HIDDENVIEW

By Hinabina

145K 6.5K 249

(Dewasa) Ayaka, seorang streamer cantik terjebak dalam permainan mengerikan "Rumble Arena" yang diselenggarak... More

WARNING
1
2
3
4
5
6
TIM 23
7
8
9
10
11
12
13
14
15 (END)
SEASON 2
2 - 1
2 - 2
2 - 3
2 - 4
2 - 5
2 - 6
2 - 7
2 - 8
2 - 9
2 - 10
2 - 11
2 - 12
2 - 13
2 - 14
2 - 15
SEASON 3
3 - 1
3 - 2
3 - 3
3 - 4
3 - 5
3 - 6
3 - 7
3 - 8
3 - 10
3 - 11
3 - 12
3 - 13
3 - 14
Part 4
4 - 1
4 - 2
4 - 3
4 - 4
4 - 5
4 - 6
4 - 7
4 - 8
4 - 9
4 - 10
4 - 11
4 - 12
4 -13
4 - 14
4 - 15
Epilogue

3 - 9

1.3K 92 1
By Hinabina

Berbekal rencana yang disusun Sang Kakak, Julia hari ini lagi-lagi pergi ke kantor dengan rencana yang sedikit berbeda. Bukan hanya untuk bekerja di bidang keuangan yang bertugas mencatat keuangan perusahaan dan gaji karyawan, Julia mempunyai posisi yang cukup penting dan akses untuk mengetahui ke mana arus dana perusahaan.

Sudah beberapa hari ini ia melakukan penyelidikan. Sangat berhati-hati, seperti permintaan Barbara, Sang Kakak. Karenanya, langkah yang pelan tapi pasti adalah kunci. Jika ia gerasak-gerusuk, pergerakannya pasti akan terlihat mencurigakan. Terlebih, Julia juga memang tidak biasanya membuka data arus pergerakan keuangan perusahaan. Dia memang memiliki akses terhadap arus dana tersebut, tapi itu semata-mata untuk mendukung pekerjaan utamanya yaitu mengatur gaji karyawan.

Bisa dilihat di layar yang ada di depannya, bahwa sebagian arus profit perusahaan setelah melaksanakan kewajibannya seperti menggaji karyawan, biaya pemeliharaan aset dan lain-lain, dana yang tersisa digunakan untuk pengembangan aset, atau investasi. Di situlah Julia tahu kalau apa yang ia cari ada di dana investasi perusahaannya. Tapi sekali lagi masalahnya, sebagai karyawan biasa yang tugas utamanya mengatur gaji karyawan, mengakses dan ingin tahu tentang hal itu dapat menimbulkan kecurigaan.

Julia sengaja datang pagi-pagi agar tidak ada orang di ruangan dan dia bisa menjalankan aksinya. Satu per satu data investasi perusahaan dia baca dan dia periksa. Tidak ada yang mencurigakan. HD corp, tempatnya bekerja ini memang punya banyak anak perusahaan, dan sebagian keuntungannya ini diinvestasikan lagi untuk membangun anak perusahaannya agar semakin berkembang.

"Hiddenview ..." Gumam Julia yang ingat akan ucapan Barbara. Jika ada satu hal yang dapat menjadi kunci sisi gelap HD corp dan segala tindakan bisnis ilegalnya, maka Hiddenviewlah jawabannya.

Fakta kalau perusahaannya ini membangun situs streaming ilegal sebenarnya cukup membingungkan Julia. Mau bagaimanapun, yang namanya perusahaan tujuan utamanya adalah keuntungan. Lantas, dengan membangun situs streaming ilegal seperti itu, memangnya ... menguntungkan? Harusnya menguntungkan, bahkan bukan hanya sekedar menguntungkan tapi membawa banyak sekali keuntungan kepada HD Corp. Karena, itu bisnis ilegal. Jika tidak jauh lebih untung dari bisnis yang legal, maka buat apa melakukan sesuatu yang ilegal seperti itu?

