Mischievous Kiss (BTS -Bangta...

By neerrr_

328K 15.9K 710

Cho Rayoung, menyukai seorang namja bernama Jeon Jungkook dengan sepenuh hati. Namun Rayoung -seorang gadis p... More

Part 1 - Cinta dan Bintang Jatuh
Part 2- Bintang Itu Sangat Bersinar
Part 3 - Aku Semakin Menyukai Bintang Itu
Part 4 - Pelukan Bintang
Part 5 - Ciuman Bintang (1st kiss)
Part 6 - Aku Ingin Melihat Bintang Ku Bahagia
Part 7- Rahasia Bintang
Part 9 - Hantaman Bintang
Part 10 - Menjauh Dari Bintang
NOT AN UPDATE (maaf -.-")
Part 11- Melupakan Bintang
Part 12- Selamat Tinggal Bintang
Part 13- Bersama Bintang
Part 14 - Bintang Jatuh Di Tempat Yang Salah
Part 15- Keajaiban Bintang Jatuh (kiss!kiss!kiss!)
Part 16- Cinta Dan Bintang Jatuh (pt.2) Kiss! Kiss! Kiss!
MISCHIEVOUS KISS 2 -Sinopsis-
INFO!

Part 8 - Menjaga Bintang (2nd kiss)

16.4K 847 25
By neerrr_

MISCHIEVOUS KISS -part 8- Menjaga Bintang (2nd kiss)

"Terima kasih untuk seluruh perhatian dan cinta yang kau beri, Cho Rayoung."

-Jungkook

~~~~~

Cast :

Cho Rayoung

Jeon Jungkook

Kim Taehyung (new cast)

Han Hyuna (New cast)

Jung Nana

Kim Hyemi

And Other Cast

~~~~~

Author POV

Rayoung menatap selembar kertas pendaftaran menuju sebuah universitas yang ia temukan di atas meja makan saat menyiapkan roti dan teh untuk sarapannya Jungkook dan Jungwoo. Sedangkan Nyonya Jeon masih menginap di rumah sakit.

Dengan seksama Rayoung membaca lembar pendaftaran itu dan menemukan nama Jungkook tertera disana. Di sebuah kolom pendaftaran untuk jurusan kedokteran.

Rayoung tersenyum senang saat melihat nama Jungkook yang tertera di lembar pendaftaran itu. Akhirnya Jungkook mengikuti kata hatinya tanpa harus melukai perasaan Tuan dan Nyonya Jeon. Jungkook tetap mengejar cita-citanya menjadi seorang dokter dan juga membantu Tuan Jeon mengelola perusahaan.

"Bisa kembalikan kertas itu?"

Rayoung menatap Jungkook yang tiba-tiba sudah berada di sebelahnya dengan kaget lalu memberikan lembar pendaftaran itu pada Jungkook. "Oh! Iya, maaf aku membacanya."

Jungkook menerima lembar pendaftaran itu dan menyimpannya di tas. Lalu pria itu mulai menyantap sarapannya bersama Jungwoo.

Rayoung tak dapat menutupi rasa kagumnya saat pertama kali melihat Jungkook dalam pakaian resmi -berupa kemeja dan jas- untuk bekerja seperti ini. Jungkook terlihat semakin tampan dan dewasa. Hal itu membuat Rayoung tak bosan-bosannya menatap Jungkook lebih lama lagi.

Karena mulai hari ini Jungkook akan bekerja di perusahaan untuk menggantikan posisi Tuan Jeon. Karena sudah lebih dari seminggu perusahaan Tuan Jeon itu berjalan tanpa seorang pimpinan. Maka dari itu Jungkook memutuskan untuk menggantikan posisi Tuan Jeon sementara waktu sampai keadaan Tuan Jeon pulih dan dapat bekerja lagi.

"Kau tidak ikut sarapan?" Tanya Jungkook saat dilihatnya Rayoung hanya berdiri sambil tersenyum saat menatapnya.

Rayoung mengangguk kecil dan tersenyum. Ia mengambil posisi tepat di sebelah Jungkook dan mulai mengambil sepotong roti untuknya. Sambil mengoleskan selai cokelat pada rotinya, Rayoung kembali memikirkan lembar pendaftaran yang ia baca tadi.

Lembar pendaftaran yang Jungkook ambil dari salah satu universitas yang akan pria itu masuki. Hal itu membuat Rayoung penasaran, universitas seperti apa yang di pilih oleh orang secerdas Jungkook?

