Descendant (Sad Story Vkook)...

By elmi_wirastiti30

136K 10.1K 1.8K

"Hyung kenapa kau membenciku? Sebesar itukah kau membenciku? Hingga kau ingin membunuhku dengan teman kesayan... More

PROLOG
Beginning (Part 1)
Hyung (Part 2)
Tears and Smile (Chapter 3)
Tears (Part 4)
Loyalty (Part 5)
Enemy (Part 6)
Look Me Hyung (part 7)
Fire (Part 8)
Second (Part 9)
Limitless (Part 10)
perhatian ini penting (30/11/2017) 😭😭😭😭
Waiting For Secret (Part 11)
A Secret, Believe? (Part 12)
I Don't Know (part 13)
When You Meet Dark? (14)
Analogi (15)
Break Dawn (16)
Love Yourself, Please (chapter 17)
Blood on Fight (Part 18)
Drag Me Down (Part 19)
Revenge (20)
Sweet Psychopat (21)
Magic Door (22)
So my Lie (23)
I want all of these ends (24)
Adventure Time (25)
when fate says now (26)
the heirs (27)
the enemy is real and God is just (28)
Celebration pending (29)
Do You Want? (30)
When You Look Me (31)
Extradionary (32)
I hate this day (33)
When Did You Come? (34)
nightmare (35)
The Legend (36)
core (37)
Good Liar (38)
Omelas (39)
Save (40)
half destroyed (41)
Bad Dream (42)
Promosi anak baru ✓
When These Eyes are Swollen (43)
time to start (44)
Rival (45)
mysterious (46)
I am weak (47)
deadly explosion (48)
Breaking Dawn (49)
Not Today (50)
Inheritance and Will (52)
Kim Taehyung (53)
Latitude (54)
Last Wait (55) [END]✓

Angry Mom (51)

861 75 6
By elmi_wirastiti30

"Otakku penuh dengan kata kasar setelah perang saudara ini. Kapan fitnah ini segera berakhir?"

.....

Ketentuan saat dia pertama kali masuk ke dalam dunia disiplin. Saat ini dia malah di tekankan untuk memilih kedua majikan, entah yang benar atau tidak yang jelas dia tidak mau terjebak dalam kesalahan fatal dan membuat satu orang atau lainnya terbunuh tanpa alasan.

"Park Jimin, siapa yang akan kau pilih!" Minseok justru berseru keras. Membuat pemuda itu menatap keduanya bolak-balik beberapa kali. Bibir telah kering dengan kepala yang mendadak pusing. Jimin tidak suka perdebatan egois juga ledakan dimana-mana sampai dia sendiri juga takut kalau lambungnya kena peluru. "Kenapa hal seperti ini terjadi padaku, jika Suga disini aku pasti bisa memilih mana yang benar dan tidak." Entah kenapa dia ingin sekali pria sipit itu datang.

Sungguh bijaksana jika dia ada disini. Saat ini ketua sedang sibuk mengalahkan musuh dan dia tahu akan hal itu.

Saat ini Jimin tidak memihak siapapun. Menjadi orang netral adalah perkara bagus ketika dia tidak merasa yakin akan keduanya. Kesalahan itu bisa diubah tapi jika kematian seseorang tidak mampu dihindarkan.

"Tuan Minseok. Maaf kalau aku ikut campur, jika kau bisa menyelesaikan ini. Kita belum terlambat karena masalah ini terjadi antara Anda dengan kakak anda." Jimin ada benarnya juga. Dia tidak semestinya mengatakan hal ini terlebih konflik disini cukup memanas. Sisi pandang saat ini dia melihat kalau Minseok dan juga harta warisannya memang membuat masalah terus menerus.

"Katakan pada Jungkook juga Taehyung tentang semua seknario mu suamiku. Kau sudah membuat kedua anak kita menderita, apakah kau sadari hal itu?" Disini Nana paling waras dan tak naif soal harta juga kedudukan. Kalaupun dia miskin, setidaknya dia akan membuka usaha kecil agar bisa makan dan hidup termasuk ke dua anaknya. Jika dia tahu kaya akan membuat kesengsaraan bagi kedua putranya lebih jauh.