Kalau memang HD Corp mengejar uang atau keuntungan, bukannya banyak bisnis model lain? Yang legal? Seperti membuat media sosial yang baru? Julia yakin, dengan aset yang dimiliki HD Corp, perusahaan itu dapat melakukannya. Tapi ... Kenapa? Kenapa membangun situs streaming ilegal yang mungkin keuntungannya tidak seberapa karena penontonnya pasti tidak sebanyak situs streaming pasaran? Lalu ... Kenapa repot-repot menjalankan sebuah event yang memakan biaya besar sampai membangun kota dan mengembangkan pulau kalau tidak ada keuntungan uangnya?

Apa Julia yang terlalu bodoh untuk mengerti, atau memang HD Corp, terutama para petinggi perusahaan itu memiliki alasan tersembunyi diluar sebatas uang?

"Hmh?" Lalu, Julia tiba pada sebuah laporan keuangan yang mencurigakan. Jumlahnya bukan main-main. Ratusan, bahkan hampir miliaran dollar mengalir dalam arus sungai keuangan menuju ke sebuah hilir.

Tidak tercatat secara spesifik untuk apa dana sebanyak itu, yang jelas dana itu dialirkan ke sebuah anak perusahaan baru yang mamanya belum ada. Julia lantas melanjutkan penyelidikannya. Aliran dana itu sudah ada bertahun-tahun lamanya, dan jika aliran dana itu dipakai untuk membangun sebuah anak perusahaan maka anak perusahaan itu seharusnya sudah berdiri sekarang. Tapi di laporan keuangan itu, tidak tertulis apa pun tentang anak perusahaan baru itu.

Hanya tercatat untuk pengembangan server, dan ... "I- ini dia!" Julia membaca dengan seksama, bahwa sebagian besar aliran dana untuk anak perusahaan misterius itu dipakai untuk biaya transport barang ke sebuah pulau di samudera Atlantik. Pembelian kamera dan kabel dalam jarak jauh juga jumlahnya bukan main-main. Pembelian drone, senjata, obat-obatan. "Ini dia! Ini aliran dana Hiddenview!"

Julia juga melihat darimana sumber dana Hiddenview dan memang seperti dugaannya, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Sumber dana investasi Hiddenview ini memang sebagian besar berasal dari bisnis resmi HD Corp, namun ada kejanggalan. Jumlahnya tidak sesuai. Jika diilustrasikan dari satu miliar dollar dana untuk mendirikan Hiddenview, dana dari bisnis resmi HD Corp hanya sekitar tiga puluh persen. Lantas, tujuh puluh persennya berasal dari sesuatu yang lain.

Sesuatu inilah yang dapat digunakan Julia serta Barbara untuk dapat menumbangkan korporasi besar seperti HD Corp. Julia yang tidak sabaran langsung memasukkan flashdisk untuk mengambil data tersebut. Apa pun 70% sumber dana Hiddenview ini, terlalu berbahaya kalau ia membukanya di kantor dan terlebih sekarang waktu terus berjalan.

"Julia?"

"I- Iya pak!?" Julia langsung kaget begitu tiba-tiba ada yang memanggilnya. Suara berat itu datang dari belakang, dari Sang Atasan di bagian keuangan. Sial ... Gumam Julia yang sekarang berwajah pucat dan berkeringat panik. Sejak kapan atasannya itu ada di belakang sana!? Apa jangan-jangan daritadi dia melihat tindak-tanduk Julia yang membongkar laporan keuangan!?

"Lagi melakukan apa kau?"