"Aku pergi dulu. Terima kasih untuk sarapannya."

"Oh, tunggu dulu!" Rayoung menahan Jungkook yang ingin segera pergi. "Kau harus membawa bekal makan siang ini."

Jungkook menatap kotak makan yang Rayoung beri padanya. "Bukan kah kau tidak bisa memasak?"

Rayoung merengut kesal mendengar ucapan Jungkook. "Yaa! Itu hanya sebuah bento. Jadi mudah bagiku untuk membuatnya. Meskipun aku tidak bisa memasak."

Jungkook tersenyum kecil mendengar omelan Rayoung. "Baiklah, terima kasih."

Rayoung tersenyum senang dan mengantar Jungkook sampai ke halaman parkiran. Dari belakang punggung Jungkook, Rayoung tersenyum senang menyadari keadaannya saat ini yang sangat dekat dengan Jungkook. Tinggal berdua serumah -meskipun ada Jungwoo-, menyiapkan sarapan, mengantar Jungkook sampai ke parkiran dan mengucapkan selamat jalan, yaah, meskipun tanpa ciuman romantis seperti pasangan-pasangan lain. Tunggu, pasangan? Apakah Jungkook-Rayoung adalah sebuah 'pasangan'?

"Semangat Jungkook-ah! Kau pasti bisa bekerja sehebat Appamu." Ucap Rayoung saat Jungkook sudah berada di dalam sedan hitamnya dan bersiap untuk jalan.

Jungkook menatap Rayoung sekilas. "Aku pulang agak larut malam ini. Banyak yang harus ku urus di hari pertama."

"Baiklah, aku akan menunggumu!"

Sekali lagi, sebelum benar-benar pergi, Jungkook menatap Rayoung lagi. Namun kali ini lebih lama dari sebelumnya. "Aku jalan."

Rayoung tersenyum senang dan melambaikan tangannya tinggi-tinggi pada sedan hitam Jungkook yang mulai berjalan menjauh. "Selamat bekerja, Jungkook-ah! Semoga kau berhasil membantu Appamu!!!"

"Berisik!"

Rayoung menoleh dan menemukan Jungwoo telah siap berangkat sekolah. "Oh, Jungwoo."

Jungwoo memilih untuk duduk di salah satu bangku taman yang berada di depan rumah. "Aku sedang menunggu jemputan sekolah ku tiba. Maka dari itu, kau harus menemani ku disini."

Rayoung tersenyum kecil dan ikut duduk di sebelah Jungwoo. "Baiklah, aku akan menemani mu. Tapi, kenapa kau tidak ikut Jungkook saja tadi? Kau jadi tidak perlu menunggu seperti ini."

"Aku tidak ingin merepotkan Hyung. Ia sudah memiliki beban dan tanggung jawab yang sangat berat."

Dalam hati Rayoung membenarkan ucapan Jungwoo. Menjadi pemimpin di sebuah perusahaan besar di usia yang masih sangat muda dan belum berpengalaman sangatlah sulit. Namun Rayoung yakin jika Jungkook pasti bisa menghadapinya.

"Yaa, Jungwoo-ah," Rayoung menyenggol pelan lengan Jungwoo. "Kau sendiri, jika sudah besar nanti, ingin meneruskan perusahaan Appamu atau kau memiliki pilihan yang lain?"

"Yaa! Mengapa kau bertanya seperti itu pada anak sekecil aku?! Kau ingin membuatku cepat menua atau bagaimana?"

"Eoh? Ti-tidak, tidak seperti itu. A-aku hanya ingin tahu saja. Karena tidak mungkin hanya mengandalkan Jungkook saja. Benar kan?"

Jungwoo terdiam mendengar ucapan Rayoung. "Kau benar. Hyung terlihat sangat terpaksa saat harus meneruskan perusahaan Appa."

"Oh! Bu-bukan begitu! Jungkook sangat tulus saat membantu perusahaan Appamu. Hanya saja, ia memiliki impian lain."

"Eoh? Kau mengetahui sesuatu ya, tentang Hyung yang tidak ku ketahui?!"

"Oh! Tidaaak! Tidak ada. Mana mungkin aku mengetahui sesuatu. Tidak mungkin. Haha!" Rayoung tertawa kikuk menyadari kebodohannya yang hampir saja membuka rahasia Jungkook.

