Descendant (Sad Story Vkook)...

By elmi_wirastiti30

136K 10.1K 1.8K

"Hyung kenapa kau membenciku? Sebesar itukah kau membenciku? Hingga kau ingin membunuhku dengan teman kesayan... More

PROLOG
Beginning (Part 1)
Hyung (Part 2)
Tears and Smile (Chapter 3)
Tears (Part 4)
Loyalty (Part 5)
Enemy (Part 6)
Look Me Hyung (part 7)
Fire (Part 8)
Second (Part 9)
Limitless (Part 10)
perhatian ini penting (30/11/2017) 😭😭😭😭
Waiting For Secret (Part 11)
A Secret, Believe? (Part 12)
I Don't Know (part 13)
When You Meet Dark? (14)
Analogi (15)
Break Dawn (16)
Love Yourself, Please (chapter 17)
Blood on Fight (Part 18)
Drag Me Down (Part 19)
Revenge (20)
Sweet Psychopat (21)
Magic Door (22)
So my Lie (23)
I want all of these ends (24)
Adventure Time (25)
when fate says now (26)
the heirs (27)
the enemy is real and God is just (28)
Celebration pending (29)
Do You Want? (30)
When You Look Me (31)
Extradionary (32)
I hate this day (33)
When Did You Come? (34)
nightmare (35)
The Legend (36)
core (37)
Good Liar (38)
Omelas (39)
Save (40)
half destroyed (41)
Bad Dream (42)
Promosi anak baru ✓
When These Eyes are Swollen (43)
time to start (44)
Rival (45)
mysterious (46)
I am weak (47)
deadly explosion (48)
Breaking Dawn (49)
Not Today (50)
Angry Mom (51)
Kim Taehyung (53)
Latitude (54)
Last Wait (55) [END]✓

Inheritance and Will (52)

796 71 2
By elmi_wirastiti30

"Manusia butuh keajaiban. Bukan hanya sekedar berusaha sampai kepalanya rasanya sakit."

.

Definisi kegagalan ialah, saat kau berusaha keras sampai seluruh dunia melihat. Lalu kau mendapatkan musibah besar hingga kehilangan separuh harta yang kau punya. Sehingga usaha yang kau lakukan apapun itu seolah tiada guna. Itulah nama begitu jelas sebuah kegagalan yang harmonis.

Orang akan melihatnya, tanpa mau tahu kalau kau awalnya melangkah dengan susah payah. Keyakinan dan kelakuan sempat di tentang, membuat mental yang dibangun semakin suram. Itulah yang Hoseok cium baunya tepat di suasana sekarang.

Melihat bahwa Hera sudah membunuh seseorang di sana. Ayah dari kakak malaikat, dimana dia jauh lebih manusiawi dan baik hati ketimbang ayahnya. Hoseok merasa kalau Seokjin akan lebih hancur dan memberikan sumpah serapah lebih tegas lagi.

"Kedatangan mu sangat aku tunggu. Kau punya frekuensi yang bagus dan membuatku bisa mencium bau dari kemenangan yang manis." Wanita itu hanya menutupi separuh kebenaran saja mengenai dirinya. Hoseok merasa yakin kalau Yoongi tidak akan menjerumuskan Jungkook pada kekalahan. Dia memang terluka, tapi sakitnya sementara karena dalam tekadnya dia ingin mengakhiri permainan ini. "Tidak, kau tidak akan merasakan manisnya. Semua perbuatan mu akan menjadi karma. Bahkan aku bisa pastikan kalau kau sudah dibuang dalam keluarga ini." Kata-kata yang bagus karena dia baru saja mempreteli pistol milik wanita itu dengan kedua tangannya.

Akan lebih baik jika berkelahi tanpa menggunakan senjata. Tipikal pria tanpa kata pengecut dalam dirinya. Hera menyukai pilihan dari suaminya juga mantan sahabat karibnya.