"Ah! I- ini ..." Julia tercekat. Benar-benar sial. Pertanyaan itu seakan menjebak. Kalau misalkan atasannya itu tahu apa yang dilakukan Julia daritadi, maka berbohong adalah sebuah hal bodoh yang hanya akan mengkonfirmasi rencana dan niat Julia. "S- saya ..." Julia mengintip ke layar komputer yang sekarang memang ia pasang badan untuk menghalangi pandangan atasannya ke sana. Di layar, ia melihat kalau laporan keuangan yang disalinnta masih butuh beberapa menit lagi untuk selesai. "Saya sedang memeriksa keuangan terkait gaji Pak." Jawab Julia dengan mata yang tak sanggup menatap balik pandangan Sang Atasan.

"Oh begitu? Akhir-akhir ini kau sering sekali datang pagi ya."

"Ahaha, iya pak. Datang pagi biar pulangnya juga cepat Pak, hehe..." Sang Atasanpun berjalan ke dalam ruangannya. Julia langsung cepat-cepat mengamankan data yang disalin dan menyimpan flashdisknya itu ke dalam tas.

"Aku menemukannya!" Ketik Julia dengan begitu bersemangat. Ia langsung melapor, memberi pesan kepada Sang Kakak. "Aku menemukannya! Aliran dana tidak wajar yang dipakai HD Corp untuk membangun Hiddenview Kak! Semua aliran dana ilegal mereka terdata di sini!"

Barbara yang menerimanya pun juga sangat antusias. Perempuan itu sampai hampir terjatuh dari kursi kerjanya begitu menerima kabar itu dari Julia. "Bagus! Sepulang kantor nanti ayo bertemu di cafe yang kemarin!" Setelah pesan itu dikirim, masing-masing dari Julia dan Barbara menghapusnya untuk menghilangkan jejak.

Julia pun berencana menunggu hingga jam kantor selesai. Sekitar jam 5 sore. Sekarang masih siang, baru saja lewat jam makan siang. Masih ada beberapa jam lagi sebelum ia dapat berlari pulang dan menuju cafe di kota. Tapi ... sesuatu di dada Julia bergetar. Perasaannya tidak nyaman. Terutama setelah mendapati atasannya tadi pagi ada di belakangnya. Ia menela ludah dan sungguh, batinnya tidak tenang.

Ia menatap flashdisk berisi laporan keuangan busuk milih HD Corp itu. Jika seandainya ... mereka menemukan benda itu di tasnya, maka Julia pasti akan habis. Mungkin ini intuisi wanita, yang mengatakan ada angin jahat yang segera tiba. Julia lantas pergi ke toilet, kemudian menyembunyikan flashdisknya itu di belakang toilet duduk. Ada sebuah celah di sana, dikapit di antara selang pengantar air. Flashdisk itu dimasukkannya ke sana.

"Julia," benar saja, setelah Julia kembali dari toilet, Sang Atasan ada di meja kerjanya. "Bisa ikut saya sebentar?"

Tangan dan kaki Julia gemetaran. Melangkah mengikuti atasannya saja hampir tidak bisa. Tapi, jika ia terlihat gugup, ia tahu itu justru akan membawa masalah. Akhirnya, Julia menelan ludah dan menarik nafas dalam-dalam, sepanjang jalan ia mengikuti atasannya untuk tetap tenang.

Mereka kemudian tiba di depan sebuah pintu kayu besar yang ada di lantai paling atas. Lantai 99. Julia tahu ini ruang apa. Ini adalah ruangan para petinggi HD Corp. Pegawai keuangan biasa seperti dirinya tidak pernah ke sana! Bahkan, atasannya ini saja bisa dihitung dengan jari pergi ke lantai 99 ini. "A- ada apa Pak?" Tanya Julia dengan jantung yang terus berdetak tak karuan.

"Tuan Elric ingin bertemu denganmu."

Sesaat setelahnya, sekretaris di depan ruangan Elric membukakan pintu. Julia beserta Sang Atasan melangkah masuk. Di dalam, seorang pria berambut pirang dan bermata biru muda menyambut. "Jadi ini Julia?" Elric berdiri lalu menjabat tangan Julia. Seperti seorang gentleman, Elric juga mencium tangan Julia sebagai sapaan. Julia tak tahu harus menanggapinya seperti apa. Perasaannya berkecamuk, gugup dan takut. Ia pun hanya terbata-bata mengangguk bingung. Apalagi aura Elric benar-benar menekan, seakan menunjukkan kalau mereka adalah dua insan manusia yang level kastanya berada jauh.