"Tapi-"

Tin! Tin!

"Eoh! Jemputan mu sudah datang, Jungwoo-ah! Sebaiknya kau cepat bergegas dari pada nanti kau terlambat. Kau sudah membawa bekal makan siang mu, kan? Kalau begitu hati-hati! Daaah!!!"

Rayoung melambaikan tangannya tinggi-tinggi pada mobil jemputan sekolah Jungwoo. Ia bernafas lega bisa menghindari pertanyaan Jungwoo tentang sesuatu hal yang ia ketahui tentang Jungkook. Bagaimanapun juga, Jungkook telah memintanya untuk menjaga rahasia itu. Rayoung menyanggupinya dan sudah berjanji akan menjaga rahasia itu.

~~~~~

Rayoung POV

Aku sendirian di rumah. Sedang menjelajah dunia internet lewat ponsel ku untuk mengecek beberapa universitas keperawatan yang sekiranya dapat aku masuki.

Lalu aku teringat dengan universitas yang ingin Jungkook masuki. Di lembar pendaftaran yang tadi pagi aku lihat, terdapat sebuah kolom untuk keperawatan juga. Berarti universitas itu menyediakan jurusan keperawatan juga kan?

Karena penasaran, aku memutuskan untuk bersiap dan mengunjungi universitas tersebut. Universitas yang akan Jungkook masuki.

Setelah meninggalkan sebuah memo kecil di atas meja makan untuk Nyonya Jeon -jika nanti ia pulang dan mengambil beberapa barang yang ia.perlukan-, aku segera berjalan menuju universitas tersebut.

~~~~~

Di sinilah aku sekarang. Di depan sebuah universitas yang akan Jungkook masuki.

Aku merasa sangat kecil dan tidak ada apa-apanya saat melihat universitas yang sangat besar dan terkenal ini. Semua orang yang berada di sini memiliki wajah-wajah cerdas semua, seperti Jungkook.

Membawa buku kemana-mana, membicarakan pelajaran yang di berikan dosen mereka, belajar bersama di perpustakaan dan hal-hal lain yang orang cerdas lakukan.

Ya ampun, bagaimana bisa aku memasuki universitas sehebat ini? Orang cerdas sekalipun masih di ragukan jika ingin memasuki universitas sehebat ini. Bagaimana dengan diriku?

"Humm, mimpi mu terlalu tinggi untuk masuk dalam universitas ini, Cho Rayoung." Bisikku pada diriku sendiri.

Setelah puas melihat universitas itu, aku memutuskan untuk kembali pulang dan mencari universitas lain yang sekiranya sepadan denganku.

Aku menunduk lesu saat menydari kenyataan jika aku tidak akan bisa memasuki universitas itu. Dan itu artinya, aku harus kuliah di tempat yang berbeda dengan Jungkook.

"Hey, Nona! Awas!"

Aku mendongak dan menemukan sebuah sepeda motor yang di kendarai dengan sangat kencang hampir saja menabrakku jika tidak ada seseorang yang meneriaki ku dan menarik ku menjauh agar tidak tertabrak sepeda motor itu.

Semua terasa sangat cepat. Aku merasa di tarik oleh sebuah tangan saat ku lihat sepeda motor itu berjalan mendekat dan hampir menabrakku. Aku terjatuh dan menghantam tubuh si pemilik tangan itu. Aku terjatuh dengan tubuh si pemilik tangan itu sebagai alasku. Sehingga aku tidak merasakan rasa sakit sedikitpun.Dan entah bagaimana caranya saat ini aku dapat berada dalam dekapan seorang pria yang tadi meneriaki ku dan menyelamatkan ku.

"Kau baik-baik saja?" Tanya pria itu sambil membantu ku bangun dan berdiri. Padahal dapat ku lihat jika di lengan kirinya terdapat sebuah luka yang cukup besar dan mengeluarkan darah.

Beberapa orang juga mulai mendatangi ku dan pria itu. Bertanya-tanya sebenarnya ada kejadian apa dan kenapa.

"Aku baik-baik saja. Terima kasih banyak sudah menolongku."

Pria itu tersenyum. Terlihat sangat tampan. "Sama-sama."

"Tapi, lenganmu terluka. Izinkan aku untuk mengobatinya. Sebagai ucapan terima kasih ku."

