samar dari sana.

"Yoongi sakit." Ucap Seokjin singkat.

"Apa peduliku?"

"Ayah orang yang ku sebut barusan itu anakmu! Masih bisa kau bilang apa peduliku?" Emosi Seokjin memuncak saat mendengar respon dari sang ayah.

"Kau dokter pasti bisa mengurus dia."

"Aku memang dokter tapi aku bukan dokter spesialis penyakit yang sedang di deritanya, ayah! Apa kau ingat denganku? Kau ingat dengan Hoseok? Jimin!? Kau mempunyai empat anak! Tidakkah kau peduli kepada satu anakmu saja!? Setidaknya Yoongi yang kau perhatikan karena dia membutuhkannya! Dia anak kandungmu, ayah! Dia adik kandungku! Begitu juga dengan Hoseok dan Jimin! Aku rela mengurus mereka, aku ikhlas sebagai kakak tertua mengurus mereka penuh dengan kasih sayang. Aku berusaha menjadi seorang ayah sekaligus ibu bagi mereka! Tapi mana tanggung jawabmu sebagai ayah, mana!?" Ungkap Seokjin panjang lebar serta mengeluarkan semua uneg-uneg nya. Kini nafasnya memburu serta wajahnya sudah basah karena air mata.

"Argh! Kau malah menganggu dan menambah bebanku saja!" Telepon dimatikan oleh sang ayah.

Refleks Seokjin membanting ponselnya ke sembarang arah. Ia pun duduk di bangku yang ada didekatnya, lalu bersandar serta memijat pelipisnya.

Seseorang mengambil ponsel milik Seokjin, lalu menghampiri Seokjin seraya mengulurkan tangannya.

"Tidak seharusnya kau menanggung beban ini sendirian, hyung."

"Namjoon?" Seokjin tersadar bahwa ada seseorang disampingnya, cepat-cepat Soekjin menghapus air matanya.

"Tidak usah malu, hyung. Wajar jika kau begitu stres, karena yang aku lihat masalahmu begitu rumit."

"Ponselku, tidak apa-apa, kan?" Seokjin meraih ponsel nya yang ada ditangan Namjoon.

"Haha kau takut ponsel kau rusak, tapi kenapa kau banting, hyung?" Ejek Namjoon melihat ekspresi wajah Seokjin yang begitu ketakutan kalau ponsel nya akan rusak.

"Aku terlalu emosi pada ayahku."

"Kajja!" Namjoon menarik tangan Seokjin.

"Mau kemana!?"

"Kau pasti lapar, hyung! Kita makan, dan aku yang akan traktir!"

Wajah Seokjin yang tadi nya murung, kini sudah berubah sedikit karena kehadiran Namjoon.

°°•••°°

Musik begitu indah mengiringi ruangan yang cukup luas itu. Ada dua remaja laki-laki didalamnya yang sedang berlatih.

"Kau hebat, Taehyung!" Seru Jimin.

Iya. Sejak mengenal Jimin, Taehyung meminta Jimin untuk mengajarkan dirinya menari. Dan sekarang Jimin bangga melihat Taehyung sudah banyak berkembang.

"Iya! Kau hebat, hyung." Timpal dari seseorang yang ternyata sudah ada didepan pintu ruangan latihan.

"Jungkook? Sejak kapan kau disitu?" Jimin menoleh dan bertanya kepadanya.

"Mau apa kau kesini, sialan!?" Bentak Taehyung tiba-tiba.

"Taehyungie jaga ucapanmu, dia adikmu!" Jimin menahan Taehyung yang ingin menghajar Jungkook.

"Aku tidak butuh adik seperti dia!" Taehyung menghampiri Jungkook dengan mengepalkan tangannya dengan kuat.

"Hey! Kim Taehyung! Sejak kapan kau kasar seperti ini!?" Jimin mengejar Taehyung dan menahan Taehyung.

"Kau ini kenapa malah membela dia, sih!?"

"Jungkook masuk, kita selesaikan disini!" Perintah Jimin, dan Jungkook mengangguk setuju.

"Tidak perlu!" Taehyung menolak mentah-mentah.

"Aku penasaran kalian berdua ini ada masalah apa!?"

"Hyung! Aku rela! Aku rela tidak bicara pada ibu kalau aku sudah berada disini. Aku rela tinggal di apartemen agar tidak bertemu dengan ibu. Aku lakukan semua itu demi hyung! Tapi setidaknya mohon aku ingin menyelesaikan masalah denganmu. Aku ingin menjadi adik yang baik untukmu. Aku bukan hanya ingin menjadi adik Namjoon hyung saja, aku juga ingin menjadi adik Taehyungie hyung. Aku adik kandungmu, bukan?" Ujar Jungkook panjang lebar. Sementara Taehyung hanya bisa menelan ludah.

"Aku juga ingin memberi perhatian padamu, hyung. Aku ingin menjaga kakakku ketika kakakku sedang dalam masalah." Jungkook berlutut dihadapan Taehyung.