"Aku tidak berniat membunuhmu. Tapi kenapa kau seperti memaksakan diri menjadi sapi percobaan? Apakah kau bisa lihat semua ruangan ini? Sekeras apapun kau ingin keluar, tempat ini akan meledak sayang." Kata manis di akhir. Semua pemandangan ini tiada akhir. Hoseok mengumpat kata kasar dalam hati, ludah dia telan susah payah. Ini bukan jalur potensi yang dia punya.

"Kau ingin membunuh semua orang?" Hosoek mengerti bahwa sekarang wanita di depannya sangat gila. Saat ini, dia ingin sekali menghabisinya walaupun dalam hitungan dia termasuk sanak keluarga tuannya. "Tidak. Aku dan anakku akan bahagia, begitu pula denganmu. Karena kau dan lainnya akan pergi ke surga bersama-sama hahahaha!" Tertawa keras, mundur beberapa langkah saat dia tersenyum dengan miring.

"Kalian bisa habisi dia. Sementara itu aku ingin ke atas. Menemui seseorang yang akan membuat tahta ini terus berjalan." Menepuk tangan perlahan, dua orang yang bersembunyi di balik dinding keluar dengan kedua tangan memegang rantai begitu erat dalam cengkraman nya. Hoseok mendapatkan dua lawan tangguh berbadan besar. Tak memungkiri bahwa dia harus ekstra berjuang. Mengambil sabuk celana di pinggangnya dan melingkarkan kain tebal itu di tangannya.

"Sial, aku sangat sibuk. Semoga saja Yoongi dan lainnya berhasil."

Hoseok punya dua tugas sekarang. Dia harus menjinakkan dua ancaman yang terjadi sekarang. Satu ancaman adalah dua manusia di depan sana, lalu yang kedua adalah bom yang melekat hampir satu rumah. Mendadak dia berfikir kalau seluruh bom ini mempunyai pemicu besar dan paling utama di bagian tempat. Lebih utamanya adalah, saat dia sudah menebak bisa saja remote kendali itu dibawa oleh Hera.

"Kau akan mati. Aku akan jamin kalau orang sepertimu akan berada di liang kubur." Ancaman itu ada, saat dia terlalu sombong. Hingga pada akhirnya Hoseok mendapatkan satu penemuan baru dalam hidupnya. "Baiklah, aku tidak akan melarang kalian. Aku lihat sejauh mana kalian bisa melawanku." Tidak ingin sombong, Hoseok menghindar kala ada kaki melayang mengenai kepalanya.

Target itu juga berada di bagian perutnya, dua kali dia mundur ke belakang dan membuat tubuhnya masih bisa dikatakan aman dari serangan. Seseorang tertawa dengan senangnya, saat dia mengenai bagian lengan Hoseok sampai pengawal itu meringis menahan sakit.

"Ampuh, kau lumayan juga." Dalam satu layangan tangan, menggunakan sikutnya Hoseok membuat mundur beberapa langkah pria dengan badan besarnya. Lalu menggunakan kakinya yang untuk menendang ke belakang saat ada kesempatan. Hal itu membuat kedua pria disana menjadi kewalahan, apalagi pemuda itu masih cekatan walau terluka lumayan parah. "Rasakan itu, aku tidak terima dengan serangan kalian!" Sentak nya kuat dengan membuang ludah bercampur darah saat dirasa menyakitkan.

Ada kepalan tangan mengenai bibirnya hingga mengakibatkan dia merasa perih akhirnya.

Hoseok tidak terlalu fokus karena suara kecil dari beberapa bom yang menempel di sekitar rumahnya. Ini bukan bagian mudah, dia butuh seorang manusia yang handal dalam masalah ini. Seokjin contohnya karena dia yakin kalau pemuda itu bisa mematikan pacu bom di sini.

Dengan kedua tangannya dia menahan tendangan mereka. Dia menutup mukanya dengan lengan tangan itu, sama halnya dia terjepit sendiri dalam pandangan lirikan ke belakang. Punggungnya di tahan oleh kayu yang di cat dan dipasang dengan rapi. Pagar pembatas itu menjadi salah satu benteng untuk dia selamatkan diri. Semakin dia menahan serangan mereka, semakin lemah juga di bagian tulang punggungnya.