Terkadang dia heran kenapa ada satu pria di depannya tidak bisa berfikir logis. Sekarang dia tahu bahwa kakak dari suaminya cemburu dan iri. Dia juga tahu bahwa suaminya sudah banyak mengambil hak adiknya, padahal seingat dia mertuanya sangat adil pada anak-anaknya.

"Kau harusnya bercermin dengan ayahmu, suamiku. Dia tidak ingin membedakan putra satu dengan lainnya, bahkan istrinya juga banyak seperti mu. Sekarang kau justru mengkhianati hasil yang sudah dibuat dengan wajar."

Minseok mendapatkan setiap hak suami untuk mendapatkan ceramah penuh arti dari seorang istri.

Tapi dia sama sekali tidak berubah karena tabiat seperti itu sudah ada sejak dia kecil. Jika begini, tidak ada yang menyalahkan siapa yang salah. Terlihat jelas bahwa sebenarnya semua terjadi begitu saja. "Suamiku, aku tahu kau adalah orang baik. Aku sempat mencintaimu karena hal ini. Kenapa kau bisa se-picik ini dengan kedua anakmu?" Ingin menangis tapi dia tidak sanggup. Atas nama kedua orang tuanya dia malah malu pada kedua putranya.

Apa yang patut dibanggakan oleh kedua putranya?

Ayah mereka menjadi penjahat secara tak langsung. Saat keberanian muncul, dengan kedua tangan menjatuhkan senjata laras panjang itu ke tanah. Jimin melihat bahwa subjek wanita terlihat sangat adil dan memberikan kompensasi yang begitu mantap. "Kalau kau ingin menjadi ayah yang baik. Kau harus melindungi Kedua putramu secara utuh. Bukan menghabisi satunya agar si bungsu menang secara penuh." Dia kesal dan justru mendorong dada itu dengan ujung jarinya. Sebisanya mungkin dia membuat kesadaran penuh untuknya.

Kedua air mata itu jatuh tanpa kata bohong diantara bibirnya. Dia sungguh kecewa atas apa yang terjadi sekarang dan seterusnya.

"Tuan, tolong dengarkan istri anda. Hanya anda yang bisa menyelesaikan masalah ini juga nyonya Hera. Sepertinya dia akan menghabisi Tuan Taehyung dan Tuan Jungkook. Yang aku tahu Tuan Taehyung tidak akan memihak ibunya, dia melindungi Jungkook. Sama seperti yang dilakukan oleh Hoseok." Jimin juga tidak takut kalau pada akhirnya dia akan mendapatkan tembakan peluru karena dianggap ikut campur.

Berfikir sejenak. Sampai tangan kanan itu turun dalam keadaan diam. Pemikirannya menjurus akan masa depan anaknya, baik buruk besoknya. Hal itu pura yang membuat istrinya juga menangis hingga memeluknya. Siapa yang tahan saat dia menyaksikan semua ini di depan matanya secara nyata.

Pria itu diam saja saat sang istri masih memukul dadanya dalam isak tangis begitu kencang.

"Maafkan aku, aku sudah mengacaukan segalanya. Bahkan kehidupan kedua putra ku yang malang." Hembusan nafas keluar dari bibirnya. Saat ini dia hanya bisa melihat sedikit jelas, kalau kesalahannya sekarang fatal. "Bisakah aku membuat semua kembali membaik?" Minseok adalah seorang ayah, tapi dia mulai kehilangan kesabaran ketika Hera benar-benar membuat dia mati di tempat.

Jimin datang, dia memberikan satu senjata miliknya. Dia merasa yakin bahwa senjata itu tidak akan menyakiti dirinya juga nyonya besarnya yang tengah menangis. Merasa bahwa ini adalah jalan terbaik untuk menghentikan kegilaan ini.