"Kau sangat cantik. Apa kau sudah menikah?"

"H- huh?" Julia sempat kaget mendengar pertanyaan dadakan itu. "I- iya, saya baru menikah beberapa bulan yang lalu Pak..." Julia mengangguk.

"Hmmm... Sayang sekali." Elric menatap Julia naik turun. Rasanya sungguh menyeramkan, seakan-akan membuat Julia terbongkar pasang menghadapi tatapan mata biru langit itu. "Oke, karena saya sibuk langsung saja ke intinya." Tangan Elric naik dan membelai rambut Julia, "Apa yang kau lakukan tadi pagi, nona Julia?"

Mata Julia terbuka lebar dan jantungnya berhenti berdetak sejenak seakan mau jatuh ke perut. Sungguh, ia hampir pingsan mendapati kalimat itu dari Elric. "A- Sa- Saya tidak mengerti apa maksud Bapak." Sahut Julia setelah menelan ludah.

"Jangan pura-pura bodoh. Pak August memberitahuku," Elric menatap atasan Julia. "Kau melihat-lihat laporan keuangan perusahaan ini hm? Kau mau apa? Bukannya kau hanya pegawai yang mengurusi urusan gaji karyawan?"

Julia benar-benar terdiam telak. Benar memang dugaannya kalau atasannya tadi pagi melihat apa aksinya. Ia melirik ke August, Sang Atasan dan tampak jelas kalau pria itulah yang melaporkan aksi Julia ke Elric. "Kau mau macam-macam?"

"Ti- tidak Pak! Saya tidak tahu apa yang Bapak bicarakan!" Julia menggelengkan kepala.

"Kenapa? Aku yakin bukan karena gajimu yang kurang, bukan? Atau kau tidak betah dengan suasana perusahaan ini? Kenapa kau mengendus-endus sesuatu yang bukan urusanmu?"

Julia tak bisa menjawabnya. Pahanya yang gemetaran lantas semakin kacau ketika ia mengompol saking takutnya. "Hmh!" Elric pun terkekeh melihat itu. "Kau tahu? HD Corp adalah salah satu perusahaan tersukses di dunia? Yang itu berarti ... aku adalah salah satu orang paling berkuasa di muka Bumi ini." Bisik Elric ke telinga Julia yang sontak membuat Julia bergidik dan tertunduk. "Kau mau cari gara-gara denganku, nona Julia sayang?"

"Ti- tidak! Sa- saya tidak melakukan apa-apa! Saya hanya memeriksa laporan keuangan untuk kepentingan gaji karyawan!"

"JANGAN PURA-PURA BODOH KAU JALANG!"

"Aaakkkhhh!" Julia ditarik dan didorong hingga terjatuh. Tak cukup sampai di situ, Elric juga menyetrum Julia dengan stun gun dan membuat Julia kelabakan seperti ikan di permukaan. "Aaagghhhh!" Tubuh Julia bergidik-gidik kejang mendapat aliran listrik. Sakitnya seperti dibakar hidup-hidup. Dan kemudian, seluruh syaraf ototnya pun tak mendengar perintah otaknya. Ia lumpuh sesaat dan tak dapat melakukan apa-apa ketika Elric mulai melucuti satu per satu pakainnya.

Julia ingin berteriak, lalu mengamuk. Menendang pria berambut pirang itu menjauh, tapi tubuhnya sama sekali tidak merespon. Kemeja kerja dan roknya dilepas lalu dilempar Elric ke sudut ruangan. Tak perlu waktu lama hingga pakaian dalam Julia juga ikut berceceran. "Mmmmmhhhhh!" Menggelengkan kepala saja tidak bisa apalagi menendang Elric. Lantas, ketika kejantanan Elric mulai memasuki lubang kehormatannya, Julia pun terbelalak. TIDAAAAAK! Teriakannya yang terpendam membuat lehernya berurat-urat, tapi itu justru membuat Elric makin menggebu-gebu.