"Aku yakin kalian hanya ada kesalahpahaman." Samber Jimin.

"Bicaralah dari hati ke hati, aku akan menunggu diluar." Jimin meninggalkan kakak beradik itu untuk menyelesaikan masalahnya.

"Jim." Panggil Taehyung.

"Kau bisa, Tae."

Taehyung menatap wajah Jungkook dengan malas. Tidak, ia hanya berpura-pura.

"Kau hanya iri padaku kan, hyung? Aku bersyukur kemampuan menarimu sudah bagus sekali. Aku juga bersyukur karena ternyata yang mengajarimu menari adalah Jimin hyung."

"Lalu?" Tanya Taehyung singkat.

"Potensimu besar, hyung. Bakat kau juga tidak main-main, kita raih cita-cita bersama, ya? Kita belajar bersama-sama, ya?" Perlahan Jungkook meraih tangan Taehyung.

Entah mengapa Taehyung tidak ingin melepas genggamannya. Taehyung menikmatinya, sebut saja Taehyung merindukan sang adik.

"H... Ah maksudku, aku... Aku... Jungkook-aa..."

"Ne, hyung?"

"Itu, aku..." Taehyung menggantung pembicaraannya.

"Taehyungie turunkan egomu, yang ada dihadapanmu saat ini adik kandungmu sendiri." Batin Taehyung.

"Hyung yang terlalu egois atau hyung yang terlalu kekanak-kanakan? Kenapa kau begitu dewasa dihadapan kakakmu sendiri?"

Jimin tersenyum lebar, merasa lega akhirnya Taehyung bisa menurunkan egonya. Jimin dari tadi memperhatikan nya dari balik pintu.

"Karena tidak harus selalu seorang kakak yang mengalah. Jika aku tidak mengalah maka masalah kita tidak akan pernah bisa terselesaikan, hyung." Jawab Jungkook dengan tenang.

"Hyung lelah, Jungkook-aa... Hyung tersiksa, selama ini yang membela hanya Namjoon hyung dan ayah." Tak terasa air mata Taehyung sudah membasahi pipinya.

"Aku janji, aku janji tidak akan pernah muncul dihadapan ibu demi Taehyungie hyung. Asal aku bisa berhubungan baik lagi denganmu layaknya seorang adik, hyung."

"Kau janji?"

"Janji! Aku akan mengajarkanmu menari, bernyanyi, apapun yang kau butuhkan! Dan apapun yang ku pelajari di New York. Itu pun kalau hyung mau." Ujar Jungkook seraya menyembulkan gigi kelinci nya.

Taehyung tersenyum sangat lebar, tolonglah gigi kelinci nya Jungkook serta wajahnya yang bayi membuat Taehyung sangat merindukan sang adik.

"Hyung mau!" Taehyung menyetujui perkataan Jungkook.

Refleks Jungkook memeluk Taehyung. Tanpa ragu, Taehyung pun membalas pelukan Jungkook.

"Kau tidak perlu iri lagi padaku, hyung..." Lirih Jungkook.

"Terima kasih, Jungkook-aa."

"Yaaasshhh!! Aku bahagia!" Teriak Jimin menghampiri Taehyung dan Jungkook.

"Benar kan? Hanya kesalah pahaman! Pantas saja kakakmu itu selalu meminta kepadaku untuk mengajarinya menari." Jimin melipat kedua tangannya.

"Jimin hyung hebat!" Jungkook mengacungkan jempol nya.

"Taehyungie." Panggil Jimin.

"Ne?"

"Terima kasih sudah menurunkan egomu. Kau tahu? Bebanku terasa hilang sedikit ketika kau sudah baikan dengan Jungkook."

Akhirnya, masalah antara Taehyung dan Jungkook terselesaikan.

~Min Yoongi~

To be continue

Annyeong yeorobun!
Hehe lagi rajin aja🙃
Guys kalian risih gak baca pas bagian anak kecil ngomong terbata-bata? Nggak kan ya? Kalian baca lancar kan? Gak susah kan baca bagian itu?😌
Seperti biasa, cuma bisa bilang maaf atas kekurangan dalam cerita ini hehe.
Jangan lupa vote, komen nya ya😚

Still stay and enjoy!!

_Alova_

Cie akur 👇🏻

Continue Reading

You'll Also Like

158K 13.2K 20
group chat yang isinya anak-anak ganteng tapi idiot. Namjoon, Jin, Suga, Hoseok, Jimin, Taehyung, dan Jungkook. *** "sori yeu, gua itu keren" "keren...
34.5K 5.7K 21
tentang kisah 7 orang pendaki yang menghilang secara misterius pada tahun 1884, dan dinyatakan meninggal. namun 30 tahun setelah itu yaitu pada tahun...
6.3K 1.1K 10
@misocan_05 Tujuh mahasiswa yang sedang mengikuti acara jelajah alam di kampus mereka harus berjuang menyelamatkan diri. Mereka tersesat di tengah h...
16.7K 2.4K 17
Tentang Beomgyu yang selalu dibanding-bandingkan dengan anak tetangga.