"Jimin, bisakah kau bawa aku ke kantorku. Ada hal yang seharusnya sudah aku selesaikan sejak dulu. Aku janji, hal ini akan membuat semua menjadi baik-baik saja. Tidak akan ada lagi korban yang meninggal lagi."

Sang istri mendongak ketika dia mendengar janji seperti sumpah itu. Suaminya melepaskan kedua tangannya dengan pelan dan tersenyum ramah. "Aku akan mengembalikan anak kita ke jalan yang benar. Jungkook tidak akan kesepian dan semua akan membaik." Sosok ayah yang menjadi dambaan setiap anak. Mereka punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Tabiat buruk dan baiknya mereka semua itu hanya untuk anaknya. Begitu juga sebaliknya sang istri. Kadang orang tua egois, tapi mereka seperti itu agar anak mereka bahagia dan makan dengan cukup.

Jimin merasa terharu sampai dia mengusap air matanya. Jatuh tanpa diminta dan membuat pria itu mengulum senyumannya.

"Kau adalah pengawal terbaik yang aku pilih. Lakukan sekarang atau tidak sama sekali."

Tubuh Jimin langsung tegap. Dia abaikan rasa sakit di tangannya, memberikan hormat dan langsung dibalas rasa hormat begitu besar juga.

"Apapun perintah mu, saya akan laksanakan!"

Teriaknya keras sampai dia yakin bahwa orang di luar mendengarnya juga. Nana kini tidak lagi menangis, dia bukan wanita yang mudah melankolis. Memilih mengambil senapannya dan mengarahkan pada musuh yang mulai meloloskan tembakannya.

Suara benturan peluru meletup dari lubang senjata. Jimin terkejut dan menunduk ketika dia tidak sadar bahwa dia justru seperti memberikan lawakan di depan pemirsa.

Nana membuang nafas saat dia sukses menembak tiga orang dengan belasan peluru di tubuh mereka.

"Rasanya aku sangat puas melakukan hal ini!" Gertaknya dengan senyum di bibirnya. Dia senang dan itu nampak sangat nyata. Hingga akhirnya dia bisa berjalan dengan sedikit tangguh sebagai seorang wanita yang bisa dikatakan tak jauh beda dari tentara.

Melihat bagaimana punggung wanita itu menjauh dengan keanggunan yang melekat disana membuat Jimin terpukau dan bibirnya berkata wow dengan spontan.

"Itu baru istriku." Bangganya dengan sumringah. Dia juga membenarkan pistol di tangannya, mana mau dia kalah perjuangan dengan istri keduanya. Jimin menggeleng sejenak untuk memastikan bahwa ini bukan sekedar mimpi atau cerita dongeng belaka. "Tuan, anda sangat beruntung memiliki dua wanita yang jago menembak." Dia berkata demikian dengan mengacungkan dua jempol di depan atasannya.

Akan sangat menyenangkan dan juga penuh petualangan. Tidak akan lagi takut gelap, apalagi masalah. Selama dia yakin bahwa kenyataannya musuh disini masih banyak dan akan terus datang kalau tak ada gencatan senjata. Menjadi musuh para tentara yang sudah terlatih itu sulit, apalagi kebanyakan dari mereka tidak takut mati. Inilah kenapa Jimin ingin menjadi tentara tapi terhunus oleh tinggi badan.

Hanya kesempatan militer saja selama satu tahun lebih selama dia bisa merasakannya itu sudah cukup. Lebih tepatnya, dia melakukan militer karena kewajiban dari negara yang tak kaleng-kaleng.

.

Taehyung meminta jawaban dari Seokjin sekarang. Keduanya saling bertemu dan matanya menjadi tajam saat dia mengingat rasa benci itu.

"Sudah berani menampakkan diri rupanya." Nadanya sangat menyindir, dua memegang pedang di tangannya. Seokjin justru memegang pistol, seolah keduanya menjadi terbalik sekarang. Kini mereka hendak menuju ke atas. Dimana beberapa orang berfikir untuk mendapatkan bantuan disana. Karena di bagian atas lagi semua alat ada dan terjangkau dengan rapi dalam brankas.