Hoseok hampir jatuh dengan kepala melayang, menahan diri untuk tidak menyentuh lantai sebisa mungkin. Raut wajahnya tidak merasa takut, dia hanya khawatir kalau dia mati sebelum menjalankan tugas secara penuh. Kewajiban dan sumpahnya tidak akan berarti, seseorang akan menangis di sekitar makamnya. Dia tidak ingin hal itu terjadi sampai detik ini juga.

"Aku akan bunuh kau! Ku bunuh kau!" Gertaknya. Tangan itu juga mengeluarkan pisau diantara lengan bajunya. Memberikan semburat kilau yang memantulkan cahaya dari lampu di ruangan itu. "Dalam mimpimu!" Dalam satu gerakan, tangan itu dipaksa walau terpelintir. Membuat tubuh itu terpental ke belakang akibat gerakan membanting musuh. Satu orang langsung tewas jatuh dari ketinggian sepuluh meter dengan darah keluar dari belakang kepalanya.

Pria dengan tubuh besar itu menggunakan belati yang tersembunyi di belakang jasnya. Itulah kenapa Hoseok terpaksa mengambil pisau kecil itu sebagai bentuk perlindungan nya. "Selama aku masih bisa bernafas, aku akan pastikan kalau diriku sendiri bertahan dan kau tidak." Hembusan nafas pelan keluar dari lubang hidungnya. Menetralkan otak dan seluruh darah di setiap urat bagian tubuhnya.

Hoseok adalah pengawal terlatih, semua yang dia jalani bukan permainan. Untuk apa dia kalah dengan tentara yang menjelma menjadi mafia. Kalau dia seperti ini dan kalah hanya karena luka di tangan kanannya, sama saja dia menjatuhkan harga dirinya dan mau mencium kaki Kim Taehyung.

Sungguh!

Dia tidak mau hal itu terjadi dalam hidupnya. Lebih baik dia mencium atap rumah ini ketimbang kaki pemuda yang sombong dan mengatakan kalau dirinya adalah adiknya.

"Keterlaluan!"

Hoseok mengumpat dengan keras. Saat halusinasi mengenai dirinya yang menjadi budak ayahnya di masa kecil terlintas. Ini bukan hal tepat dia ingat masa lalu, apalagi saat sesuatu membentur dinding rumah ini. Kesempatan baginya untuk menjadikan lawannya jatuh, dia dan kedua kakinya melipat kuat diantara leher dan mencekiknya.

"Kau yang akan mati!" Diantara marah dan kesal, ini hal wajar. Bahkan kedua tangannya mencengkram kuat leher itu sampai kedua mata di bagian kelopak matanya menjadi melotot. Hoseok seperti pembunuh psikopat yang kejam. Keluar dari jalur biasanya, saat dia membunuh secara elite seperti biasa, sebagai seorang pengawal.

.

Taehyung ingin sekali memuntahkan semua makanan dari dalam perutnya. Saat ini dia tidak ingin mendengar alasan apapun mengenai ayahnya juga ibunya. Taehyung juga tidak ingin membuang nasibnya pada ibu seorang penjahat.

Seokjin tidak berbohong kali ini. Saat gulungan kertas itu keluar dari kantung bajunya, menunjukkan pada dirinya yang juga punya hak sama.

"Aku temukan gulungan ini di lemari ayah. Kurasa ini lebih pantas untukmu, ketimbang aku membawanya kemana-mana. Memang ada hal yang harus kau tahu karena aku punya alasan lain. Mungkin ayah akan memenggal kepalaku, tapi ini sepadan. Lebih baik seperti ini daripada aku harus menelan dosa ayahku padamu juga keluargamu, Taehyung." Seokjin berani bersumpah atas nama Tuhan, kalau dia tidak pernah melakukan kebohongan sepenting ini.

Inilah yang membuat Taehyung yakin dalam diam. Saat dia tahu bahwa kakaknya bukan penakut biasa. Dia takut pada saat melakukan kebohongan, tapi seperti saat ini. Ucapan yang dia katakan bisa digolongkan sangat jujur.