Pria itu kembali tersenyum dan mengangguk kecil. "Baiklah, lagi pula ini karena dirimu juga."

Aku tertawa kecil mendengar candaan pria itu. "Baiklah, kalau begitu aku akan ke apotik sebentar dan membeli beberapa perlatan untuk mengobati luka mu."

~~~~~

Author POV

Rayoung mengobati luka pria itu dengan telaten dan hati-hati. Ia tidak ingin menyakiti orang yang telah menolongnya.

"Siapa nama mu?" Tanya pria itu tiba-tiba saat Rayoung tengah memberikan perban pada luka pria itu.

Rayoung mendongak dan tersenyum. Ia mengulurkan tangannya kepada pria itu."Rayoung, Cho Rayoung. Lalu kau?"

Pria itu tersenyum dan menyambut uluran tangan Rayoung. "Aku Taehyung. Kim Taehyung."

Rayoung tersenyum dan melepas uluran tangannya. Setelah itu merapihkan perban yang menutupi luka Taehyung- pria itu-. "Baiklah, Tuan Kim. Lukamu sudah ku obati."

"Terima kasih banyak, Cho Rayoung."

"Aku juga, jika kau tidak menolongku tadi, mungkin aku sudah berada di rumah sakit sekarang lantaran sepeda motor itu."

Taehyung tertawa kecil mendengar gerutuan Rayoung. "Tadi itu kau juga sedang melamun tidak jelas. Kau berjalan sambil menunduk tanpa melihat ke depan. Untung saja aku memperhatikan mu dan melihat sepeda motor itu."

"Memperhatikan ku?"

"Ya, memperhatikanmu. Sejak kau memasuki universitas itu sampai kau hampir tertabrak tadi."

"Ahh, begitu rupanya." Rayoung tersenyum kikuk saat mendengar ucapan Taehyung.

Taehyung menatap Rayoung dengan intens dan dalam. Tak bosan-bosannya ia menatap wajah manis Rayoung yang seakan mengingatkannya pada seseorang yang dulu pernah ia kenal. Seseorang yang dulu selalu membuat masa kecilnya bahagia dan penuh tawa.

~~~~~

Rayoung POV

Hoaaam! Ini sudah malam namun Jungkook belum juga pulang dari rumah sakit. Karena setelah pulang dari kantor, Jungkook selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Ahjussi di rumah sakit. Tidak peduli selelah apapun dirinya setelah seharian bekerja di kantor.

Malam ini hanya ada aku, Jungwoo dan Jungkook saja di rumah. Ahjumma dan Appa sama-sama menjaga Ahjussi di rumah sakit.

"Aku pulang."

Oh! Itu pasti Jungkook!

Aku segera berjalan menuju pintu utama dan menemukan Jungkook tengah menukar sepatu kerjanya dengan sandal rumah. Namun, tunggu! Apakah Jungkook sakit? Kenapa wajah Jungkook terlihat sangat pucat seperti itu?

"Jungkook-ah? Kau tidak apa-apa?"

Jungkook mengernyit heran. "Apa maksudmu?"

"Wajahmu, kau terlihat sangat pucat."

Jungkook membuang wajahnya dari hadapanku. "Aku tidak apa-apa."

Meskipun tidak yakin dengan jawaban yang Jungkook beri, aku hanya bisa diam dan memperhatikan Jungkook yang berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

"Jungkook-ah," Panggilku saat Jungkook sudah berada di ujung tangga.

"Ada apa?"

"Aku akan menyiapkan makan malam untuk mu. Karena aku tahu kau pasti belum makan."

Jungkook berbalik untuk menatapku sejenak dan tersenyum kecil. Bahkan, disaat ia tersenyum seperti itu, ia masih terlihat sangat pucat. "Baiklah, aku akan berganti baju dulu."

Aku segera menghangatkan makan malam yang sudah Ahjumma masak tadi siang dan menyiapkannya untukku dan Jungkook.

Saat makan malam pun tidak ada obrolan spesial antara aku dan Jungkook. Wajah lelah dan pucat Jungkook seakan membujuk ku untuk terus bertanya apakah pria itu baik-baik saja. Namun sudah berulang kali aku menanyakan itu pada Jungkook, dan ia akan selalu bilang baik-baik saja. Berbanding terbalik dengan kondisi fisiknya yang terlihat tidak baik-baik saja.