Hoseok terluka di bagian perutnya, Jungkook telah menolongnya dan kini membiarkan pengawal itu merangkul dirinya dan bersandar.

"Jungkook katakan dengan jelas bahwa aku sangat membenci kakak di depanku ini." Taehyung tidak akan sempat mengatakannya secara langsung.

Tidak pernah sempat!

Selama ini dia menganggap hidupnya seperti seekor babi. Dimana dia mendapatkan kebohongan pahit, semakin lama semakin dia menjadi muak dan ingin membunuh siapapun di depan matanya. Kecuali, orang yang dia percaya dan sepenuhnya jujur padanya. Taehyung lebih menghargai orang pendosa yang jujur ketimbang orang yang selalu benar tapi munafik kata-kata.

Seokjin membuang pistolnya sebagai tanda bahwa dia lelah dengan perselisihan tiada habisnya seperti itu. "Aku lelah dan aku ingin istirahat. Kau pikir ini mudah saat kau mendapatkan tekanan dan paksaan dari ayahku sendiri. Lalu kau, aku berusaha sebaiknya agar dirimu tidak mati adik!" Di belakangnya ada kata penekanan. Seperti urat yang nampak di lehernya.

Taehyung tidak ingin membuat hal ini dianggap sepele.

"Aku tidak peduli! Kau melakukan ini semua tapi kenapa aku yang kena!"

Marah dan frustasi. Taehyung melempar pisau sampai Seokjin menghindar dalam posisi berjongkok. Di belakang sana, seseorang jatuh ke belakang dengan tubuh membentur lantai. Dia mati dengan keadaan kepala tertancap pisau tajam di ujungnya. Taehyung tersenyum sadis, melampiaskan kegilaan ini.

Sebenarnya di tangan kanannya terasa sakit akibat terpelintir. Dia menahannya sendiri, Jungkook tidak tahan melihat ini sampai akhirnya dia menyerah untuk tetap diam sesuai perkataan Taehyung.

"Taehyung Hyung, kau obati lukamu dulu. Jangan lakukan ini, bukankah Seokjin Hyung sudah akui kesalahannya?" Jungkook ikut campur, hal itu membuat Taehyung merasa tidak suka. Sampai dia mendengus sebal pada akhirnya.

Taehyung tidak suka sampai dia memberikan tatapan tajam di depan adiknya yang menurutnya ikut campur. "Bisakah kau diam?! Aku tidak memintamu berbicara. Kau dapat kesempatan dekat denganku bukan berarti ikut campur!" Marahnya seperti ledakan bom atom di dalam hatinya.

Kini Jungkook membuang tangan itu agar kakaknya bisa mengerti. Bahwa seseorang bisa saja hancur disini.

"Aku melakukan kewajiban ku sebagai adikmu disini. Lantas, apakah ada yang salah? Kalau saja kau mendengarkan kataku sejak dulu mungkin kau tidak begini. Kau salah dan itu benar adanya, tapi aku marah saat kau kakakku sendiri tidak mau memaafkan saudara mu juga."

Hoseok menarik Jungkook ke belakang. Melihat kilatan marah Taehyung membuat perasaan seorang pengawal campur aduk. Dia memang tidak bisa percaya begitu saja untuk kebenaran sekarang. "Jeon Jungkook, apakah kau tidak ingin aku memaafkan dirimu. Kau sudah diam saja aku bersyukur, kau Seokjin Hyung untuk apa kau bicara denganku. Apakah aku menyapa dan meminta dirimu bicara padaku lagi?!" Taehyung masih tidak percaya dengan dia lihat di depannya.

Seokjin juga sudah berubah dalam waktu beberapa jam saja setelah dia sendiri mencampakkan kakaknya. Saat ini Suga melihat ketegangan antara anak orang kaya tidak akan berhenti. Dalam diam, dia melihat waktu masih berjalan dengan layar ponsel masih menunjukkan informasi yang ada.