"Jika sudah selesai lebih baik segera masuk. Ibumu bisa saja menghancurkan satu rumah ini dalam satu jam lagi. Kalau kau sayang pada adikmu, kau memilih saat ini. Pewaris sesungguhnya adalah dirimu. Jungkook adalah pendukung kedua, kalau kau bijak. Maka semua akan baik saja, karena semua sudah tertulis di surat wasiat kakek kita. Ayah dari kedua orang tua kita Taehyung." Pergi dengan mata mantap, kepala yang langsung di tutup oleh tudung jaketnya.

"Jin Hyung, apa kau berharap aku berubah?" Kedua mata Taehyung menajam dengan bagian mata melirik ke belakang sana. Taehyung melihat bagaimana pemuda tampan itu mengulas senyum santai, seolah semua akan baik saja jika dia tidak membuat alasan begitu banyak. "Terserah padamu. Aku harap kau bisa mengerti, kalau saja kau itu beruntung. Maka Tuhan akan merestui setiap langkah yang kau lakukan. Pedoman ada pada dirimu, seperti biasa. Aku hanya memberimu saran seperti biasa, seperti masa lalu Taehyung." Entah kenapa di dalam dadanya terasa sangat menenangkan saat dia mengatakan hal ini.

Seperti sesuatu yang baik akan datang dalam sekejap. Bayangan akan dirinya menghilang bersamaan dengan lampu rumah yang padam. Para musuh ingin membunuh mereka dengan cara lebih sadis dan tenggelam jauh dalam bayangan di dalam rumah. Membuat beberapa lawan mereka putus asa sebelum peluru menancap dalam jantung mereka.

Ini masalah teknis, Seokjin mampu mengatasinya. Taehyung yang masih berdiri disana dalam keadaan waras mendapati bagaimana surat wasiat yang sebenarnya ada pada tangannya.

"Ayahku membuat Jungkook sebagai penerima kedua. Tapi, di satu sisi aku adalah pewaris sesungguhnya. Kalau begitu tanpa Jungkook ketahui dia seperti benteng yang membohongi para musuh, justru adikku sendiri yang melindungi ku." Taehyung mulai berfikir secara logika. Bahwa dia tidak tahu apapun hal ini, jika ibunya dan ayahnya menikah belum secara sah. Artinya dalam hal warisan posisi Taehyung hanya sebagai bayangan meski dia anak kandung ayahnya.

Jungkook sah, lantaran kedua orang tuanya mempunyai data pernikahan jelas. Tidak seperti dirinya yang seperti status digantungkan oleh negara.

Taehyung segera membukanya, setelah dia mencari tempat aman. Jika Seokjin menyimpan bukti seperti ini cukup lama. Bukan berarti kertas ini yang memungkinkan untuk dicari bukan?

"Kakek..."

Serunya di dalam hati. Saat ini dia tidak mencoba egois atau semua akan begitu buruk. Tulisan tangan pria yang dulunya selalu mengajak dia bermain, bersama Jungkook pula menjadi salah satu bukti peninggalan berharga darinya. Tulisan tangan latin menggunakan bahasa Inggris, karena ini men-cangkup bagian dari perusahaan internasional juga.

"Aku menjatuhkan semua warisan di bagian Utara untuk cucu pertamaku Kim Taehyung, mempercayakan hampir seluruh perusahaan dan cabangnya. Kepada salah satu cucu yang aku yakinkan mampu mumpuni di segala bidang termasuk bisnis." Taehyung membaca bagian pentingnya diantara narasi panjang disana. Kembali dia melihat ada nama Jungkook di paragraf limanya.

"Kim Jungkook, aku wariskan dia pulau kecil dengan satu rumah besar di kawasan Samyung. Tempat dimana dia bisa membuat cabang perusahaan sesuai keinginannya. Begitu pula rumah ini, selama anakku Kim Minseok masih hidup maka rumah ini juga menjadi hak dari si bungsu Kim Jungkook."

Taehyung paham.