"Apa kau sudah menemukan universitas apa yang ingin kau tuju?" Tanya Jungkook tiba-tiba saat ia sudah selesai makan.

"Aku masih belum menentukannya. Banyak universitas keperawatan yang ingin aku masuki. Namun aku tidak yakin dapat lulus dari tes keperawatan itu."

"Kenapa tidak yakin? Buktinya kau bisa masuk dalam peringkat 50 besar saat ujian sekolah kemarin."

"Ah, itu." Aku meringis kecil dan menunduk malu mendengar ucapan Jungkook. "Kau tahu, itu semua berkat bantuan mu. Jika tidak ada kau, mungkin itu hanya sebuah mimpi belaka."

"Kau terlalu pesimis, Nona Cho."

"Apa?" Aku mendongak menatap Jungkook saat mendengar ucapannya.

"Kau bisa karena kau ingin. Aku hanya perantara saja saat itu. Jadi semua tergantung pada dirimu. Jika kau bersungguh-sungguh, kau pasti bisa."

Aku tertegun mendengar ucapan Jungkook, dan saat itu lah Jungkook bangkit berdiri dan mengucapkan terima kasih untuk makan malamnya.

Diam-diam aku memperhatikan langkah Jungkook yang sedikit limbung saat hendak menaiki tangga. Hal itu membuatku khawatir sekaligus yakin jika Jungkook sedang dalam keadaan tidak sehat.

Setelah selesai merapihkan segala peralatan makan malam, aku segera memasuki kamar dan membaca beberapa lembar formulir pendaftaran beberapa universitas keperawatan yang sekiranya dapat ku masuki.

Namun keadaan Jungkook yang sebelumnya terlihat tidak sehat membuat ku tak bisa fokus pada beberapa artikel dan lembar pendaftaran universitas tersebut.

"Ya ampun, sebenarnya Jungkook kenapa?! Apakah ia sakit?"

Karena aku sudah sangat khawatir dengan keadaan Jungkook, aku memutuskan untuk melihat keadaan Jungkook yang sudah berada di dalam kamarnya.

Aku mengetuk pintu kamar Jungkook. "Jungkook-ah? Apa kau sudah tidur?"

Cukup lama tak ada sahutan dari dalam, sampai terdengar sebuah suara sahutan dari dalam yang terdengar sangat parau.

"Masuk saja. Pintunya tidak ku kunci."

Dengan segera aku membuka pintu kamar Jungkook dan menemukannya tengah terbaring di atas tempat tidur dengan selimut tebal yang hampir menutupi seluruh tubuh pria itu.

"Jungkook-ah?! Kau tidak apa-apa?!" Aku segera menghampiri Jungkook dan mendapati suhu tubuh Jungkook sangat panas saat aku menyentuh keningnya.

"Astaga! Kau demam!" Pekik ku saat menyentuh kening Jungkook yang panas.

"Aku hanya sedang tidak enak badan." Jungkook mencoba menarik kembali selimutnya yang sedikit tersingkap lantaran aku menyentuh keningnya.

"Tunggu sebentar, aku akan kembali."

Aku segera berlari menuju dapur dan menyiapkan sebuah baskom dan kain waslap untuk mengompres Jungkook. Dan beberapa obat penurun demam yang berada di kotak obat.

Saat kembali ke kamar Jungkook, aku menemukan Jungwoo terbangun dan sedang mengobrol kecil dengan Jungkook.

"Hyung! Kau tidak apa-apa?" Tanya Jungwoo pada Jungkook.

Di balik wajah pucatnya, Jungkook tersenyum kecil. "Tidak apa-apa. Ini sudah sangat malam. Kau harus tidur, karena besok kau harus sekolah."

"Hyung-mu benar," Ucapku sambil menyiapkan waslap basah untuk mengompres Jungkook. "Kau sebaiknya tidur saja, karena besok kau harus sekolah."

Meskipun sekilas dapat ku lihat penolakan di wajah Jungwoo, ia tetap menuruti ucapanku -atau mungkin Jungkook- untuk kembali tidur.

Aku segera mengompres kening Jungkook dan mengecek suhu tubuh Jungkook berkali-kali dengan termometer. Aku juga memberikannya obat penurun demam yang biasa ia minum saat sedang demam.

Hal itu terus ku lakukan berkali-kali guna menurunkan demam Jungkook. Namun entah mengapa demam Jungkook tak kunjung turun hingga saat ini. Ya ampun, haruskah aku memanggilkan dokter untuknya?!