"Jimin mengatakan padaku, kalau ayah kalian berdua menuju ruangan kantornya. Dia menjamin kalau pemberontakan dan perdebatan akan segera selesai." Yoongi melihat keduanya dengan tajam. Saat ini dia hanya ingin waktu bagi mereka berdua mengerti, melihat Seokjin yang diam dan menoleh ke arah lain dengan dengusan tidak tenang. Seokjin masih menganggap bahwa dirinya salah, dia diam saja saat ayahnya mencoba membunuh pewaris sesungguhnya.

"Apa hubungannya denganku!"

"Kalau kau tidak ingin ikut tidak apa! Disini Jungkook juga mampu menandatangani surat penyerahan, apakah kau mau semua ini selesai, Jungkook?!" Kini kedua matanya melihat begitu dalam. Seperti sebuah kode. Hingga pada akhirnya Jungkook melihat wajah Yoongi dan mengangguk pelan. "Aku akan membantu ayahku, mungkin dia sudah tahu apa kesalahannya. Lalu... Jika kakakku sendiri tidak ingin membantu. Tidak masalah, aku masih tahu kalau sebenarnya ibuku juga berjuang." Jungkook pergi.

Taehyung semakin kesal saat Jungkook membawa nama ibunya. Dalam hal ini juga, tangannya langsung mencekal dan membuat ulah baru. Saat melihat hal itu juga dengan segera Seokjin menarik Taehyung. Membuat adiknya bertatap langsung saling berhadapan satu sama lain.

"Kau bagian ku! Ikut aku dan akan aku tunjukkan sesuatu padamu!" Marah dan kesal. Saat ini dia melihat Yoongi dengan nada biarkan aku membawa adikku pada satu hal! 

Taehyung di seret secara paksa oleh kakaknya. Apapun alasan, Seokjin tidak akan peduli. Tidak ingin mendengar dan justru menggertak nya sampai pemuda itu diam seketika. Jungkook berusaha mengejar keduanya sebelum Hoseok mencekal nya. "Saeng, jangan lakukan itu. Jika kau nekat maka semua akan menjadi masalah besar." Gelengan pelan hingga Jungkook diam mengerti.

"Jungkook, Hoseok. Ikut aku! Kalau kalian ingin hidup. Percayakan semua ini dengan Seokjin, dia pasti bisa atasi Taehyung." Keyakinan itu ada, pedoman dimana saat semua ini sudah terjadi. Lantas dia juga susah payah untuk menghentikan itu semua. Dia memakan permen karet dengan segera, kepalanya terasa sangat pusing. Terlebih suasana hatinya semakin berkecamuk.

Yoongi memakai senjatanya, dia tidak mau mati. Sekarang ini dia membunuh orang itu dengan kalap.

Hoseok meminta dengan sangat saat Jungkook mencoba untuk masuk ke dalam sana. Hingga pada akhirnya dia merelakan semua dengan pasrah. Punggung keduanya menjauh. Takut juga jika akhirnya Taehyung kembali ke jalan hitam, dikendalikan oleh seorang pria yang notabene sudah dianggap kakaknya sebagai ayah kedua.

Sakit memang, hingga seorang adik sepertinya bisa merasakan dengan jelas di dalam dada.

.

Hera ingin memiliki semua. Sekarang dia tidak bisa bicara lebih banyak, melihat putranya melawan. Lalu pengkhianatan suami dan Nana yang semakin berani untuk melawannya. Tangannya memainkan pistol. Kedua matanya hampir menjatuhkan air mata dari sana, saat ini jemari tangannya sibuk memainkan senjata berwarna hitam itu.

"Kalau kau seperti ini justru kita tidak akan pernah menang. Kau sudah melihat bukan kalau banyak sekali anak buah kita yang mati. Apakah kau ingin semua ini terjadi. Kau membuat kesalahan yang sama setiap kalinya." Pria itu datang mendekat, dengan suara bariton juga sedikit seraknya. Dirinya mendekat tubuh berdiri Hera yang tidak bisa mengontrol emosinya sekarang. "Bau badan menjijikan seperti anda yang tidak saya sukai. Apakah disini kau membantu atau menyindir, dia anakku. Jika aku membunuhnya, aku akan sama sepertimu. Kau juga membuang anakmu secara tidak langsung." Tatapan matanya elang.