Dia mendapatkan bagian hampir seluruh perusahaan, kecuali rumah. Lalu adiknya mendapatkan rumah besar ini dan juga pulau kecil yang dulu dia datangi bersama adik juga kakeknya. Taehyung ingat kalau kakeknya akan memberikan bagian terpenting untuk kehidupan kedua cucunya, tapi dia tidak pernah tahu apakah itu.

Sekarang sudah jelas. Taehyung mendapatkan bagian penting karena ini juga mencangkup ratusan karyawan yang bekerja di perusahaan milik ayahnya. Sebenarnya ayahnya menjalankan saja sebelum kedua putranya siap.

Tapi,

Karena ada begitu banyak orang menginginkan tahta ini membuat ayahnya sempat depresi dan kaku.

"Jadi ini alasan eomma dan juga paman memintaku bergabung dengan mereka. Kalau aku bersama mereka, akan dapat bagian dari surat ini. Lalu Jungkook..." Taehyung memikirkan nasib adiknya. Di dalam hatinya tercipta sebuah ungkapan singkat.

"Jika mereka sudah mempengaruhi diriku secara penuh tanpa tahu fakta sesungguhnya. Adikku akan mati di tangan keduanya."

Ini tidak boleh terjadi!

Taehyung menelan ludah dengan cepat saat dia tahu semua ini. Hanya tinggal cap keluarga dan membutuhkan pengacara. Maka semua akan selesai dan harta ini bisa seratus persen jatuh di tangannya. Tapi saat Taehyung kemungkinan berhasil dalam mengembangkan kesempatan bisnis, bisa jadi pamannya akan membunuh dirinya juga ibunya. Atau paling mengerikan adalah justru ibunya yang membunuh putranya hanya untuk mendapatkan posisi itu.

Licik!

Taehyung sudah tahu jalan permainan bajingan ini. Ayahnya tidak salah, ibu dari adiknya juga tidak tahu apa-apa. Dia mendapatkan bisikan setan untuk membunuh adiknya, rupanya setan itu adalah ibunya yang jahat. Taehyung ingin menolak kebenaran ini, justru bukti datang sendiri dan mengancam bahwa kebenaran tidak akan pernah menjerumuskan seseorang.

"Aku tidak percaya kalau eomma ku akan..."

Tes...

Tes....

Jatuh sudah air mata itu. Kedua pipinya basah dengan kelopak mata yang bisa dikatakan sembab. Semakin dia jauh berlari dalam sebuah kebenaran, semakin dia memahami bagaimana perasaan adiknya sekarang ini.  Jungkook hanya tahu tanpa dia mengetahui di belakang layar, dia seperti boneka umpan yang hidupnya tidak akan tenang walau pengawal selalu menjaganya. Jungkook menjadi bayangan dimana Taehyung adalah sebenarnya penguasa.

Seorang kakak menjadi sekarat batin dan raga ketika tahu hal sebesar ini menimpa keluarga Kim, dan itu adalah marga dari dirinya.

Hancur!

"Aku yang harus selesaikan ini. Jika warisan ini menjadi biang masalah! Aku akan selesaikan sekarang juga! Sudah cukup untukku menerima kebenaran ini!" Meremat bukti di tangannya. Jangan khawatir kalau kertas itu sobek. Taehyung masih ingin menunjukkan pada dunia juga sebagian seluruh keluarga tentang kejahatan ini. Ayahnya adalah pahlawan, dia melindungi Taehyung dan Jungkook dengan caranya.

Kalau seperti ini dia tidak sengaja menjadi jahat. Urusan baru yang dia lakukan adalah mengubah posisi ini untuk menjatuhkan musuh, berfikir menggunakan otak cerdasnya. Bukan karena logikanya. Alasan tepat dimana dia mengungkapkan kemarahan adalah dengan cara membunuh ketidakadilan ini. Taehyung ingat di dalam mobil milik kakaknya ada semacam ledakan.

Bukan bom.