"Jungkook-ah, bagaimana jika kita menelfon dokter saja?"

"Tidak usah," Ucap Jungkook sambil menutup matanya guna menghilangkan rasa pusing yang menderanya. "Aku hanya demam biasa."

Aissh, mengapa ia keras kepala sekali?! Tidak tahu kah dia jika aku sangat khawatir pada kondisinya saat ini? Jika aku bisa menyembuhkannya, akan ku lakukan. Namun apa yang bisa aku lakukan?!

Akhirnya, yang bisa ku lakukan hanyalah tetap terjaga -walau sudah lewat dari tengah malam- guna mengecek berulang-ulang suhu tubuh Jungkook dan mengganti kompres Jungkook secara rutin. Karena -demi apapun!- aku sangat mengkhawatirkan keadaan Jungkook.

Aku menatap Jungkook yang tengah tertidur dengan wajah tidak tenang itu penuh ke khawatiran. Apa yang sedang ia mimpikan? Sampai-sampai ia harus tertidur dengan wajah mengernyit resah seperti itu? Apakah ia sedang kesakitan? Apa yang sebenarnya ia rasakan? Ya ampun, kenapa Jungkook harus sakit seperti ini?

Aku terus menerus mengecek suhu tubuh Jungkook dan mengganti kompresnya dengan rutin. Hingga beberapa jam kemudian -saat matahari mulai menunjukkan sinarnya- barulah demam Jungkook sedikit menurun.

Haah, demi apapun, aku baru bisa tenang saat mengetahui jika suhu tubuh Jungkook baru menurun seperti saat ini. Ya ampun, syukurlah.

"Syukurlah, demam mu sudah turun." Aku tersenyum lega saat mengambil sebuah kain waslap yang ku gunakan untuk mengompres Jungkook dari kening pria itu.

Aku kembali tersenyum senang saat melihat wajah tertidur Jungkook yang sudah tenang dan damai seperti biasanya. Semoga keadaannya semakin membaik, meskipun ia masih sedikit demam dan suhu tubuhnya masih sedikit tinggi.

Lalu aku tersadar jika Jungwoo harus sekolah pagi ini. Maka aku segera membangunkannya dan menyiapkan sarapan untuk Jungwoo.

Saat sarapan untuk Jungwoo sudah siap dan Jungwoo tengah memakan sarapannya dengan lahap, aku segera kembali menuju kamar Jungkook untuk melihat keadaan pria itu.

Ternyata ia masih tertidur. Mungkin kondisinya masih sangat lemah. Apa lagi di tambah efek obat demam tadi malam yang ia minum. Pantas saja jika Jungkook belum juga bangun.

Aku melangkah mendekati tempat tidur Jungkook dan duduk di kursi yang berada di samping tempat tidur Jungkook persis. Kursi yang ku gunakan sepanjang malam saat merawat Jungkook.

Melihat wajah Jungkook yang sudah membaik dan tertidur dengan tenang juga damai, membuatku seketika mengantuk.

Hoaaam! Jelas saja aku mengantuk. Semalaman tadi aku tidak tidur sama sekali. Padahal aku adalah tipikal orang yang tidak bisa terjaga sampai lewat tengah malam seperti tadi malam. Namun karena rasa khawatir ku pada Jungkook yang begitu besar dapat mengalahkan seluruh rasa kantukku tadi malam.