*****

"Nnghhhhh!"

"Jangan bergerak. Kau terluka cukup parah," mendengar suara itu, Macaroni menekan kepalanya. Kesadarannya belum kembali seutuhnya, tapi ia kenal dengan suara yang mengoceh barusan ketika ia baru bangun. Itu Lasagna. Pria tua itulah yang tampaknya membawa Macaroni kembali ke gua lalu merawat luka-luka di tubuh Macaroni. "Kau beruntung masih hidup dan kita punya supply medis, kalau tidak pasti kau sudah kehabisan darah."

Macaroni menunduk dan melihat tubuhnya penuh perban. Lilitan kain halus itu menutupi luka-luka di dada, perut dan paha. Sebagai pemilik tubuh, Macaroni ingat luka apa saja itu. Anak panah, tebasan serta tusukan pisau. Bergerak saja rasanya mati rasa dan lemas. Benar ucapan Lasagna, jika pria tua itu tidak menemukannya sudah pasti Macaroni akan kehilangan banyak darah.

"Apa yang terjadi?" Tanya Lasagna.

Namun, sesaat sebelum menjawab Lasagna, Macaroni yang melihat sekeliling dibuat kaget dan heran ada kehadiran banyak manusia lain di gua mereka. "Siapa mereka?"

"Ceritanya panjang, tapi mereka bukan musuh. Nona ini teman nona cheese, dan kami sepakat untuk membuat aliansi sementara."

Macaroni menatap Frisja yang sedang berkumpul dengan kelompoknya di depan. Saat ini, ada dua orang yang terluka di antara mereka, Macaroni dan Drian, walau Drian terluka cukup parah, tapi tidak ada apa-apanya dibanding Macaroni. Lasagna sendiri, sebagai dokter merasa kaget Macaroni masih bisa selamat. Entah Macaroni ini sangat beruntung, atau memang tekadnya untuk hidup begitu kuat.

"Lalu? Kenapa kau membawa mereka ke sini? Kau pikir gua kecil ini muat untuk mereka semua? Atau kau mau kita semua berdesak-desakan di sini?"

"Mereka ... tidak punya tempat untuk bernaung, jadi mereka kuajak kemari."

Macaroni menatap Lasagna tajam. Ada sesuatu yang aneh. Bukan hanya dari cara Macaroni yang dapat membaca Lasagna tapi juga dari keterangan yang diberikan Lasagna. "Jadi, kau beraliansi dengan mereka karena si Ayaka mengenal perempuan berkulit coklat itu? Atau ada alasan lain?" Macaroni mendapati tatapan Lasagna ke arah Hailey. Ia yang melihat Hailey dan membandingkannya ke Lasagna pun mulai sadar ada sebuah kemiripan di antara keduanya. "Tidak... Tidak... Hahaha, jangan bilang kalau dia anakmu?"

Lasagna tidak menjawabnya. Awalnya ia tidak ingin memberitahu Macaroni soal hal itu mengingat bagaimana kelakuan Macaroni, sebagai seorang Ayah, jelas ia ingin menjauhkan Hailey sejauh mungkin dari Macaroni. "Bagaimana dengan yang lain? Apa kau bertemu Nona Cheese dan Pizza?"

Macaroni sadar betul Lasagna berniat mengalihkan pembicaraan, tapi memutuskan untuk mengikuti arus saja. "Ya, aku bertemu mereka. Di sini, di gua ini, sedang bercinta mesra padahal ada anak suku pedalaman itu menonton."