"Baiklah, akan ada pesta untuk kalian. Aku tidak akan bisa menerima sikap ini, sialan... Aku dipermainkan orang dewasa sampai seperti ini!" Marah pada dirinya sendiri. Saat ini dia mendengus dengan tangan mengambil kunci cadangan dari balik lengang jaketnya. Dia membuat kantung tersembunyi yang siapapun tidak akan tahu dimana letaknya. "Kalau aku mati, tak akan aku biarkan warisan ini membuat semua menjadi gila. Oke, aku akan putuskan karena aku raja! Ya, Kim Taehyung! Kau raja!" Berteriak pada diri sendiri. Dengan senantiasa dia bersenandung senang untuk tidak membuat diri sendiri gila.

Tiba-tiba saja ada yang berlari seperti mendekat ke arahnya dengan cepat. Mereka datang seperti rimbunan hujan dari arah selatan, lebih tepatnya dari dalam rumahnya. Ada beberapa tentara mencoba untuk menghadangnya dengan begitu banyak pistol. Mobil yang baru saja dimasuki terlihat oleh mereka.

"Sial, aku baru saja akan memulai. Tidak masalah aku akan tepati janji untuk membuat ledakan!" Marah dan kesal. Bayangan akan wajah adiknya terlintas dalam benaknya. Satu senjata ukuran panjang dengan lubang besar pada ujungnya. Taehyung menggunakan kedua matanya tanpa alat bantu untuk membidik, ini hal mudah karena sudah biasa. Orang awam saja tidak boleh menggunakannya.

"Oke, kecaw aku aku Kim Taehyung siap beraksi." Tersenyum palsu. Sekedar menghilangkan kerusuhan hati akibat kebohongan kecil ibunya. Kalau saja dia punya kesempatan, dia akan mengambil haknya dan membuat rumah ini tak lebih seperti armada pertahanan agar semua orang di rumah aman. Itulah kenapa dia paling benci dengan yang namanya tingkat kepercayaan tinggi, juga kebohongan.

Taehyung sangat yakin sampai dia melepaskan molekul di dalam senjatanya. Lolos begitu saja dan melayang melewati udara sampai menembus udara.

"Rasakan ledakannya!"

Rumah bergetar dalam satu detik dan puing-puing bangunan dalam rumah saja hampir jatuh mengenai kepala. Di dalam sana beberapa orang melindungi kepalanya dengan tangan. Seokjin salah satu orang yang tak sengaja menemukan pacu bom yang terletak di ruang utama dekat dengan sofa. Dia terperosok setelah menghadapi beberapa musuh yang telah tumbang. Seokjin menahan dadanya yang tertusuk pisau, dia masih bertahan untuk hidup dan menebus dari sisa kesalahannya.

"Taehyung kau gila menggunakan gazebo untuk membunuh beberapa orang yang menggunakan senjata Laras rendah." Memang sulit jika melarang adiknya yang keras kepala. Di akhir kegiatannya dia tertawa dengan tangan yang sibuk mencokel beberapa mesin diantara kabel menancap disana. "Baiklah, aku akan tunggu adikku seperti biasa. Sebelumnya aku harus menjinakkan bom ini. Kurasa beberapa musuh tidak akan masuk ke sini lagi."

Hidupnya sudah sangat berpetualang. Apakah ini cukup berguna? Entahlah... Dia masih berharap kalau ada kesempatan lebih baik daripada ini. Saat dia melihat jenis peledak yang dia pegang, kedua matanya seakan tak percaya. Ada banyak kabel dengan warna yang sama. Hingga sulit di tebak mana yang harus dia potong atau tidak. Apalagi di bagian dalamnya terdapat model digital dan layar sentuh.

Itulah kenapa dia merasa bahwa musuh kali ini sungguh-sungguh untuk menghancurkan semuanya.

"Kim Hera, ayah... Apakah kalian tidak berfikir jika benda seperti ini akan menghancurkan satu pulau. Ini bukan ledakan biasa, tapi bisa memusnahkan satu populasi wilayah manusia." Pemandangan disini sangat menyeramkan. Dimana setiap sisinya ada begitu banyak bom berukuran besar di setiap sudutnya.