Di sampingnya pria itu berdiri dengan senyum di bibir. Saat ini dia melihat bagian para jasad yang siap mati untuknya. Di ruang tengah ini, dia ingin mendapatkan satu surat kepastian. Kebohongan telah dia buat saat dia pura-pura pergi, kenyataannya dia hanya memutari tempat itu hanya untuk membuat suasana semakin ricuh saja.

Biasanya Wonwoo yang ada di dekatnya untuk memastikan semua kebutuhannya. Lalu sekarang, dia sudah mati dan membuat malapetaka baru. "Taehyung mati. Maka semua sudah selesai, warisan itu akan jatuh di tanganku. Karena pewaris terbesar adalah putramu, tapi Minseok pintar. Dia memakai nama Jeon Jungkook untuk membuat warisan itu masih tersimpan, itu demi menghindari dirimu yang masih diragukan kematian mu." Meminum alkohol. Saat dia tidak bisa menetralkan kekesalannya.

"Kalau kau menyentuh putraku. Aku bisa memecahkan kepalamu dalam satu detik." Ancamannya bukan main,
pria disampingnya bergidik negri sampai bulu kuduknya menjadi merinding. Realitanya dia tidak tahu apapun bahwa sesungguhnya kebohongan yang datang padanya adalah suatu hal menakutkan. Kala dia mendengus sebal saat itulah kesempatan datang dari seorang kepala komandan ini.

Tuan Kim mengambil sabuk di pinggangnya. Dia mengendap menatap punggung wanita itu marah.

"Aku tidak akan senantiasa bersabar. Jika kau tidak bisa membuat anakmu mati itu adalah salahmu. Karena kau akan melihat bagaimana dia mati di tanganku." Bisikan di akhir kata. Hera terdiam sejenak, tak suka dengan ungkapan salah satu kakak dari suaminya. Sampai akhirnya dia merasa lehernya tergores akan sesuatu yang menyakitkan dari kain tebal. Melingkar di lehernya dan menekan kerongkongannya sangat kuat.

Tenaga seorang pria memang kuat bukan main. Kedua mata Hera melotot dengan lirikan ke belakang sesekali. Dia mencoba melepaskan diri dari jeratan benda di lehernya, berusaha maju tapi tubuhnya mundur seperti ada yang menariknya. Ini menyakitkan dan kedua tangannya seolah tak mampu, mengambil senjata saja sangat sulit. Hera kehilangan oksigen lumayan banyak, ketika dia tahu bahwa ujung nyawanya hampir hilang secuil.

"Aku sudah membuat kesempatan banyak padamu. Kau justru tidak mau mendengarkan ku. Keterlaluan sekali kau jalang!" Umpatan kasar dan kesal. Setiap wanita akan marah jika mendengarnya. Tak ada waktu selain mencoba untuk menyelamatkan diri. Bayangan akan putranya terlintas kala dia mendengar kata-kata ancaman darinya.

"Taehyung akan mati di tanganku. Dia akan menyusul dirimu di surga. Kau sebaiknya menunggu di akhirat dalam keadaan malu hahahaha!"

Gila!

Kenapa bisa putranya yang bernama Kim Seokjin bisa tahan dengan sikap ayahnya yang brengsek. Agak menakutkan saat dia kini mendongak terbelalak di lehernya. Kedua matanya perih akibat debu di sekitar rumah, kedua kakinya memberontak kala pria itu membentur punggung wanita itu kasar. Kini sabuk celana diganti dengan jemari tangan kekar.

Meyakini bahwa jari tangan ini mampu membunuh cepat seorang manusia keras kepala.

Hera merasa nyawanya hilang seperempat. Tanpa sadar suaranya keluar dan meminta tolong dalam keadaan samar. Taehyung adalah putranya, dia harus berusaha dengan keras untuk bisa membebaskan diri dari jeruji kematian yang tengah terjadi saat ini.