Dan, pagi ini, kumohon biarkan aku memiliki jam tidurku sendiri. Karena aku yakin kedua mataku sudah seperti panda. Jadi ku mohon, berikan aku ketenangan agar aku bisa tertidur sebentar dan.... hoaaam!

~~~~~

Author POV

Jungkook terbangun dari tidurnya saat merasakan ada sebuah tangan yang menggenggam tangannya saat ia tidur.

Hal pertama yang ia lihat adalah tangannya yang di genggam erat oleh Rayoung. Gadis itu bahkan tertidur di sisi kiri tempat tidurnya dalam posisi terduduk dengan kepala tertidur lelap di sisi kiri tempat tidurnya.

Lalu Jungkook ingat apa saja yang sudah Rayoung lakukan saat dirinya demam tadi malam. Gadis itu dengan sabar terus menjaga dan merawatnya. Ia juga tahu jika gadis itu semalaman tidak tidur lantaran menjaga dan merawatnya. Jadi wajar saja jika saat ini ia melihat wajah gadis itu sangat lelah, bahkan dalam keadaan tertidur sekalipun.

Seketika muncul perasaan berterima kasih sangat besar dalam diri Jungkook saat mengingat betapa tulus dan penuh perhatiannya Rayoung menjaga dan merawat dirinya.

"Hey, Nona Cho." Bisik Jungkook sambil mengelus rambut panjang Rayoung dengan tangannya -yang bebas dari genggaman Rayoung- dengan lembut. "Terima kasih untuk semua perhatian dan cintamu."

Entah bagaimana caranya, karena ia hanya mengikuti kata hatinya saja, Jungkook menundukkan wajahnya untuk menatap wajah lelah Rayoung dengan seksama.

Lalu -masih dengan mengikuti kata hatinya- Jungkook semakin menundukkan wajahnya lebih dekat dengan wajah Rayoung dan memberikan sebuah ciuman manis pada bibir ranum Rayoung tersebut.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

4 detik...

5 detik...

Barulah Jungkook melepaskan ciumannya itu dan menyadari kehadiran Jungwoo yang berdiri mematung di antara pintu kamar.

"H-hyung?!" Jungwoo tak tahu harus berkata apa lagi saat melihat pemandangan di depannya saat ini.

Sambil kembali mengembalikan dirinya ke posisi semula, Jungkook menaruh telunjuknya di depan bibirnya sambil tersenyum menatap Jungwoo. "Ssstt! Kau tidak boleh memberi tahunya tentang hal ini. Mengerti?"

Sekilas dapat Jungkook lihat, Rayoung tersenyum kecil dalam tidurnya setelah ia melepaskan ciumannya itu. Jungkook tersenyum kecil melihat respon Rayoung yang bahkan tanpa gadis itu sadari.

"Kau merasakannya ternyata." Bisik Jungkook pada Rayoung yang tengah tertidur.

Tanpa mendengar apa jawaban Jungwoo, Jungkook kembali tertidur dengan menarik tangan Rayoung yang berada dalam genggamannya untuk ia genggam kembali dengan kedua tangannya kali ini.

Sementara Jungwoo hanya bisa mematung tak percaya dengan tindakan yang baru saja Hyung-nya lakukan pada Rayoung.

~~~~~

Taaadaa! Dua cast baru hadir di sini. Ada si Taehyung sm Hyuna. Tp sori ya, bagian Hyuna aku potong dan dimasukin ke part selanjutnya. Soalnya part ini jd ribet bgt kalau langsung dua cast baru itu di masukin sekaligus --"

Btw, maaf bgt baru bisa update. Kemarin-kemarin aku lagi banyak bgt tugas. Jd gak sempet lanjut -.- maaf ya! Untuk seminggu ke depan aku usahain bakal update banyak part karena aku libur seminggu *yeeaaay!* haha.

Makasi jg untuk yang udah baca, vote dan comment. Laf yaaa!!! ^_~

Continue Reading

You'll Also Like

5.3K 308 25
pemeran utama : 1.park y/n (you) 2.ikon 3.bts dll Gw nggak nge plagiat in cerita orang ya Jgn plagiat in cerita gw please vote and Comment ya guys
164K 10.8K 17
Siapa sangka sang gadis harus bertemu lagi dengan Cinta pertamanya setelah dicampakan selama 7 tahun lamanya. Sang Cinta pertama kembali saat sang wa...
180K 13.1K 88
โ แด‹ษชแด›แด€ แด‹แด€ษด แด„แดœแดแด€ sแด€สœแด€ส™แด€แด›, โž โ แดสœษชสแด€ สแด€, สœแด‡สœแด‡. โž แด…แดœษดษชแด€ า“ส€ษชแด‡ษดแด…แดขแดษดแด‡ ษชษดษช แด‹แดแด‹ แด€สœ (โ•ฏแต”แด—แต”) ๅฝก โ”ปโ”โ”ป โŒœ สœแด€ส€sสœ แดกแดส€แด…, ส€แด‡แด„แด‡สœ โŒŸ #๐Ÿ ๐ข๐ง ๐Ÿ๐ซ๐ข๐ž๐ง๐๐ณ๐จ๐ง๐ž [๐ŸŽ๐Ÿ”๐ŸŽ...
919K 44.3K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...