"Kalau aku tetap membiarkan semua. Akan ada banyak orang yang mati, bagaimana kalau mereka tidak bisa keluar. Kabel ini sangat rumit, aku belum pernah menjinakkan yang ini. Eomma, apakah aku bisa. Ini sangat sulit, ayah sendiri yang membuat situasi menjadi seperti ini." Lirih dalam penyesalan. Tak ada hati yang besar saat manusia mengetahui masalah ini. Tak ada dari mereka yang mampu menahan kesusahan dalam hati itu sendiri. Kedua air mata memang boleh jatuh, tapi dia tidak ingin tekad yang tumbuh begitu lama hilang begitu saja. Sekarang ini sudah menjadi tugasnya untuk tidak membuat kesalahan.

Seokjin mengeluarkan kacamata, kabel dan ponselnya. Dia menggunakan aplikasi yang tidak pernah sekalipun orang memakainya. Dia sendiri yang mendapatkannya dengan susah payah. Lalu ketika layar ponselnya menunjukkan data dirinya, ada hal yang pertama dia lihat.

Dirinya dengan password yang rumit berbentuk simbol. Secara data Seokjin seperti mantan agen FBI padahal dia bukan apa-apa. Ini adalah satu rahasia terbesar yang dia punya. Taehyung masih tidak tahu, belum...

"Selamat datang tuan Seokjin, adakah yang bisa aku bantu." Lebih canggih karena aplikasi dalam ponsel yang bisa dibilang keluaran lama karena berbeda dengan android masa kini itu dapat berbicara. Seolah dia adalah robot masa depan yang memudahkan manusia mengerjakan apapun. "Ya, Sesa. Berikan aku kode untuk menonaktifkan ledakan bom ZXR5." Secara otomatis suaranya di salin, dia seperti pengunggah google yang mampu mencari info.

Seokjin menemukan kodenya, dia hanya butuh waktu sepuluh menit untuk belajar. Bahkan kurang dari itu, dia punya kepercayaan diri untuk menyelesaikan semuanya.

"Aku tidak akan biarkan ada yang mati lagi!"

Penyemangat melalui kata-kata tegasnya. Dia harap apa yang dia lakukan ini berhasil, walau tingkat nya hanya tiga puluh persen saja. Itupun dia masih melafalkan doa dalam hatinya. Saat ini dia butuh kebenaran dari suatu perkara, ketika dia masih sibuk dengan tugasnya. Mendadak ada suara letupan pistol, tapi nyatanya....

Di belakangnya musuh telah tumbang dengan kepalanya yang bocor. Lebih parahnya lagi, ada Jimin disana. Dia dengan Hoseok yang membidik musuh dengan senjata mereka.

"Kau berhutang nyawa dengan kami!" Keduanya berucap kompak. Sampai Seokjin juga ikut tersenyum. Sepertinya dia mendapatkan harapan baru lagi.

........

TBC...

Aku sudah berusaha sekeras mungkin untuk menulis chapter ini. Semoga kalian suka dengan apa yang aku tulis ini.

Tetap semangat dimanapun kalian berada. Jangan lupa untuk semangat puasanya. Semoga kita diberikan kesehatan dimanapun berada.

Gomawo and saranghae ❤️

#ell

08/05/2021

Continue Reading

You'll Also Like

58.9K 3.7K 29
Jeon Jungkook, seorang pelajar yang mendapat sebuah kuas dari seseorang yang tak ia kenal. Berkat kuas itulah kehidupannya mulai berubah. [TAMAT] ⚠️...
56.4K 9K 9
"Tae cuka Bunny...!!!" - Kim Taehyung "cucu..mau cucu.." - Park (Jeon) Jungkook "huweeee....Chimie juga mauu~~" - Jimin "Bocah..!" - Oh (Min) Yoongi ...
182K 10K 27
"Hyungie.. Kookie mengantuk, Kookie ingin tidur" "arraseo, tapi cepatlah bangun karena sepertinya akan hujan" "Kookie tak janji hyungie" "apa maksud...
78.4K 6.4K 16
Taehyung kecil yang memiliki penyakit jantung harus rela meninggalkan Seoul dan pergi ke desa untuk kesembuhannya, karna ibunya tidak memiliki cukup...