"MATILAH KAU JALANG!"

"Aku harus keluar darinya. Aku harus!"

Hatinya berseru keras. Memberi dia semangat, menemukan ada botol di dekat meja yang bisa saja dia jangkau. Kalau dia bisa mampu membuat satu kepala manusia pecah maka semua kekayaan yang dia idamkan hilang bersamaan dengan nyawanya.

"K-kau akan mati!"

Memukul dengan kuat. Botol itu pecah dan berserakan di bawah kaki pria itu, suara keras benturan di puncak kepalanya. Di susul dengan darah keluar perlahan diantara rambutnya. Kedua tangan itu langsung melemas, melepaskan wanita yang baru saja jatuh dengan punggung bersandar pada dinding di belakangnya.

Kehilangan banyak oksigen. Hera tertawa karena nyatanya yang mati justru banyak menghirup oksigen. Kedua matanya melihat dengan tajam dan kini mendengus dengan kesal. "Ini yang aku maksud membunuh pemangsa. Kalau kau singa, aku serigalanya. Sudah aku bilang kalau kau mencoba menyakiti putraku maka kepalamu pecah. Dasar pria tua, kau tidak pernah mendengarkan ku!"

Menendang sedikit kepala itu. Mati tanpa menutup mata dan keadaannya patah bagian leher akibat tendangan kerasnya. Jika saja Seokjin melihat semua itu, bisa dipastikan dia akan berteriak keras lalu menangis. Layaknya adegan drama yang terjadi di televisi nasional yang sering dia tonton.

"Aku suka ini." Mengambil salah satu rokok dari kantungnya. Melihat dengan licik, bagaimana bisa seorang pengabdi negara menggunakan nikotin sebagai candunya. Lebih memalukan lagi dia adalah penyewa seks komersil. Sungguh disayangkan kalau tunjangan uangnya saja digunakan untuk tidak benar.

Padahal ada begitu banyak orang miskin di luar sana termasuk dirinya. Dia anak dari orang tua tidak mampu, sedikit bersenandung dan memasukan bagian belakang rokoknya pelan di mulutnya. Nikotin ini membuat dia kecanduan, sesekali dia tersenyum senang.

Membuang bekas botol itu tanpa mau menoleh ke arah mayat di belakangnya. Sudah biasa dia membunuh orang, sudah biasa dia mengumpulkan dosa.

"Aku akan menang. Untuk putra kesayangan ku, aku bisa membunuh semua keluarga sampai warisan itu di tanganku."

Bicara sendiri dan menatap foto di depannya. Target yang dia lihat sekarang ini adalah pemuda dengan gigi kelincinya.

"Oh.... Jeon Jungkook. Aku pasti akan senang dengan satu ini."

.......

TBC...

Wah aku sudah sampai di sini, beberapa chapter lagi akan selesai. Tinggal bapaknya Kookie nih yang bisa buat semua jadi damai.

Siapa yang penasaran dengan next chapter? Tolong angkat jari kalian.

Tetap semangat dimanapun kalian berada. Gomawo and saranghae 💜💜

#ell

06/05/2021

Continue Reading

You'll Also Like

806K 84.3K 57
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
71.2K 7.5K 35
[COMPLETED] Dia seperti malaikat maut yang siap menjemputku kapan saja. Kill me? Tidak!! Kaulah yang akan kubunuh terlebih dahulu. ******* Cast: Jung...
56.4K 9.1K 9
"Tae cuka Bunny...!!!" - Kim Taehyung "cucu..mau cucu.." - Park (Jeon) Jungkook "huweeee....Chimie juga mauu~~" - Jimin "Bocah..!" - Oh (Min) Yoongi ...
182K 10K 27
"Hyungie.. Kookie mengantuk, Kookie ingin tidur" "arraseo, tapi cepatlah bangun karena sepertinya akan hujan" "Kookie tak janji hyungie" "apa maksud...