Seketika Lasagna terdiam. Dia benar-benar lupa soal Kasa! Benar juga! Ayaka dan Andrew menghilang bersamaan dengan Kasa! Tapi, sepertinya rasa penasaran dan khawatir Lasagna tak perlu berlarut-larut karena orang ini, Macaroni, tahu apa yang terjadi. "La- lalu, apa yang terjadi?"

"Si kacamata aneh dibawa oleh suku pedalaman itu ke desa mereka. Benar-benar ide yang cemerlang membawa bocah suku pedalaman itu ke tempat persembunyian kita."

Lasagna tidak menjawab apa-apa soal itu. Memilih diam dan tidak berkomentar.

"Lalu itu membuatku repot karena harus mengantar Nona kita ke desa suku pedalaman itu. Sesaat sebelum kami menyusup ke desa, aku dan dia terpisah karena ada tim hitam dari ronde sebelumnya. Tapi, kalau ditanya di mana Nona cantik kita itu ..." Macaroni tertunduk, tampak mengingat momen di mana ia dan Ayaka terpisah, untuk mengkonfirmasi apa yang sudah terjadi. "Kurasa dia sudah berhasil masuk ke desa suku pedalaman itu, dan bagaimana nasibnya sekarang? Entahlah." Macaroni mengangkat bahu.

Mendengarkan cerita itu membuat Lasagna menelan ludahnya. Perkiraan mendapat rasa lega setelah mengetahu apa yang terjadi, tapi justru perasaan khawatir itu semakin menjadi-jadi. "Jadi, Nona Cheese dan Pizza sekarang ada di desa suku pedalam di tengah pulau ini?" Macaroni menganggukinya.

Lasagna lantas mengerti darimana luka-luka Macaroni itu berasal. Pastilah dari pertempurannya melawan tim hitam dari ronde sebelumnya. Sungguh keajaiban, atau memang kemampuan Macaroni yang tidak bisa dianggap remeh karena sudah berhasil selamat dari tim hitam itu seorang diri. "Bagaimana dengan tim hitam itu?"

"Jangan khawatir, markas mereka jauh di utara. Mereka tidak akan ke sini dalam waktu dekat. Apa?" Tanya Macaroni mendapati tatapan Lasagna yang tidak pergi-pergi dari dirinya. "Kau mau tahu bagaimana aku selamat? Itu cerita mudah."

Lasagna lantas menggelengkan kepalanya. Entah kenapa ia bisa membayangkan bagaimana kejadian itu terjadi. Macaroni ini bukan orang sembarangan. Dia bukan warga sipil yang tak biasa bertarung dalam situasi hidup dan mati seperti dirinya. Pastilah, instingnya yang sudah terlatih membuat Macaroni tahu harus melakukan apa tiap detiknya agar bisa selamat. Seperti berlari di antara sela-sela pohon untuk menghindari pemanah, atau nekat melompat ke jurang dan membuat pengejaran berhenti. Mungkin karena itu juga, Lasagna menemukan Macaroni ini tidak jauh dari lokasi jurang tempatnya terjatuh kemarin.

Continue Reading

You'll Also Like

5.5K 393 6
18+ Brendon bukan indigo, tapi dia tiba-tiba bisa liat hantu! Hanya satu hantu yang bisa berkomunikasi dengannya begitupun sebaliknya. Hantu bapak-ba...
3.9K 149 22
PERINGATAN 21+ Entah apa yang dimimpikan Tanaya semalam? Apakah dia mendapat keberuntungan? Atau Kesialan? Secara tak disangka dia harus bertemu dan...
55.2K 4.6K 74
Tokyo Noir Familia salah satu keluarga Mafia di kota TokyoVerse.Dipimpin oleh Rion Kenzo yang dipanggil dengan Papi dan Caine Chana yang selalu dipan...
161K 14.3K 20
Bagaimana rasanya dikhianati oleh orang yang kita cintai? sakit? tentu saja.... Hinata mengalami itu. Namun menangis bukanlah solusi, Hinata mencoba...